Senin, 31 Mei 2021

MENJAGA SEMANGAT MENULIS SETIAP HARI

Malam ini saya bersama tiga orang teman sedang dalam perjalanan pulang ke kota Bantaeng. Tadi pagi-pagi sekali kami berangkat ke kota Makassar, ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Ada urusan penting yang harus kami selesaikan di sana.

Jarak antara kota Bantaeng dengan kota Makassar sekira 125 kilometer. Jika menggunakan kendaraan roda empat, kami memerlukan waktu 3 sampai 4 jam perjalanan. Ada 3 kabupaten yang mesti kami lalui untuk tiba di Makassar, yakni kabupaten Jeneponto, Takalar, dan Gowa. Begitu pun sebaliknya. 

Kami masih ada di kabupaten Takalar ketika waktu sholat Magrib tiba. Saat itu juga saya melihat flyer kegiatan malam ini dibagikan di WA grup. Saya berdoa semoga saja bisa sampai di rumah sebelum perkuliahan selesai.
Alhamdulillah saya tiba di Bantaeng pada jam 21.20 WITA. Artinya, saya masih punya waktu kurang lebih setengah jam mengikuti kegiatan. Ketika saya membuka WAG kelas belajar menulis bersama PGRI, saya mendapati puluhan notifikasi. Saya pun mulai beraksi dengan kedua jempol di tuts HP.

Malam ini kelas dipandu oleh Bu Kanjeng. Narasumber yang berbagi motivasi, ilmu, dan pengalaman yaitu pak Dedi Dwitagama. Beliau adalah guru blogger yang menjadi sumber inspirasinya Omjay loh, pemirsa. Tema kegiatan malam ini yakni komitmen menulis di blog.

Sejak tahun 2005 sampai sekarang, pak Dedi telah bertugas dinas sebagai guru di beberapa sekolah. Beliau juga pernah menjabat sebagai kepala sekolah. Selain itu, beliau merupakan seorang trainer, motivator, dan narasumber di berbagai bidang kegiatan. Diantaranya di bidang pendidikan, pencegahan penyalahgunaan narkoba, teknologi informasi, tulis menulis, dan lain-lain.

Kepada peserta, pak Dedi membagikan beberapa link tentang data diri beliau. Ada link blog, Instagram, podcast, dan YouTube.
1. https://trainerkita.wordpress.com/about/

2. https://www.instagram.com/dwitagama/

3. https://open.spotify.com/show/682AwWJf6kp1X8GfdJumED

4. https://www.youtube.com/user/dwitagama

Menurut pak Dedi, beliau pertama kali menulis di blog pada bulan September 2005. Beliau terinspirasi oleh adik bungsunya bernama pak Agus Sampurno (pemilik akun https://gurukreatif.wordpress.com/). Katanya, saat itu di Amerika sedang booming penggunaan blog. Maka beliau pun tertarik dan mulai menulis di link http://dwitagama.blogspot.com

Ketika wordpress muncul di tahun 2007, pak Dedi aktif menulis di https://dedidwitagama.wordpress.com/.  Lalu pada tahun 2008, beliau juga menulis di https://www.kompasiana.com/dwitagama. Selain itu, belaiu punya belasan blog yang masih dikelola sampai saat ini. Wow, pak Dedi hebat yah, pemirsa! Beliau memiliki banyak blog tempat mengumpulkan ide-idenya.

Menurut pak Dedi, kiat sukses menulis di blog itu bermacam-macam. Tergantung pada target penulis atau pemilik blog. Pada umumnya para blogger akan merasa puas dan semakin tertarik untuk menulis jika jumlah viewernya banyak. Maka, kunci utama untuk menjadi seorang blogger yang sukses adalah menulis setiap hari atau setiap pekan, atau setiap bulan satu tulisan. 

Apabila penulis memiliki banyak ide, maka boleh mempublikasikan beberapa tulisan di blog. Tujuannya agar menjadi tabungan tulisan jika sewaktu-waktu ada suatu masa penulis sedang sibuk, maka tabungan tersebut dapat memenuhi target yang telah dicanangkan.

Seorang penulis boleh-boleh saja memiliki banyak link blog. Yang terpenting adalah tersedianya tempat untuk menyalurkan hasrat ingin berbagi manfaat kepada orang lain. Pak Dedi lalu menyatakan bahwa beliau mempunyai belasan blog yang isinya difokuskan membahas tentang topik tertentu. Dengan adanya klasifikasi topik blog tersebut akan memudahkan penulis itu sendiri jika ingin menerbitkan buku. 

Ketika pak Dedi ditanya tentang jenis tulisan apa yang paling diminati pengunjung, beliau memberi masukan kepada peserta. Menurutnya, menulis tidak perlu menunggu didikte oleh pembaca. Akan tetapi sebaliknya. Penulis diberi kebebasan untuk menulis dan mempublish tentang apa saja, jenis tulisan apapun, dan dengan tema apa saja. Bebas. 

Nah, dari situlah baru dapat diidentifikasi jumlah pengunjungnya. Kalau banyak yang membaca dan mengomentari tulisan ini maka berarti jenis tulisan tersebut banyak peminatnya. Teruslah menulis tanpa beban, pemirsa!

Pak Dedi juga memanfaatkan blog sebagai pendukung pelaksanaan tugas beliau sebagai seorang tenaga pendidik. Dengan sedikit trik, maka peserta didik akan belajar menggunakan blog agar tidak ketinggalan pelajarannya. Dala blog tersebut, penulis boleh menyisipkan gambar-gambar maupun video.

Selain itu, pak Dedi juga membagikan 3 tips agar komitmen menulis tetap terjaga.
1. Tulis apa saja yang mau ditulis. Tidak usah memikirkan mutu tulisan yang akan dipublish.
2. Langsung saja publikasikan tulisan yang sudah kelar. Tidak perlu diedit, tetapi segera perbaiki jika perlu ada perbaikannya.
3. Segera balas komentar yang bagus-bagus. Tidak perlu repot-repot meladeni komentar miring tentang tulisan tersebut. Kalau perlu, komentar yang tidak berkenan di hati langsung dihilangkan saja (dihapus).

Dalam mengelola blog dan menulis, pak Dedi memperkenalkan program bernama ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Program ATM ini juga bisa diaplikasikan pada bidang apa saja yang akan dipelajari. Di dunia blogger, seorang penulis mesti rajin melakukan BW atau blog walking. Selain sebagai ajang silaturahmi ke sesam blogger, BW juga bisa menjadi inspirasi tentang blog yang bagus.

Sebagai closing statement, pak Dedi berpesan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberi manfaat ke sesama manusia. Dengan menulis di blog, manusia dapat meninggalkan jejak kebaikan selama di bumi dan akan mengantarkan penulisnya menuju surga. Saya berharap agar dapat menjadi salah satu guru blogger yang bermanfaat bagi orang lain. Aamiin...






Waktu kegiatan: Senin, 31 Mei 2021
Resume ke: 20
Tema: Komitmen Menulis di Blog
Narasumber: Dedi Dwitagama
Gelombang: 18











Jumat, 28 Mei 2021

NILAI ANGKA KREDIT BUKU UNTUK BAGI PNS

Malam ini saya dan saudara-saudara sedang berkumpul di rumah kakak tertua. Kami kembali berkumpul untuk mempersiapkan banyak hal untuk acara pertunangan anak kedua kakak kami. Calon besannya bertempat tinggal di kabupaten Wajo.

Sesekali saya melirik ke arah jam dinding yang ada di ruang tengah. Jarum jam menunjukkan angka 10. Wadduh, saya sudah terlambat, pemirsa! Buru-buru saya mengambil gawai yang dari tadi tersimpan dalam tas. Segera saya buka WAG kelas belajar menulis bersama PGRI. Ternyata sudah banyak VN yang dibagikan oleh narasumber. Oh, no! Saya ketinggalan kereta, pemirsa!

Malam ini perkuliahan sudah mencapai pertemuan kesembilan belas. Kegiatan dipandu oleh pak Cip dan narasumbernya bernama pak Dr. H. Imron Rosidi, M. Pd. Materi yang akan dibahas mengenai poin buku pada kenaikan pangkat PNS.

