Jumat, 18 Maret 2022

MARET: REZEKI TAK TERDUGA (Part 3)

Hari ini tanggal 18 Maret 2022 bertepatan dengan hari ke-15 Sya'ban 1443 tahun Hijriyah. Di hari yang terkenal dengan istilah 'nisfu Sya'ban ' ini seluruh umat Islam dianjurkan untuk berpuasa sunnah. Menurut hadis Nabi, nisfu Sya'ban merupakan salah satu hari Raya bagi malaikat. Pada saat seperti ini, para malaikat turun ke bumi dan mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan manusia kepada Allah.

Bersama keluarga, saya tidak mau ketinggalan momen nisfu Sya'ban tahun ini. Sejak kemarin kami sudah menyiapkan diri untuk berpuasa. Kami sudah janjian untuk saling menghubungi pada waktu sahur. Alhamdulillaah, pukul 4 dinihari saya sudah terbangun. 

Setelah melaksanakan sholat Subuh berjamaah, kami memulai hari sebagaimana hari-hari sebelumnya. Mengingat kondisi kesehatan saya belum stabil, maka saya ke sekolah diantar jemput oleh suami. 

Saat ini siswa kelas XII di madrasah kami sedang mengikuti Ujian Madrasah Berbasis Komputer (UMBK) dan sudah berada di hari kelima. Setiba di madrasah, saya memantau pelaksanaan ujian di Laboratorium komputer. Begitu juga di sebuah ruang kelas yang digunakan sebagai tempat ujian berbasis android.

Setelah memantau kegiatan UMBK, saya menuju ke ruang perpustakaan. Saya telah menyampaikan kepada kepala perpustakaan untuk mengadakan supervisi manajerial. Saya didampingi oleh staf tat usaha menuju ke sana. 

Setiba di sana, ternyata staf TU lupa membawa instrumen penilaian yang akan saya gunakan dalam melakukan supervisi. Saya pun memintanya untuk mencetak instrumen tersebut di ruang TU. Sambil menunggu, saya gunakan waktu untuk membaca sebuah buku tentang Fikih Wanita.

Tak lama berselang, staf TU sudah berada di perpustakaan. Saya memulai kegiatan supervisi dengan kepala perpustakaan bersama seorang pustakawan. Ada 15 item yang saya periksa di ruangan tersebut. Ada beberapa item yang sudah terpenuhi secara maksimal, ada juga yang masih perlu dibenahi dan dilengkapi. Saya sangat bersyukur sebab kedua tenaga perpustakaan tersebut cepat tanggap dan mudah memahami penjelasan yang saya berikan.

Setelah kegiatan supervisi selesai, saya pamit. Kepala perpustakaan sempat menawarkan air minum dan kue, tetapi saya menolak dengan halus. Saya langsung begerak menuju kantor. Saya butuh beristirahat sejenak setelah berdiskusi lama dengan tenaga perpustakaan. Waktu 2 jam tidak terasa berjalan sebab perbincangan di ruang perpustakaan yang begitu menyenangkan. 

Setiba di ruang kerja, saya langsung berisitirahat di kursi tamu. Huft, saya merasa cukup lelah. Namun, selang beberapa menit saya beristirahat, tenaga saya menjadi pulih kembali. Di meja tamu ruang kerja saya telah tersedia kue Panada dan air minum. Dalam waktu sekejap, saya langsung melahapnya. Alhamdulillaah, betapa nikmat karunia Allah kepada saya. 2 buah kue Panada dan segelas air putih telah mengisi lambungku.

Beberapa menit kemudian, suami sudah datang menjemput. Saya bersiap-siap pulang sebab waktu sudah menunjukkan pukul 11.15 WITA. Sebentar lagi, waktu sholat Jum'at tiba. Suami harus bersiap melaksanakan sholat Jum'at.