Menurut penjelasan pak Imron, ada beberapa jenis buku yang dapat dinilai untuk kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil (PNS). Masing-masing jenis buku tersebut memiliki poin tertentu yang biasa disebut dengan istilah Angka Kredit (AK). Dalam hal perhitungan angka kredit PNS mengacu pada pedoman yang tercantum dalam buku 4 dan 5.

Kedudukan buku dapat ditempatkan pada dua kategori dalam perhitungan angka kredit PNS. Buku memiliki poin di 2 bagian dalam Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit, disingkat DUPAK.
1. Publikasi Ilmiah
Pada bagian publikasi ilmiah, seorang guru dapat mengajukan buku karyanya sendiri untuk dinilai dalam DUPAK. Ada empat jenis buku yang dapat dikirim ke tim penilai atau assessor AK. Buku-buku tersebut antara lain:
a. Buku hasil penelitian yaitu buku yang merupakan hasil gubahan dari sebuah karya tulis ilmiah (penelitian).
b. Buku pelajaran adalah buku yang digunakan oleh siswa dalam mendukung proses pembelajaran. Buku tersebut boleh saja untuk semua jenjang pendidikan (PAUD sampai ke tingkat menengah atas).
c. Buku pengayaan merupakan buku yang berbentuk buku modul atau diktat, buku bertema pendidikan, maupun buku karya terjemahan.
d. Buku pedoman guru yakni buku yang menjadi pegangan, panduan, rujukan, dan acuan guru dalam melaksanakan tugasnya di dunia pendidikan.

Keempat jenis buku untuk kategori publikasi ilmiah seharusnya sudah ber-ISBN. Jumlah penulisnya maksimal 4 orang saja agar bisa memperoleh nilai angka kredit. Jika lebih dari 4 orang, maka buku tersebut tidak ada AKnya. Jadi, sebaiknya, satu buku ditulis oleh satu orang saja agar nilai yang diperoleh lebih maksimal.

2. Karya Inovatif
Buku yang termasuk dalam karya inovatif terbagi dalam dua kategori besar, yakni kategori sederhana dan kategori kompleks. Ada 3 jenis buku yang dapat dinilai sebagai karya inovatif, yaitu:
a. Buku kumpulan puisi
Untuk kategori kompleks dalam menilai buku kumpulan puisi, maka jumlah puisinya harus lebih dari 40 puisi. Untuk kategori sederhana, jumlah puisinya hanya 20 puisi atau lebih.

b. Buku kumpulan cerpen
Buku kumpulan cerpen akan dinilai dalam kategori kompleks jika terdiri dari lebih dari 10 cerpen. Sedangkan kategori sederhananya, cerpen dalam buku tersebut hanya berjumlah 5 cerpen atau lebih.

c. Buku novel
Penilaian dalam buku novel termasuk kategori kompleks jika telah diterbitkan sebanyak 2 karya novel. Untuk kategori sederhana, guru PNS hanya perlu menulis satu karya novel saja. 

Buku kumpulan puisi maupun kumpulan cerpen boleh saja ditulis oleh lebih dari 1 orang penulis. Tetapi perlu diingat bahwa aturan mengenai jumlah penulisnya juga sama dengan buku pada kategori publikasi ilmiah, yakni maksimal hanya 4 orang penulis saja. Kalau perlu, nama kita sebaiknya berada di posisi nomor satu agar kita terhitung sebagai penulis utama.

Jika ada karya buku yang telah diterbitkan pada saat guru masih berstatus honorer, maka buku tersebut harus digubah atau ditulis ulang (revisi) sehingga bisa dinilai dalam AK. Apabila buku tersebut masih tetap diajukan tanpa revisi, maka tidak ada nilai AKnya karena dianggap sudah kadaluarsa.

Di akhir perkuliahan, pak Imron memberikan motivasi dan penguatan kepada seluruh peserta. Beliau mengatakan bahwa dengan kemampuan menulis dan meneliti, seorang guru PNS bisa saja mencapai pangkat dan golongan IV/d. Yang terpenting adalah adanya karya buku sebagai publikasi ilmiah dan karya inovatif. Beliau berpesan, "naik pangkat lah dengan jujur melalui kegiatan menulis dan meneliti!" Terima kasih atas pencerahan dan sharing informasinya, pak!




Waktu kegiatan: Jum'at, 28 Mei 2021
Resume ke: 19
Tema: Poin Buku Pada Kenaikan Pangkat PNS
Narasumber: Dr. H. Imron Rosidi, M. Pd.
Gelombang: 18

Rabu, 26 Mei 2021

Strategi Penjualan Buku Ala Pak Akbar

Hari ini tanggal merah, pemirsa. Tanggal 26 Mei merupakan hari libur nasional dalam rangka Hari Raya Waisak yang dirayakan oleh seluruh umat Budhha. Seharian ini saya manfaatkan waktu libur dengan kegiatan bersih-bersih rumah bersama suami dan kedua putra hebatku. Alhamdulillaah! Senangnya hati ini!

Malam ini ada fenomena alam langka yang sedang terjadi. Ya, gerhana bulan total. Sebuah fenomena yang hanya terjadi satu kali dalam kurun waktu 195 tahun, loh! Wow, fantastis!

Kami sekeluarga bergegas ke luar rumah dan memandangi bulan yang berubah warna menjadi agak kemerahan di langit Bantaeng. Anak-anak terpana dan berseru gembira melihatnya. Subhanallah, alhamdulillaah, alloohuakbar.

Seketika saya teringat bahwa malam ini ada jadwal perkuliahan di kelas belajar menulis bersama PGRI. Saya bergegas masuk ke rumah dan mengambil gawai. Ternyata, sudah ada flyer kegiatan yang dibagikan oleh Bu Aam di WAG.
Tema kali ini mengenai teknik promosi buku yang akan dipaparkan oleh pak Akbar Zainuddin. Bu Aam yang bertugas memandu perkuliahan malam ini. Beliau lebih awal mengirimkan foto tentang profil narasumber.

Akbar Zainuddin, MM., MJW. adalah nama lengkap narasumber malam ini. Beliau seorang penulis buku best seller berjudul "Man Jadda Wajada". Selain itu, beliau juga adalah seorang trainer, motivator nasional, dan pengusaha. Sungguh sebuah paket komplit si bapak ini yah, pemirsa!

Pria kelahiran Banyumas pada tanggal 07 Februari 1973 ini telah menerbitkan 16 buku sejak tahun 2010. Buku Man Jadda Wajada saat ini sudah mencapai cetakan ketiga belas dan terjual sebanyak 55.000 eksamplar. Wow, kerreeen! 

Jika dilihat dari judul buku-buku yang diterbitkan oleh pak Akbar, dapat dipastikan bahwa beliau adalah seorang santri alias alumnus pondok pesantren. Dan, betul! Beliau pernah nyantri di pondok pesantren modern Gontor. 

Sebagai pembuka, pak Akbar memperkenalkan mengenai buku terbarunya yang berjudul "The Power of Man Jadda Wajada". Menurutnya, buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Man Jadda Wajada. 

Selain itu, pak Akbar juga telah menerbitkan buku panduan lengkap tentang dunia tulis menulis. Judulnya "UKTUB: Panduan Menulis Buku dalam 180 hari." Beliau merekomendasikan buku ini ke seluruh peserta sebab ada 150 alamat penerbit anggota IKAPI yang ada di dalamnya. Saya mesti memiliki buku ini, pemirsa. 
Berikutnya, pak Akbar memaparkan materi tentang Strategi Pemasaran Buku. Beliau memperkenalkan sebuah strategi dalam memasarkan buku yang disebut: Strategi 4P. Apa itu 4P? Berikut ulasannya.
1. Produk
Strategi produk pada dasarnya merupakan bagian dari kerja-kerja penerbit. Penulis hanya memberikan masukan kepada pihak penerbit mengenai target atau sasaran dari buku yang ditulis.

2. Price
Strategi harga juga menjadi tanggung jawab penerbit. Menurut pak Akbar, ada dua strategi dalam menentukan harga buku yaitu harga buku secara umum dan harga premium. Harga premium atau lebih mahal diberikan jika buku tersebut memiliki kelebihan dari buku yang lain.

3. Place of Distribution
Ada dua jenis strategi distribusi produk (termasuk buku), yaitu:
a. Distribusi tradisional merupakan proses penjualan buku melalui toko-toko buku dengan jaringan nasional maupun lokal.
b. Distribusi non tradisional adalah distribusi buku melalui jalur di luar toko buku pada umumnya. Contohnya melalui sistem MLM (Multilevel Marketing), penjualan langsung, marketplace atau e-commerce (Bukalapak, lazada, shopee, dan lain-lain).

4. Promotion
Strategi promosi dapat dilakukan oleh penerbit maupun penulis. Pak Akbar menjelaskan bahwa ada tujuh cara yang dapat ditempuh oleh seorang penulis dalam mempromosikan bukunya.
a. Launching Buku.
Kegiatan ini merupakan program peluncuran buku baru. Tempatnya boleh di mana saja. Kegiatan promosi ini biasanya diselenggarakan dan dibiayai oleh penerbit ataupun penulis. 

b. Bedah Buku. 
Bedah buku adalah sebuah diskusi yang membedah atau membahas mengenai isi buku kita. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara offline maupun online. Pada umumnya program ini bekerjasama dengan lembaga-lembaga tertentu.

c. Seminar/Workshop.
Seminar atau workshop yang dimaksud di sini adalah seminar yang memiliki tema sesuai dengan buku kita. Sebagai perkenalan buku, seminar perdana boleh saja digratiskan. Kegiatan ini juga dapat dilaksanakan secara offline dan online.

d. Membangun Komunitas.
Komunitas yang dibangun tentu harus selaras dengan tema buku kita. Jika buku bertema pendidikan, maka yang dibangun adalah komunitas para pendidik dan tenaga kependidikan. Begitu pula dengan tema-tema yang lain.

e. Membangun Jaringan Reseller.
Reseller adalah orang yang mau menjual buku kita dan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya. Biasanya reseller mendapatkan komisi sebanyak 20 sampai 30 persen dari harga jual. Selain itu, reseller juga mesti dibekali mengenai garis besar materi yang dibahas dalam buku tersebut.

f. Menjual Melalui Marketplace.
Berjualan di marketplace seperti Bukalapak, lazada, shopee, tokopedia, dan sebagainya akan semakin memperluas promosi dan distribusi buku kita.

g. Memanfaatkan Media Sosial.
Usahakan setiap hari kita mempromosikan buku kita di media sosial (Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, dan lain-lain. Namun, harus diingat agar tidak melulu menampilkan gambar buku jualan kita di medsos agar orang-orang tidak merasa bosan. Sebaiknya promosi diawali dengan sharing-sharing baru selling. Kita bagikan pengetahuan atau tips tertentu lalu diakhiri dengan jualan. Begitu loh, pemirsa.

Di akhir pemaparan materi, pak Akbar memberikan penguatan bahwa ada 3 keterampilan yang wajib dimiliki oleh seorang penulis dalam proses promosi bukunya.
1. Public Speaking yaitu keterampilan berbicara di depan umum. Keterampilan ini akan sangat bermanfaat jika penulis diminta mengisi sebuah acara secara offline maupun online. 
2. Copywriting adalah kemampuan membuat kata-kata menarik untuk promosi dan penjualan. Keterampilan ini merupakan hal yang paling penting dimiliki dalam proses penjualan di abad 21.
3. Pemanfaatan teknologi informasi.
Era digital saat ini merupakan era teknologi informasi sehingga penjualan buku juga dapat menggunakan media sosial. Facebook, Twitter, Instagram, WhtasApp Group, YouTube, aplikasi Zoom, Webex, dan lain-lain bisa digunakan untuk jualan.

Di sesi tanya jawab, pak Akbar diberondong pertanyaan oleh para peserta. Saya hanya menyimak saja sebab malam ini saya kedatangan tamu. Adik ipar saya datang berkunjung dan bermalam di mukim kami. 

Ada satu hal yang paling menarik dari jawaban pak Akbar atas pertanyaan dari Bu Diyah dari Malang. Pak Akbar mengatakan bahwa Tuhan membekali manusia dengan akal yang sempurna. Maka sebagai penulis, sebaiknya gunakan potensi tersebut untuk merencanakan, mengerjakan, dan mengevaluasi program pemasaran buku. Rencanakan, kerjakan, dan evaluasi! Begitu seterusnya sampai akhir masa. 

 Lalu, pak Akbar juga mengumumkan sebuah kegiatan pendidikan dan latihan (Diklat) intensif Menulis Buku yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Biayanya sepadan dengan harga dua buku anggitan pak Akbar yang masing-masing seharga 100 ribu rupiah. Selain mendapatkan buku UKTUB dan The Power of Man Jadda Wajada, peserta pelatihan nantinya juga akan memperoleh banyak ilmu tentang kepenulisan. 

Selain itu, ada juga program Mentoring Menulis Buku Tunggal selama 8 bulan dengan tiga kategori. Tentunya kedua kegiatan ini (Diklat dan Mentoring) akan dipandu langsung oleh pak Akbar. Wah, ini peluang yang menarik nih, pemirsa. Ayo, tunggu apa lagi?


Waktu Kegiatan: Rabu, 26 Mei 2021
Resume ke: 18
Tema: Teknik Promosi Buku
Narasumber: Akbar Zainuddin, MM., MJW.
Gelombang: 18

Senin, 24 Mei 2021

LANGKAH MUDAH MENYUSUN BUKU

Cuaca mendung sejak sore tadi. Udara yang begitu sejuk menyebabkan raga ini lebih betah rebahan di ruang keluarga. Tapi rebahannya jangan lama-lama yah! Sebab masih ada pekerjaan rutin di DPR yang belum selesai. Sambil menunggu kegiatan di WAG dimulai, saya bereskan pekerjaan di dapur. Semoga saja bisa kelar secepatnya, pemirsa.

Dari flyer yang beredar, dijadwalkan bahwa malam ini kami akan menerima materi tentang langkah menyusun buku. Bu Rita Wati selaku moderator akan mendampingi narasumber dalam memaparkan materinya. Narasumber yang akan berbagi ilmu dan pengalaman ke seluruh peserta bernama pak Yulius Roma Patandean, S. Pd.

Sebelum memulai kegiatan, Bu Kanjeng mewakili Omjay beserta seluruh tim relawan menyampaikan pengantar materi. Beliau memberi motivasi kepada seluruh peserta kelas belajar menulis bersama PGRI agar memanfaatkan waktu dan peluang yang ada untuk belajar secara maksimal. Saya senang mendengar kalimat demi kalimat yang diutarakan oleh Bu Kanjeng. Terima kasih, Bu!

Selanjutnya Bu Rita mengambil alih kegiatan dan langsung membuka acara. Beliau mengingatkan kembali aturan selama perkuliahan berlangsung. Beliau juga mengajak seluruh peserta untuk memulai kegiatan ini dengan melafadzkan kalimat Basmalah bagi peserta yang beragam Islam dan berdoa sesuai keyakinan masing-masing bagi umat non-muslim.

Bu Rita memberikan informasi bahwa narasumber malam ini sedang dalam perjalanan ke kampungnya di Tana Toraja. Beliau meminta kami semua untuk mendoakan pak Yulius agar selamat dalam perjalanan sampai tiba di rumahnya. Dengan demikian pak Yulius atau biasa juga disapa dengan nama Pak Roma bisa segera bergabung di kegiatan malam ini. Aamiin...

Meskipun demikian, Bu Rita menjelaskan bahwa materi pak Roma sudah dititipkan ke moderator. Jadi, kami selaku peserta tetap bisa menerima materi walaupun narasumbernya belum bergabung di WAG. Alhamdulillaah yah, pemirsa! 

Sebelum Bu Rita membagikan materi, beliau mengirim link tentang biodata narasumber. Informasi mengenai pak Roma bisa dibaca di link https://romadean.blogspot.com/2021/01/profil.html atau melalui channel YouTube beliau di https://www.youtube.com/RomaPatandean/

Pak Roma adalah seorang guru muda penuh bakat dan prestasi loh, pemirsa! Beliau kelahiran Tana Toraja pada tanggal 06 Juli 1984. Kami berasal dari propinsi yang sama yakni Propinsi Sulawesi Selatan. Meskipun saya tidak kenal beliau, tetapi saya jadi bangga dibuatnya!