Saya melongok ke ruang tata usaha. Di sana kulihat staf TU sedang mengupas sebuah mangga. Saya menjadi ngiler dibuatnya. Setelah meminta izin, saya mengambil satu potong mangga yang ada di depan staf TU. Rasanya segar sekali! 

Selagi saya menikmati segarnya si buah mangga, seorang panitia bersama dua tenaga perpustakaan juga ikut bergabung di ruang TU. 

"Ayo, makan mangga! Ini rasanya benar-benar nikmat!" Tuturku sambil menunjukkan potongan mangga di tangan kananku.

"Iya, Bu. Terima kasih." Jawab Bu Nur. "Saya sedang puasa, Bu." Lanjutnya.

"Astagfirullah!" Seruku histeris. Kumuntahkan seluruh mangga yang ada di mulutku ke tisu. 

Semua orang yang ada di ruang TU sontak kaget. Tak ada satupun yang berbicara. Mereka hanya mengikutiku dengan tatapannya. Ketika saya kembali ke ruangan, staf TU mulai bertanya.
"Kenapa, Bu?" tanyanya panik.
"Astagfirullah, saya juga sedang berpuasa hari ini, Bu." Seruku sambil tertawa. "Saya benar-benar lupa kalau sedang puasa. Saya tadi sudah makan kue dan minum segelas air."

Mereka semua ikut tertawa dan memberi ucapan selamat padaku. Ini hal yang sering terjadi di lingkungan orang Islam. Jika ada orang yang berpuasa, kemudian lupa dan dia makan ataupun minum, itu artinya dia sedang ketiban rezeki.

Saya cepat-cepat berkumur untuk menghilangkan rasa makanan yang masih ada di mulutku. Saya ceritakan hal ini ke suami dan beliau juga ternyata lupa kalau sedang berpuasa.

"Pantas saya merasa sangat dahaga sepulang dari perpustakaan. Air yang kuminum juga terasa segar dan nikmat sekali melewati tenggorokanku." Tuturku panjang lebar kepada semua orang yang ada di sekitarku. Mereka pun tersenyum-senyum melihat tingkahku.

Staf perpustakaan lalu bercerita bahwa dia juga pernah seperti itu. Bahkan dia sudah makan nasi dan lauknya. Sialnya lagi, dia teringat tentang puasanya pada suapan terakhir dan belum minum air putih. Namun, dia tetap melanjutkan puasanya sampai waktu Magrib.








Minggu, 06 Maret 2022

JANUARI BER-HAB (Part 1)

Tahun 2021 telah meninggalkan semesta. Dia pergi dengan membawa berjuta kenangan dan warna-warni kehidupan.  Kini giliran tahun 2022 datang mengisi hari. Seperti tahun-tahun yang lalu, di awal tahun Miladiyah, tepatnya di hari ketiga Januari, seluruh warga Kementerian Agama Republik Indonesia merayakan kegiatan Hari Amal Bakti yang disingkat HAB. 

Berbeda dengan dua tahun sebelumnya, kali ini peringatan HAB digelar di gedung Balai Kartini yang terletak di ibukota kabupaten. Pada tahun 2020 dan 2021, upacara HAB hanya bisa disaksikan dan diikuti melalui dunia maya (video conference) saja. Ini diakibatkan masa pandemi yang berkepanjangan. Alhamdulillaah, HAB tahun ini sudah bisa dilaksanakan di dunia nyata secara serentak di seluruh Indonesia. 

Biasanya upacara HAB diselenggarakan di lapangan terbuka, tepatnya di lapangan pantai Seruni Bantaeng atau di halaman kantor Bupati. Lalu dilanjutkan dengan acara ramah tamah di ruangan tertutup. Namun saat ini ada informasi cuaca buruk dari BMKG untuk daerah selatan bagian selatan pulau Sulawesi sehingga upacara sekaligus ramah tamah terselenggara di dalam gedung. Meskipun demikian, inti dari kegiatan HAB diharapkan tetap tercapai.