Pak Roma adalah seorang guru Bahasa Inggris dan sudah berkali-kali pindah tugas dinas di kabupaten Tator (singkatan dari Tana Toraja). Saat ini beliau merupakan salah satu guru di SMAN 5 Tana Toraja. Selain sebagai guru, beliau juga terdaftar sebagai seorang dosen loh, pemirsa! Kereen..., kereen...!

Menurut pak Roma, setiap penulis pasti memiliki naskah yang telah ditulisnya. Tema yang diangkat tentunya bermacam-macam sesuai dengan passion dan minat penulis itu sendiri. Beliau menyatakan bahwa impian setiap penulis untuk menerbitkan buku solo ber-ISBN dapat terwujud jika penulis tersebut memulai langkah pertama dalam menyusun buku.

Ada delapan langkah mudah menyusun buku berdasarkan pengalaman pak Roma.
1. Miliki keyakinan yang kuat bahwa naskah yang telah ditulis merupakan naskah yang paling unik diantara semua buku yang telah diterbitkan.
2. Baca ulang urutan judul bab dan sub-bab yang ada dalam TOC (Table of Content).
3. Pastikan pengaturan kertasnya sudah tepat (ukuran A5) dan jumlah halaman sesuai dengan standar yang ditetapkan. Jumlah halaman isi buku paling sedikit 75 halaman.
4. Upayakan membuat buku solo dan usahakan agar ada kata pengantar dari orang lain di buku tersebut.
5. Tambahkan prakata sebagai penulis di bagian awal buku.
6. Cantumkan sumber gambar yang digunakan dan ada dalam buku yang hendak diterbitkan.
7. Lakukan proses editing dan finalisasi.
8. Baca ulang naskahnya agar dapat dipastikan bahwa tidak ada lagi yang kesalahan serta urutan atau anatomi buku sudah sesuai.

Berikutnya, pak Roma juga membagikan beberapa link yang dapat membantu penulis pemula seperti saya dalam menyusun buku. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penulis pemula seperti saya dalam menyusun buku.
1. Cara membuat judul, judul bab, dan sub-bab dalam buku secara otomatis
https://youtu.be/jXPr59aWJSc
2. Cara membuat indeks dalam naskah berbentuk buku
https://youtu.be/mS8bfNZT-rA
3. Cara membuat nomor halaman yang berbeda dalam satu file tulisan
https://youtu.be/OSjo5i9TgQE
4. Cara membuat daftar isi, kutipan, indeks, dan daftar pustaka secara otomatis
https://youtu.be/eePQwyHAcjw

Selang beberapa menit kemudian, Bu Rita mengabarkan bahwa pak Roma telah sampai di rumahnya. Alhamdulillaah! Beliau segera bergabung di WAG dan memberikan penguatan-penguatan di sesi tanya jawab. Saya segera mengirim pertanyaan dan tentu saja saya tidak lupa memperkenalkan diri saya ke beliau. Terus terang, saya senang sekali bisa menerima materi yang sangat bermanfaat dalam menulis buku.

Kali ini saya mengajukan pertanyaan teknis ke narasumber terkait penomoran halaman buku. Saya pernah belajar memberi nomor halaman secara otomatis melalui YouTube. Saya juga pernah mempraktekkannya secara otodidak tetapi saya menemukan beberapa kendala. Semoga pak Roma bisa memberikan solusi dari kendala yang pernah saya hadapi. 

Pada pertemuan ketujuh belas ini saya merupakan penanya kedua. Sebelumnya, ada pak Syaechu Nasaruddin dari Bojonegoro yang mengajukan pertanyaan. Tak lama setelah Bu Rita meneruskan pertanyaan saya ke WAG, pak Roma pun memberikan jawabannya.

Pertanyaan pertama saya, "bagaimana mengatur nomor halaman jika sudah telanjur menggunakan penomoran manual?" Lalu dijawab oleh pak Roma bahwa caranya sangat mudah. Penomoran manual biasanya ditempatkan dalam kotak-kotak. Jika ingin memberi nomor halaman secara otomatis, maka penomoran dalam kotak-kotak tersebut langsung dihapus saja. Setelah itu, barulah dimulai dengan langkah praktis memberi nomor halaman otomatis seperti yang dijelaskan dalam kanal YouTube pak Roma.
Pertanyaan yang kedua, "Apa solusinya kalau ternyata ada bagian yang ketinggalan dan belum diatur sectionnya, padahal bagian yang lain sudah fix?" Pak Roma menjelaskan bahwa penulis langsung saja mengatur bagian yang belum disetting sebab itu tidak akan mempengaruhi bagian lain yang sudah teratur. Jadi, diatur ulang lagi melalui page layout. Beliau juga mengingatkan agar mengklik fitur 'non aktifkan LINK TO PREVIOUS' sehingga section sebelumnya tidak mempengaruhi section berikutnya.

Alhamdulillaah, akhirnya kendala saya selama ini bisa teratasi. Sebagai penguatan, pak Roma juga menyampaikan bahwa naskah yang biasa-biasa saja akan tampak lebih elegan jika ditulis dan disusun dengan rapi. Selain itu, naskah yang tersusun rapi juga mampu membuat pihak penerbit 'jatuh cinta'. Kalau sudah cinta, penerbit tentu akan segera meminang dan menerbitkan naskah kita. Tentu ini yang menjadi impian para penulis.Terima kasih atas penjelasannya, pak Roma! 

Sebagai tambahan, pak Roma juga memberikan tips bagi peserta mengenai tema tulisan. Menurutnya, jika ada beberapa tema yang telah ditulis dan ternyata tidak ada kaitannya dengan tema yang lain, maka tulisan tersebut boleh dikumpulkan menjadi satu buku. Kumpulan tema yang berbeda itu bisa dijadikan naskah buku berbentuk BUNGA RAMPAI. Simpel toh, pemirsa?

Sebagai closing statement, pak Roma menuturkan bahwa menyusun naskah buku adalah momen menikmati tulisan. Jadi, nikmatilah tahap demi tahap menyatukan naskah-naskah buku kita. Tetap semangat duhai, diri ini!!!






Waktu kegiatan: Senin, 24 Mei 2021
Resume ke: 17
Tema: Langkah Menyusun Buku
Narasumber: Yulius Roma Patandean, S. Pd.
Gelombang: 18








Jumat, 21 Mei 2021

MENULIS BUKU NON FIKSI ALA BU IIN

Alhamdulillaah, setelah beberapa hari libur lebaran, akhirnya malam ini kami kembali mengikuti perkuliahan tentang kepenulisan. Saya sudah berkali-kali menanyakan mengenai jadwal kuliah ini ke Bu Aam selaku salah satu tim relawan di kelas belajar menulis gelombang 18. Hari ini beliau menyampaikan kabar gembira bahwa kami akan menerima materi dan narasumbernya sudah siap.
Jadwal kegiatan tidak lagi berlangsung di siang hari seperti saat di bulan Ramadhan. Akan tetapi waktunya kembali ke jadwal pertama perkuliahan, yakni pukul 19.00-21.00 WIB. Artinya, bertepatan dengan pukul 20.00-22.00 WITA. 

Malam ini kelas dipandu oleh Bu Aam Nurhasanah. Sebelum memulai, Bu Aam mengunci grup, mengingatkan mengenai aturan selama perkuliahan dan menyapa narasumber. Aturan di kelas menulis tidak mengalami perubahan sedikit pun. Masih sama dengan pertemuan pertama sampai kelima belas.

Adapun narasumber malam ini yaitu Bu Musiin, M. Pd. Beliau seorang guru di Kediri. Beliau merupakan jebolan kelas belajar menulis bersama PGRI gelombang 8. Satu angkatan dengan Bu Aam dulu. Hanya saja, menurut Bu Aam, mereka tidak senasib. Bu Musiin yang akrab disapa Bu Iin berhasil menuntaskan tugas di gelombang 8 sedangkan Bu Aam harus mengulang di gelombang 12.

Meskipun demikian, saat ini Bu Aam sudah berhasil menaklukkan dirinya dan melejitkan banyak karya berbentuk buku. Bahkan kini beliau telah menjadi kurator beberapa buku antologi dan sukses menjadi pemenang dalam lomba guru blogger se-Indonesia. Selamat, Bu Aam!