Sejak pukul 7 pagi, seluruh karyawan dan karyawati Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng mulai berdatangan. Tenaga ASN maupun beberapa non-ASN memasuki gedung. Ada yang datang sendiri-sendiri, ada juga yang berkelompok. Mulai dari guru, penyuluh, penghulu, kepala seksi dan penyelenggara, kepala sub bagian tata usaha, kepala kantor kementerian agama tingkat kabupaten, dan para tamu undangan mulai menduduki tempat yang telah diatur oleh panitia. 

Selain itu, diantara tamu yang diundang, tampak juga beberapa orang pensiunan. Aku segera menemui dan menyapa mereka satu demi satu. Ada kegembiraan tersendiri bisa bertemu langsung dengan para pensiunan yang telah mengabdikan diri dan beramal bakti di kementerian agama. Ada harapan dalam hatiku, 'semoga bisa juga kurasakan masa purnabakti di kementerian ini'. Aamiin.

O iya, ada yang istimewa dalam pelaksanaan HAB tahun ini. Di sebelah barat gedung tampak kesibukan panitia dan beberapa ibu-ibu. Terdengar hingar bingar. Mereka mengatur beberapa nampan berisi nasi tumpeng dengan label dan kreasinya masing-masing. Aku bejalan melewati setiap meja yang di atasnya tertata rapi hasil kreasi nasi tumpeng dari madrasah dan kantor KUA. Salah satu meja diisi oleh kreasi nasi tumpeng dari madrasah kami. Ada 3 rekan kerjaku yang bertugas di sana. Terima kasih, kawan!

Upacara segera dimulai. Para pelaksana telah bersiap di posisinya masing-masing. Seorang MC cantik mulai memandu acara. Pemimpin dan pengatur upacara mulai bersiap-siap. Kelompok paduan suara juga sudah mengatur diri di bagian samping panggung. Aku berdiri di barisan paling depan, berdekatan dengan pemimpin upacara. 

Awalnya aku mengambil barisan paling belakang sebab sudah banyak orang mengisi tempat di bagian depan ketika aku tiba di gedung. Beberapa saat kuperhatikan, ternyata ada 1 kursi kosong di barisan ketiga dari depan. Aku maju dan mengisi kekosongan itu. Pada saat gladi, ternyata di depanku ada 1 lagi tempat yang belum terisi. Aku maju lagi ke barisan kedua. Menjelang upacara dimulai, seorang pegawai muda di depanku diminta untuk membawa baki penghargaan bagi ASN berprestasi. Dengan begitu, aku inisiatif mengisi tempat pegawai muda itu di barisan terdepan. 

Seluruh peserta upacara mengikuti acara dengan khidmat. Pemimpin upacara yang berdiri di sebelahku segera mengambil posisi yang telah ditentukan. Bertindak selaku pembina upacara yaitu bapak Bupati Kabupaten Bantaeng, Ir. Ilhamsyah Azikin, M. Si. Beliau membacakan pidato seragam dari Menteri Agama Republik Indonesia. 

Setelah upacara selesai, para pelaksana bergembira ria dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mereka berhasil melaksanakan tugas tanpa kendala yang berarti. Aku mulai membuka pembicaraan dengan pemimpin upacara. Baru kali ini aku melihatnya. Ternya dia seorang ASN yang baru saja menuntaskan masa induksinya di MAN Bantaeng. Dia seorang guru Penjaskes dan berasal dari kabupaten Jeneponto. Kuberi ucapan selamat padanya. Tidak sembarang orang yang diberi amanah untuk memimpin upacara loh, kawan. 

Kegiatan segera dilanjutkan dengan acara ramah tamah HAB. Kegiatan ini dirangkaikan dengan pidato kebangsaan oleh seorang orator senior dari Makassar. Sungguh aku menjadi tercerahkan setelah mendengar pidatonya. Menurutku, salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menciptakan perdamaian dan kerukunan umat beragama di seluruh nusantara. 

Pesan penting yang kudapatkan hari ini yakni seorang manusia perlu memahami posisinya di bumi ini. Ada tiga jenis persaudaraan atau ukhuwah yang mesti dipertahankan dalam menciptakan perdamaian dunia, yakni ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wasathiyyah, dan ukhuwah insaniyyah.

Ukhuwah Islamiyyah merupakan ikatan persaudaraan seorang muslim dengan muslim lainnya. Persaudaraan yang terjalin sebab adanya persamaan agama. Dalam hal ini, sang orator memberikan penekanan bahwa setiap mukmin adalah bersaudara. Di belahan bumi manapun, jika dia seorang muslim, seorang mukmin, maka dia adalah saudara bagi muslim dan mukmin lainnya.

Ukhuwah wasathiyyah adalah 






FEBRUARI PENUH KESIBUKAN

Bulan Februari ini penuh dengan berbagai macam kegiatan. Di  pekan pertama, madrasah kami dikunjungi oleh anggota LSM dari Makassar. Dari surat tugas dan proposalnya kuketahui bahwa LSM ini bernama Gerak Indonesia yang berpusat di kota Makassar. Ada 8 tugas yang tertera di sana dan salah satunya adalah memantau dana BOS di sekolah maupun madrasah. Setelah berbincang, kupahami bahwa maksud kedatangan mereka adalah meminta sumbangan dalam rangka rencana harlahnya di bulan Maret. Saat ini belum ada dana yang dikucurkan ke madrasah sehingga aku menyumbang atas nama pribadi saja.

Pekan kedua, aku menjalankan program pemantauan kelengkapan administrasi pembelajaran guru di kelas. Bersama wakil kepala madrasah bidang kurikulum, aku mengecek kelengkapan mengajar guru di kelasnya masing-masing. Ada 4 dokumen yang kami cari selama memantau yakni RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), daftar hadir siswa, daftar nilai (kognitif maupun psikomotorik), dan blanko penilaian sikap. Hasil temuan kami diskusikan berdua, selanjutnya kami memberi pembinaan kepada guru mata pelajaran.

Selain itu, kami juga menerima kunjungan orang tua siswa. Ada yang meminta surat rekomendasi untuk anaknya yang ingin pindah dari madrasah lain ke madrasah kami. Ada juga yang memang sengaja diundang oleh wali kelas dan wakil kepala madrasah bidang kesiswaan untuk mengkonfirmasi ketidakhadiran anaknya di madrasah. Dari kunjungan tersebut ditemukan bahwa siswa yang jarang hadir di madrasah itu disebabkan oleh kondisi kesehatan ibunya yang semakin menurun. Siswa tersebut harus menjaga dan mengurus ibunya yang sakit di rumah, sementara bapaknya harus bekerja di sawah. Hal ini penting dikomunikasikan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak madrasah dengan orang tua siswa. Alhamdulillaah, satu masalah telah teratasi!

Di akhir pekan kedua, kegiatan vaksinasi kembali digelar di madrasah kami. Tentunya kami bekerjasama dengan tim vaksinator dari Puskesmas terdekat. Ada 32 siswa yang divaksin saat itu. Ada yang baru vaksin pertama, ada juga yang sudah vaksin kedua. Di hari yang sama, pihak pengurus lembaga pendidikan Ma'arif tingkat kabupaten juga mengadakan pertemuan dengan seluruh kepala madrasah se-kabupaten Bantaeng. Mulai dari tingkat RA (Raodathul Atfal), MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah), sampai ke tingkat MA (Madrasah Aliyah) khusus Ma'arif di kabupaten ini berkumpul dan berdiskusi tentang program lembaga.