Materi yang dibahas oleh Bu Iin adalah tentang konsep buku non-fiksi. Sebelum memaparkan materi tersebut, beliau menceritakan mengenai pengalaman menulis buku tandem dengan Prof Ekoji. Saat ini buku Bu Iin sudah duduk manis di etalase toko buku Gramedia di seluruh Indonesia. Selain Bu Iin, ada delapan teman seangkatannya yang juga berhasil menerbitkan buku di penerbit Andi. Keren banget yah, pemirsa!

Menurut Bu Iin, untuk memupuk kecintaan dalam menulis seorang penulis harus kembali pada niat awalnya. Apa yang mendasari atau menjadi alasan kuat seseorang menjadi penulis. Kalau pengalaman Bu Iin, ada tiga keinginan mendasar yang beliau miliki sebelum menulis, yakni:
1. Ingin mewariskan ilmu dengan buku
2. Ingin memiliki buku solo yang terpajang di toko buku online maupun offline.
3. Ingin mengembangkan profesi sebagai guru.

Selain itu motivasi dari dirinya sendiri, Bu Iin juga menjadikan quote dari beberapa tokoh sebagai motivasinya dalam menulis. Diantaranya adalah quote dari Imam Al-Gazali berikut.
 Ditambah lagi dengan kalimat motivasi dan sumber inspirasi dari penulis terkenal bernama Pramoedya Ananta Toer.
Secara pribadi, saya juga demikian. Saya memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menjadi bagian dari peradaban dunia. Itulah alasannya sehingga saya masih berada di kelas ini, mengikuti aturan main dalam belajar, dan berusaha menuntaskan tugas resume semaksimal mungkin. Mohon doa dan dukungannya yah, pemirsa!

Lebih lanjut, Bu Iin menjelaskan bahwa pada dasarnya ada tiga pola dalam menulis buku non-fiksi.
1. Pola Hierarkis, yakni menulis berdasarkan tahapan-tahapannya. Artinya penulisan dimulai dari yang mudah ke hal yang lebih sulit ataupun dari sesuatu yang sederhana hingga ke materi yang lebih kompleks. Contohnya: buku pelajaran.
2. Pola Prosedural, yaitu menulis diurutkan berdasar pada langkah-langkah dalam prosesnya. Misalnya: buku panduan.
3. Pola Klaster, merupakan penulisan yang disusun secara poin per poin atau dari satu bagian ke bagian lainnya. Pola ini diterapkan dalam menulis buku kumpulan tulisan (antologi) maupun buku berisi beberapa bab yang memiliki tema yang sama.

Berikutnya, Bu Iin memaparkan dengan sangat rinci tentang empat langkah dalam menulis buku non fiksi.
1. Kegiatan Pratulis
Pada langkah pertama ini, penulis harus melewati beberapa tahapan menulis. Ada 9 tahap yang dijelaskan oleh Bu Iin.
a. Menentukan tema
b. Menemukan ide
c. Merencanakan jenis tulisan
d. Mengumpulkan bahan tulisan
e. Bertukar Pikiran 
f. Menyusun daftar
g. Meriset
h. Membuat mind-mapping
i. Membuat kerangka

Adapun tema yang biasa dibahas dalam buku non fiksi adalah tentang pendidikan, keluarga, motivasi, parenting, dan lain sebagainya. Dalam menulis buku non fiksi, Bu Iin berkiblat pada panduan yang bisa ditemukan melalui channel YouTube pak Yulius Roma Patendean di https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be

Dalam video tersebut terdapat istilah Anatomi Buku. Menurut Bu Iin, dengan mengikuti nasehat pak Yulius, maka tulisan akan menjadi rapi dan tertata dengan baik mulai dari bagian awal sampai halaman terakhir buku.

Berikut susunan atau anatomi buku:
a. Halaman judul
b. Halaman persembahan (boleh ada boleh tidak)
c. Halaman daftar isi
d. Halaman kata pengantar (opsional)
e. Halaman prakata
f.  Halaman ucapan terima kasih (jika ada)
g. Bagian atau bab-bab
h. Halaman lampiran (kalau ada)
i.  Halaman glosarium
j. Halaman daftar pustaka
k. Halaman indeks
l. Halaman tentang penulis

Wow begitu runtut dan lengkap informasi yang diberikan. (Saya suka, saya suka!) Insya Allah anatomi buku ini akan saya simpan dengan sebaik-baiknya.

2. Menulis Draf
Langkah kedua ini kegiatan menulis dilakukan dengan tanpa batasan yang mengikat. Yang terpenting adalah menulis dan terus menulis. Konsep tulisan dituangkan melalui media tulis dengan prinsip kebebasan. Selain itu, di tahap ini tidak terlalu dipentingkan mengenai kesempurnaan tulisan. Akan tetapi difokuskan pada penulisan ide-ide dalam benak penulisnya.

3. Merevisi Draf
Pada langka ini, penulis harus melakukan revisi terhadap sistematika atau struktur tulisan dan cara penyajiannya. Penulis juga harus memeriksa gambaran umum dari naskah tulisannya.

4. Menyunting Naskah
Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam menulis buku non fiksi adalah menyunting Naskah berdasarkan pada KBBI dan PUEBI. Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam proses menyunting Naskah, yaitu: 
a. Ejaan
b. Tata Bahasa
c. Diksi
d. Data dan fakta
e. Legalitas dan norma

Narasumber menyatakan bahwa menulis merupakan sesuatu yang penuh dengan hambatan. Pernyataan beliau agak bertolak belakang dengan narasumber lainnya yang menganggap bahwa menulis itu mudah. Hambatan yang sering ditemukan oleh penulis berkisar pada hambatan waktu, kreativitas, teknis, tujuan, dan psikologis.

Meskipun demikian, Bu Iin juga memberikan obat penawar bagi hambatan-hambatan tersebut dengan membagikan tips kepada peserta.
Adapun cara mengatasi hambatan dalam menulis menurut Bu Iin ada empat.
1. Banyak membaca.
2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar.
3. Disiplin menulis setiap hari.
4. Pergi ke pasar dan memasak.

Bu Iin memiliki hobi memasak, pemirsa. Jadi beliau memasukkan aktivitas memasak sebagai mood-booster dalam menulis. Bagaimana dengan Anda? Temukan mood-booster kita berdasarkan hobi yang dimiliki, yah! Selamat mencoba!

Malam ini saya tidak sempat mengajukan pertanyaan ke narasumber hebat. Bukan apa-apa. Pasalnya, saat ini saya sedang tidak di rumah. Malam ini ada pertemuan keluarga yang harus saya hadiri di mukim kakak saya yang tertua. Jadinya, saya harus mengikuti dua agenda penting secara bersamaan. Sambil ikut perkuliahan, juga saya duduk manis di ruang tengah rumah kakak sulungku.

Meskipun demikian, tak ada satu pembahasan pun yang terlewati. Di sini maupun di sini. Eh, apa maksudnya ini yah, pemirsa? Silakan dimaknai saja sendiri. Maklumlah, saya harus membagi perhatian di dua hal yang berbeda. Keduanya berlangsung di dua dunia yang juga berbeda,  secara online  dan offline. 

Saya ucapkan terima kasih dan syukur tak terhingga kepada Allah subhaanahu wa ta'ala yang telah memberikan pertolongan-Nya kepada saya. Semoga apa yang kita lakukan dapat mendatangkan keberkahan dalam hidup kita semua. Aamiin...

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga saya sampaikan kepada Bu Iin sebagai narasumber dan Bu Aam selaku moderator yang telah meluangkan waktu dan berbagi kepada kami. Semoga Allah memberikan keberkahan hidup kedua ibu penulis hebat Indonesia.








Waktu Kegiatan: Jumat, 21 Mei 2021
Resume ke: 16
Tema: Konsep Buku Non Fiksi
Narasumber: Musiin, M. Pd.
Gelombang: 18

Jumat, 07 Mei 2021

MENJADI PROOFREADER BAGI TULISAN SENDIRI

Pertemuan kelima belas hari ini dipandu oleh Bu Rita Wati. Sebelum memandu acara, beliau terlebih dahulu menyapa dan memberi salam kepada seluruh peserta. Selain itu, beliau juga menyampaikan susunan acara pada hari ini. 

Selanjutnya, beliau memperkenalkan narasumber yang akan membagi ilmu dan pengalamannya kepada peserta kelas belajar menulis bersama PGRI. Susanto, S. Pd. adalah nama narasumber pada hari ini. Beliau akrab disapa dengan sebutan Pak De. Beliau seorang guru SD Negeri Mardiharjo Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Eh, pak De ternyata alumni kelas belajar menulis gelombang 15 loh, pemirsa. Berarti 3 gelombang sebelum saya.
Tema yang akan dibahas oleh pak De yaitu tentang Proofreading sebelum menerbitkan tulisan. Istilah ini begitu asing bagi saya sehingga sangat memacu keingintahuan saya. Apakah ini sama prosesnya dengan editing atau bagaimanakah sebenarnya? Ayo kita simak penjelasannya!

Menurut pak De, proofreading pada dasarnya merupakan aktivitase mengoreksi atau memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan ke orang lain. Aktivitas ini dilakukan pada bagian akhir setelah tulisan selesai. Lalu, samakah dengan kegiatan mengedit? Ternyata tidak, pemirsa!

 Mengedit dan mengoreksi merupakan dua langkah yang berbeda dalam proses merevisi teks. Pengeditan dapat melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, maupun bahasa. Misalnya, dalam sebuah teks terdapat kalimat majemuk yang terdiri dari banyak sekali kalimat tunggal, maka yang hrua dilakukan adalah proses mengedit. Kalimat majemuk tersebut diurai menjadi beberapa kalimat yang relatif lebih ringkas.

Sedangkan proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi. Contohnya apabila ada sebuah tulisan yang sudah bagus, uraiannya sesuai tema, struktur bahasanya bagus, dan kalimat yang digunakan juga tidak begitu panjang. Biasanya yang dilakukan kemudian hanyalah proses proofreading. Hal yang dikoreksi mungkin hanya berkisar pada penggunaan tanda baca ataupun pemakaian huruf kapital pada kata-kata tertentu saja.

Ada 4 langkah penting dan bersinergi dalam melakukan proses editing dan proofreading.
1. Pengeditan konten
Aktivitas ini merupakan revisi draf awal teks. Terkadang yang dilakukan adalah memindahkan, menambahkan, menghapus, atau bahkanengubah konten secara signifikan.

2. Pengeditan baris
Dalam hal ini kemungkinan terjadi perubahan kata, frasa, kalimat, dan penyusunan ulang paragraf untuk meningkatkan alirah teks. Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan cerita, ide, ataupun argumen dengan sebaik-baiknya.

3. Menyalin pengeditan
Langkah ini dilakukan untuk memoles kalimat agar menjadi sempurna. Dalam artian bahwa tata bahasa yang digunakan sudah benar, sintaksnya jelas, dan konsisten dalam gaya tulisan. Aktivitas menyalin ini tidak melakukan perubahan konten teks sedikit pun, kecuali jika ada kalimat bermakna ambigu atau multitafsir. 

4. Proofreading
Nah, ini yang dimaksud sebagai aktivitas terakhir setelah tulisan selesai. Proofreading dilakukan mengacu pada empat hal, yakni:
a. Mengecek ejaan. Seharusnya dalam proses ini tetap berkiblat pada KBBI. Namun pada kata-kata tertentu menunjukkan sebuah gaya tulisan yang khas penerbit.
b. Memenggal kata-kata dan ini tetap mengacu pada KBBI.
c. Konsistensi nama dan ketentuan.
d. Memprhatikan judul bab dan penomorannya.

Pada hakikatnya, aktivitas proofreading dilakukan dengan memposisikan diri sebagai pembaca pertama sebuah tulisan. Hanya pembacalah yang dapat menilai sebuah tulisan. Dengan demikian, jika proses proofreading telah selesai diharapkan agar tulisan kita lebih mudah dicerna oleh pembacanya.

Menurut nasarumber, beliau sebenarnya bukan seorang proofreader ataupun editor profesional. Akan tetapi beliau diberi kesempatan untuk melakukannya dan berhasil. Ada beberapa karya buku penulis hebat di PGRI yang menggunakan jasa beliau sebagai editor maupun proofreader. Ada bukunya Bu Aam, Bu Kanjeng, dan penulis hebat lainnya. Dan...ternyata buku antologi kami sebagai peserta gelombang 18 juga diedit oleh pak De loh, pemirsa!
Dengan tingginya 'jam terbang' beliau di dunia pengeditan, sehingga ada begitu banyak ilmu, informasi, dan pengalaman yang beliau bagikan pada peserta. Salah satu diantaranya adalah bagaimana memperlakukan tulisan sebelum diterbitkan di blog masing-masing.
1. Hindari kesalahan penulisan atau thypo.
2. Perhatikan penggunaan tanda baca dalam tulisan (tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda tanya, maupun pemakaian spasi).
3. Penggunaan kata 'di' harus disesuaikan dengan fungsinya. Apakah berfungsi sebagai awalan ataukn sebagai kata depan.
4. Pahami aturan ejaan yang ada dalam PUEBI.
5. Hitunglah jumlah kata dalam sebuah kalimat. Jumlah kata maksimal yang disarankan pada umumnya terdiri dari 20 kata.
6. Gunakan dua alat proofreading yakni PUEBI daring dan KBBI daring.

Dari penjelasan narasumber, saya dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa seorang penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Dengan menjadi pembaca pertama pada tulisan kita secara otomatis kita telah melakukan langkah awal dari proses editing dan proofreading. 
Ketika kita membaca tulisan kita sendiri, sebaiknya dengan bersuara (lirih ataupun lantang) sehingga dapat dipastikan bahwa pesan yang kita maksud sampai ke pembacanya nanti. 

Aktivitas proofreading kedua juga bisa dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita. Sahabat, saudara, maupun rekan kerja yang akrab dengan kita juga bisa melakukannya. Itupun kalau mereka bersedia, hehehe... Selain itu, ada juga penyedia jasa editor dan proofreader berbayar loh. Informasinya dapat diperoleh melalui google yah, pemirsa!

Sebelum mengakhiri perkuliahan, pak De memberikan oleh-oleh berupa slide berisi hal-hal yang sering ditemui dalam proses editing dan proofreading. Terima kasih oleh-olehnya, pak De! Insya Allah saya akan menjadi proofreader terbaik untuk tulisan saya sendiri. Aamiin...






Waktu pertemuan: Jum'at, 07 Mei 2021
Resume ke: 15
Tema: Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan
Narasumber: Susanto, S. Pd.
Gelombang: 18






Kamis, 06 Mei 2021

MENULIS BERSAMA EKOJI AKADEMI

Hari ini hari kedua puluh empat Ramadan 1442 Hijriyah bertepatan dengan hari keenam Mei 2021 Masehi. Cuaca begitu dingin di sini. Sudah dua hari hujan mengguyur kota Bantaeng. Meskipun tidak begitu deras, tetapi cukup membasahi tubuh orang yang sedang berada di ruang terbuka. 

Sepanjang perjalanan saya dan teman-teman di WAG belajar menulis bersama PGRI gelombang 18, baru kali ini ada perkuliahan di hari Kamis. Biasanya kami menerima materi di hari Senin, Rabu, dan Jumat. Menurut kabar yang disampaikan oleh Omyaj dan Bu Aam, narasumber yang terjadwal di hari Rabu kemarin sedang berhalangan. Dengan demikian jadwal materi diundur ke hari ini (Kamis, 06 Mei 2021).
Narasumber hari ini adalah seorang profesor, pemirsa! Beliau bernama Prof. Richardus Eko Indrajit. Sebelum mempersilakan narasumber, Bu Aam membagikan link CV beliau yakni https://id.m.wikipedia.org/wiki/Richardus_Eko_Indrajit

Prof Eko kelahiran Jakarta pada tanggal 24 Januari 1969. Beliau merupakan salah satu anggota PB PGRI seperti Omjay. Selain sebagai pendidik, beliau juga seorang penulis. Karya buku dan jurnal yang telah diterbitkan sudah sangat banyak loh, pemirsa! Saking banyaknya, sampai-sampai saya tidak dapat menyebutkannya satu demi satu.