Pada pekan ketiga, sebagai ketua pengurus organisasi profesi di tingkat ranting, aku mengundang rekan-rekan pengurus untuk membentuk panitia pelaksana kegiatan. Saat ini kami berencana mengadakan rapat kerja gabungan dengan ranting madrasah ibtidaiyah. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pekan depan dan berlokasi di salah satu pondok pesantren di kotaku.
Panitia hanya memiliki waktu 4 hari menyiapkan segala sesuatunya. Keesokan harinya aku mendengar kabar kalau ketua ranting mitra kerjaku jatuh sakit. Artinya, hanya aku seorang yang akan mendampingi panitia melakukan persiapan kegiatan. Bismillah, atas izin Allah aku berharap kegiatan ini berjalan lancar. 

Sehari sebelum rapat kerja organisasi, madrasah kami diberi amanah menjadi tuan rumah dalam kegiatan rapat KKM (Kelompok Kerja Madrasah). Hadir pada hari itu Kepala Seksi Pendidikan Madrasah dari kantor kementerian agama kabupaten, juga ketua Pokjawas (Kelompok Kerja Pengawas) madrasah tingkat kabupaten, pengurus dan anggota KKM tingkat madrasah Aliyah se-kabupaten Bantaeng. Sebuah kehormatan bagi kami karena pertemuan ini juga dihadiri oleh kepala bidang pendidikan madrasah dari kantor wilayah Sulawesi Selatan. 

Keesokan harinya, tepatnya pada tanggal 16 Februari 2021, rapat kerja gabungan dilaksanakan. Sayangnya ketua ranting mitra kami sedang jatuh sakit. Dengan demikian, aku harus memantau dua ranting sekaligus hari ini. Kegiatan raker dibuka langsung oleh ketua cabang khusus kementerian agama kabupaten bersama jajarannya. Ada 4 pengurus Cabsus yang mendampingi kami selama rapat kerja berlangsung. Dua orang mendampingi ranting MI dan dua orang lainnya mendampingi ranting yang aku pimpin. Kegiatan ditutup pada pukul 5 sore dan menghasilkan beberapa item program kerja yang mesti kami upayakan pelaksanaannya. Meskipun kami merasa lelah, namun suksesnya kegiatan mampu mengurangi kelelahan itu. Alhamdulillaah!

Pada pekan keempat, kembali madrasah kami mendapat kehormatan sebagai tuan rumah kegiatan hari besar agama Islam tingkat kabupaten. Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW tahun 1443 Hijriyah akan terlaksana di masjid madrasah kami. Aku pikir kegiatan besar ini akan berlangsung di bulan Maret. Tapi ternyata perkiraanku meleset. Ulama besar yang akan memberikan ceramah pada acara tersebut hanya ada waktu luang di akhir bulan ini.

Segera setelah mendapat kabar tersebut, aku bersama kepala MTs Maarif Lasepang segera membentuk panitia pelaksana. Waktu persiapan kegiatan sangat singkat. Hanya 1 hari saja, kawan! Bayangkan! Betapa sibuknya kami menyiapkan segala sesuatunya, mulai dari persuratan, perlengkapan, pengaturan acara, sampai pada konsumsi. Beruntung kami memiliki tim solid yang mampu bekerja cepat, bekerja cerdas, dan bekerjasama dengan baik. 

Hari Sabtu, tanggal 26 Februari 2021 Miladiyah, seluruh daya dikerahkan demi kesuksesan acara. Pengurus OSIM (Organisasi Siswa Intra Madrasah) di dua tingkatan membantu panitia pelaksana dalam menjemput tamu, mengatur parkiran, dan membagikan konsumsi bagi para undangan. Begitu pula dalam menjaga kebersihan lingkungan madrasah. 

Menjelang waktu sholat Maghrib, kegiatan berakhir. Namun panitia pelaksana masih tinggal di lokasi madrasah untuk merapikan kembali tempat kegiatan sekaligus makan malam bersama. Sungguh aku sangat bersyukur atas karunia Tuhan kepada kami. Kebersamaan di madrasah kami sangat kuat sampai akhirnya pekerjaan tuntas sebelum pukul 21.00 WITA. 