Di awal pemaparan materi, Prof Eko menyatakan bahwa pada dasarnya semua orang memiliki potensi menjadi penulis. Sama halnya dengan potensi yang dimiliki untuk bisa membaca. Dalam perjalanannya kemudian, ada hal penting yang menjadi pembeda antara satu orang dengan yang lain. Hal tersebut adalah keinginan mereka untuk memupuk kemampuan menulisnya.

Pada siang yang sejuk ini, Prof Eko membagikan tips agar modal menulis yang dimiliki semua orang bisa berkembang dan semakin meningkat. Lalu akan dengan mudah menghasilkan karya tulis berbentuk buku maupun jurnal.
1. Temukan ide tulisan. 
Ide tulisan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan pengalaman pribadi ataupun orang lain, keinginan terhadap sesuatu, perasaan yang sedang dirasakan, dan banyak lagi sumber inspirasi lainnya.

2. Tuliskan sesuatu yang dikuasai dan disukai.
Ketika Anda menuliskan hal-hal yang dikuasai dan disukai, maka tentu tulisannya akan mengalir begitu saja. Materinya tidak perlu terlalu dipikirkan dan pembahasannya akan berlanjut terus menerus.

Suasana perkuliahan hari sangat berbeda dengan sebelumnya. Grup WA dibiarkan terbuka begitu saja (tidak terkunci) sebagaimana permintaan narasumber. Menurut saya, Prof Eko ingin berinteraksi langsung dengan peserta selama beliau memberi materi. Ternyata benar, pemirsa! Baru beberapa chat yang dibagikan, beliau sudah menyampaikan pertanyaan ke peserta.

Pertanyaan pertama yang beliau ajukan adalah mengenai tujuan kami selaku peserta dalam mengikuti kelas belajar menulis ini. Satu per satu peserta menjawab pertanyaan tersebut. Saya juga tidak mau ketinggalan. Saya jawab dengan mengirim chat di WAG.
[Saya ingin mewariskan kebaikan kepada generasi berikutnya]

Jawaban saya itu langsung direspon oleh Prof Eko dengan memberikan beberapa pertanyaan. Beliau menanyakan tentang jenis kebaikan apa yang akan saya wariskan. Dari situ saya mulai paham tentang alur berpikir seorang penulis. Prof Eko telah memberikan stimulus yang sangat tepat kepada kami selaku penulis pemula.

Begitu juga dengan jawaban dari teman-teman peserta lainnya. Prof Eko langsung merespon dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan jawaban mereka. Saya senang sekali dengan metode perkuliahan hari ini, pemirsa!

Saya kemudian memberikan kesimpulan terhadap tanya jawab tersebut. Menurut saya, jika seseorang telah menemukan hal yang dikuasai dan disukai, maka langkah selanjutnya adalah mempersempit cakupannya. Hingga kemudian sebuah ide tulisan terpampang dan tergambar dengan jelas dalam benaknya. 

Selanjutnya, Prof Eko memberi penawaran menulis bareng bersama para peserta. Istilah kerennya, tandem. Kami berebutan menulis nama di list yang dibuat oleh Bu Aam. Sebenarnya, Prof Eko akan membagikan tips agar dapat menghasilkan sebuah buku dalam waktu sepekan. Tetapi beliau terlebih dahulu ingin melihat seberapa besar animo peserta untuk tandem bersama beliau.

Secepat kilat, list tersebut sudah mencapai angka dua puluh. Nah, pada saat itulah Prof Eko memberikan jurus jitu menulis bersama beliau.
1. Nonton channel YouTube Prof Eko (Ekoji Channel) dan jangan lupa subscribe! Peserta diminta menelusuri video-video yang ada di dalamnya, lalu menentukan tema yang paling menarik.
2. Jika sudah menemukan judul, konsultasikan ke Bu Aam. Cari tahu apakah judul tersebut sudah ada yang memilihnya atau belum.
3. Setelah memastikan bahwa judul tersebut belum bertuan, maka nonton kembali video terkait untuk mendapatkan poin-poin penting yang akan dibahas.
4. Buatlah TOC (Table of Content) atau daftar isi yang memuat enam bagian yakni 5W1H: what, when, where, who, why, how.

Prof Eko mengatakan bahwa peserta gelombang 18 ini merupakan kelompok keempat yang akan tandem bersama beliau. Kelompok ini diberi nama May-in-Love. Naskah buku kami nantinya akan diterbitkan oleh penerbit mayor. Artinya, ini tidak berbayar alias gratis loh, pemirsa! Saya menjadi gregetan dibuatnya.

Semangat saya kini meluap-luap dan semakin membara. Ini ditandai dengan gaya duduk saya yang tidak tenang dan kedua kaki saya pun menjadi dingin. Dalam waktu beberapa menit saja, saya sudah berkali-kali mengubah posisi duduk. 

Prof Eko lalu mengarahkan kami untuk menelusuri trend topik atau tema melalui link https://youtu.be/ndKOSlhxqc8. Kami diminta menginput tema yang rencananya akan kami tulis pada fitur penelusuran di link tersebut. Dari situ dapat diketahui trend dari tema tersebut di pasaran. Jika grafiknya mengarah pada peningkatan di bagian kanan berarti tema tersebut sedang diminati oleh banyak orang. Sebaliknya, jika di ujung kanan terlihat grafiknya menurun, maka sebaiknya penulis tidak memilih tema tersebut.

Seterusnya, Bu Aam diminta untuk membuat grup WA khusus bagi peserta kelompok 4 yang akan menulis bersama Prof. Eko. Saya belum sempat bergabung, tetapi sudah saya bintangi, kok. Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta dan semuanya diberi jawaban yang memuaskan. Prof Eko memang seorang motivator ulung, pemirsa!

Di akhir perkuliahan beliau menyampaikan bahwa ada pepatah lama yang berbunyi "ala bisa karena biasa, tak kenal maka tak sayang". Begitulah keadaan seseorang terhadap dunia kepenulisan. Jika dia belum mengenal dunia tulis-menulis, maka dia tidak akan terjun di dalamnya dan begitupula sebaliknya.

Semua chat dari Prof Eko segera saya tandai dengan sebuah bintang. Saya tidak mampu memilih dan memilah chat mana yang akan saya bahas dalam resume ini sebab semua kalimat yang beliau tuliskan adalah hal yang sangat penting bagi saya. Terima kasih, Prof! Semoga saya bisa mewujudkan impian saya untuk mewariskan kebaikan bagi generasi penerus bangsa. Aamiin...



Waktu pertemuan: Kamis 06 Mei 2021
Resume ke: 14
Tema: Program Menulis Buku Mayor Ekoji Akademi
Narasumber: Prof. Richardus Eko Indrajit
Gelombang: 18





Selasa, 04 Mei 2021

MENJAWAB TANTANGAN NARASUMBER

Pertemuan ketiga belas kelas belajar menulis bersama PGRI berlangsung pada hari Senin tanggal 3 Mei 2021. Narasumber bernama pak Sudomo, S. Pt. memberikan sebuah tantangan kepada seluruh peserta. Beliau memberikan dua instruksi mengenai tantangan menulis fiksi di akhir materinya, yakni:

Saya merasa terpanggil untuk menjawab tantangan tersebut. Saya ingin tahu passion saya dalam menulis. Apakah saya bisa menghasilkan tulisan berbentuk fiksi atau nonfiksi? Untuk mengetahui hasilnya, saya harus mencoba toh, pemirsa?

Sebenarnya saya ingin mengerjakannya setelah tugas resume materi selesai, tetapi waktunya sangat mepet. Di Bantaeng saat itu sudah menunjukkan jam setengah lima sore. Saya harus segera 'bersidang di DPR' untuk menyiapkan menu buka puasa. Kalau saya menulis terus, nanti suami dan anak-anak saya berbuka pakai apa, pemirsa? Bisa-bisa saya tidak diizinkan ikut pelatihan menulis. Oh, no!

Alhamdulillaah masih ada waktu sampai hari ini (deadline hari  Selasa, 04 Mei 2021 pukul 23.59). Dengan begitu, saya bisa lebih leluasa mengatur waktu. Setelah urusan di dapur dan di masjid beres, malam ini saya mencoba menulis tema dan premisnya.

Berikut merupakan jawaban saya terhadap tantangan pak Sudomo mengenai tema yang bisa dijadikan cerita fiksi:
a. Buah dari kesabaran
b. Indahnya saling memaafkan
c. Berkah kebiasaan berbagi
d. Kisah si anak yatim
e. Pengalaman seorang ibu selama WFH

Dari kelima tema tersebut, sebenarnya ada beberapa yang ingin saya kembangkan menjadi premis. Namun karena narasumber hanya meminta satu tema saja yang dikirim bersama premisnya, maka saya memilih tema yang pertama yakni buah dari kesabaran.

Adapun premis dari tema yang saya pilih adalah sebagai berikut:
Seorang menantu perempuan yang tetap berbakti kepada mertuanya meskipun diperlakukan berbeda dengan menantu lain karena berstatus PNS akhirnya memetik buah dari kesabarannya.

Demikian jawaban saya terhadap tantangan narasumber. Semoga bisa masuk dalam kategori yang diinginkan oleh beliau. Saya sangat berharap ada umpan balik dari beliau. Mohon doanya yah, pemirsa! Terima kasih.

Senin, 03 Mei 2021

CARA MEMBUAT CERITA FIKSI

Siang ini awan hitam menggantung di langit kota Bantaeng. Cahaya mentari bersembunyi di balik gumpalan awan. Namun, saya masih tetap merasakan kehangatannya di sini. Ya, di sini. Di rumah mungil ini, saya bersama suami dan dua putra hebatku. 

Kehangatan keluarga merupakan dambaan semua insan. Kami menghabiskan waktu bersama menjalani hari-hari penuh berkah di bulan nan suci ini. Sungguh beruntung saya bisa memiliki mereka. Alhamdulillaah wasysyukru lillaah. Terima kasih, duhai Tuhanku!

Walaupun cuaca mendung dan angin bertiup pertanda hujan sedang bergegas ke sini, semangat saya belajar di WAG tetap membara. Siang ini Bu Kanjeng membagikan flyer kegiatan di WAG belajar menulis bersama PGRI.
Ternyata beliau yang akan memandu acara pada pertemuan ketiga belas hari ini. Bu Kanjeng, seorang guru penulis, sang motivator dan sumber inspirasi banyak guru di Indonesia. Beliau bertugas sebagai moderator dalam perkuliahan siang ini.

Materi tentang kiat menulis cerita fiksi akan dipaparkan oleh narasumber bernama Sudomo, S. Pt. Beliau seorang guru IPA di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat. Beliau kelahiran Sukoharjo pada tanggal 27 Maret 1975.

Berdasarkan biodata yang dibagikan oleh Bu Kanjeng, saya melihat begitu banyak karya dan prestasi yang dimiliki oleh pak Sudomo. Sungguh pantas jika beliau didaulat sebagai narasumber di kelas ini. Kami selaku peserta harus banyak belajar dan mengorek informasi tentang dunia kepenulisan kepada beliau. 

Setelah menunggu beberapa menit, pak Sudomo segera menyapa peserta dan memperkenalkan diri melalui VN. Setelah itu, beliau menceritakan tentang asal mula ketertarikannya menulis cerita fiksi. Ternyata beliau bisa piawai dalam melahirkan banyak karya tulisan berbentuk fiksi itu belajarnya secara otodidak loh. 

Pak Sudomo mulai belajar menulis cerita fiksi sejak tahun 2011. Beliau bergabung dalam sebuah komunitas penulis fiksi. Mereka saling sharing dan berkolaborasi membuat tantangan menulis fiksi. Lama kelamaan beliau ketagihan dan terus berkarya menulis fiksi. Hingga akhirnya buku solo perdana beliau berjudul "Cermin", yakni sekumpulan cerita kilat (terdiri atas 123 kata) dengan tema tentang Ibu.

Lalu pada tahun 2017, beliau mulai menekuni tulisan berbentuk cerita pendek. Beliau mencoba sebuah tantangan baru dalam menulis cerpen secara duet dengan seorang cerpenis. Mereka berdua mengumpulkan karya cerpen sampai akhirnya berhasil menerbitkan buku. Buku tersebut merupakan buku kumpulan cerpen pertama beliau dan diterbitkan oleh Media Kita.

Di tahun 2018, beliau mulai merambah ke dunia cerita anak. Beliau saat itu menerbitkan sebuah buku cerita anak yang berhasil diterbitkan oleh Penerbit mayor, pemirsa! Buku cerita anak tentang nilai-nilai antikorupsi tersebut diterbitkan oleh Penerbit MNC Grup Gramedia. Wow!!!

Berikutnya beliau memaparkan mengenai seluk-beluk cerita fiksi. 
1. Beliau memberikan pencerahan tentang pentingnya belajar menulis cerita fiksi bagi seluruh guru di Indonesia. Mengapa ini penting padahal kan ada guru Bahasa Indonesia yang lebih berkompeten mengajarkannya. Berikut alasan utamanya menurut pak Sudomo.
2. Para peserta diarahkan pada kriteria atau persyaratan yang harus dimiliki agar bisa menulis cerita fiksi. 
3. Ada beberapa jenis cerita fiksi yang dapat dipelajari. Dengan adanya pengetahuan mengenai hal ini akan membantu guru untuk menentukan passionnya dalam menulis fiksi. Berikut pembagian kelompok cerita fiksi lengkap dengan ciri-cirinya masing-masing.
Dari tujuh jenis cerita fiksi, para peserta boleh mencoba dan belajar membuat satu demi satu. Teruslah berlatih sampai kita menemukan bahwa tulisan yang telah dihasilkan berada pada salah satu jenis cerita fiksi tersebut. Selamat mencoba, pemirsa!

4. Unsur-unsur yang membentuk dan membangun sebuah cerita fiksi. Secar umum unsur-unsur tersebut dapat dipelajari berdasarkan gambar berikut.
a. Tema, merupakan ide pokok cerita. Tips: pilihlah tema yang dekat dengan diri kita, bahannya mudah diperoleh, dan ruang lingkupnya spesifik.
b. Premis, yaitu ringkasan cerita dalam satu kalimat yang terdiri dari karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan, dan resolusi. Semua unsur oremis dikemas dalam sebuah kalimat yang utuh. Inilah yang menjadi dasar untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita.
c. Plot atau alur, merupakan rangkaian kejadian atau peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita.
d. Penokohan, yaitu penjelasan secara detail mengenai karakter dalam cerita.
e. Latar atau setting, yakni penggambaran tentang suasana, waktu, maupun tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.
f. Sudut pandang atau dikenal dengan istilah POV (point of view), yakni bagaimana cara penulis menempatkan dirinya dalam cerita.

5. Pak Sudomo membagikan slide yang memberi gambaran mengenai proses menulis cerita fiksi.

Semua kegiatan yang dilakukan itu selalu tergantung dan dimulai dengan niat. Jika niat penulis sudah mantap dan kuat untuk belajar menulis fiksi, maka hal berikutnya yang dilakukan adalah membaca. 

Bahan bacaan yang paling utama yaitu karya-karya fiksi orang lain (penulis ternama). Lalu tentukan ide (tema dan premis) dan genre yang sesuai dengan passion kita (anak-anak, remaja, dewasa, dsb). Kemudian buatlah outline dan kembangkan menjadi sebuah tulisan yang utuh. Lanjutkan dengan swasunting (revisi dan edit) dan terakhir publikasikan cerita kita.

Saya menyimak dengan seksama penjelasan secara rinci mengenai langkah-langkah menulis sebuah cerita fiksi. Secara garis besar saya menyimpulkan bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin dilakukan sepanjang ada niat dan tekad yang kuat untuk belajar. Termasuk dalam belajar menulis cerita fiksi. 

Di akhir pertemuan, pak Sudomo memberikan tantangan kepada peserta sebagaimana di gambar berikut.
Tantangan ini saya terima dan insyaallah akan saya kirimkan ke narasumber. Doakan yah, pemirsa!




Waktu Pertemuan: Senin, 03 Mei 2021
Resume ke: 13
Tema: Kiat Menulis Cerita Fiksi
Narasumber: Sudomo, S. Pt.
Gelombang: 18

AGUSTUS MERDEKA

      Bulan Agustus telah tiba. Bulan kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke 77 tahun. Seluruh penduduk di Indonesia menyambut bulan kemerdeka...