Alhamdulillaah 'alaa kulli haal. Segala puji bagi Allah dalam segala situasi dan kondisi. Hari yang betul-betul sibuk bagi kami di madrasah. Semuanya tetap disyukuri sebagai bagian dari sebuah pengabdian. Besar harapan kami bahwa ini akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Aaamiin.






MARET MERINTIH

Sudah tujuh bulan aku tidak menulis. Tepatnya sejak Agustus tahun lalu, tugas-tugas negara mengalihkan perhatianku dari dunia kepenulisan. Bulan September, bersama rekan-rekan di madrasah aku mengadakan acara launching buku antologi perdana kami. Judulnya "Merajut Asa di Era Tak Biasa", sebuah kisah inspiratif guru-guru madrasah  membelajarkan siswa di masa pandemi Covid-19. Dua puluh tujuh guru MA. Ma'arif NU Lasepang Kabupaten Bantaeng mengabadikan kisah mereka menjalani hari sebagai guru di madrasah sekaligus melaksanakan tugasnya sebagai orang tua di rumah dalam situasi yang tak biasa.

Aku jujur saja, kawan. Sebenarnya ini hanyalah apoloji belaka, sebab aku mafhum betul bahwa menulis merupakan aktivitas yang sangat fleksibel. Sesibuk apapun seseorang jika meluangkan waktu, pastilah dia bisa menulis. Bahkan semakin sibuk seseorang akan semakin banyak hal yang bisa dia tulis. Hehehe....

Saat ini aku sedang terbaring sakit (mohon doanya, kawan!) Waktu selama dua kali 24 jam lebih banyak kuhabiskan di tempat tidur. Jangankan berjalan, untuk bisa duduk pun aku hanya bertahan kurang dari 5 menit saja. Lewat dari itu pasti terdengar rintihan kesakitan di seantero rumahku.

Sebuah penyakit kulit menyapaku. Orang-orang di kampung menyebutnya dengan istilah 'kanrepali'. Menurut ilmu kedokteran penyakit ini disebut 'herpes zooster'. Apesnya lagi, si herpes ini muncul tepat di paha kiri bagian atas sampai ke selangkangan, tepat di lipatan paha. Hari berikutnya, dia menular ke paha kanan sehingga sempurnalah kedua kakiku tidak bisa digunakan untuk berjalan seperti biasanya.

Hari Jum'at yang lalu aku mencoba memaksakan diri untuk tetap ke tempat dinas. Walau harus berjalan terseok-seok, aku berusaha memenuhi janjiku dengan rekan-rekan kerja untuk mengambil gambar bersama. Mumpung ada fotografer yang juga akan mengambil gambar seluruh siswa sebagi calon peserta ujian. Selain itu, juga ada pertemuan orang tua siswa yang harus aku pimpin. 

Manusia hanya berencana, hanya Tuhan yang menentukan segalanya. Setiba di madrasah, aku tak sanggup duduk lama. Sesi pemotretan pun dipersingkat karena aku sudah tak sanggup menahan nyeri di kakiku. Bahkan untuk memimpin rapat orang tua siswa terpaksa kuwakilkan kepada dua rekan kerjaku agar mendampingi ketua komite madrasah.

Tak lama berselang setelah berfoto, suamiku datang menjemput. Aku harus segera pulang. Tak hentinya aku meringis kesakitan sebab kulitku sudah mulai meradang. Dalam kondisi seperti ini aku hanya bisa mengenakan kain sarung saja sebab kulitku tak bisa tersentuh kain celana maupun rok. Sepanjang perjalanan pulang, rintihanku terus terdengar. 

Setiba di rumah, aku berganti pakaian dengan hati-hati. Suami dengan sigap membantu. Rintihan kesakitan semakin bertambah sebab aku tidak bisa berdiri tegak. Bahkan untuk berjalan pun aku harus dipapah. Keringat dingin membanjiri keningku karena menahan nyeri yang luar biasa. 

Setengah jam berikutnya, aku sudah berbaring di tempat tidur. Aku tidak tahu bagaimana posisi yang tepat agar rasa sakit itu berkurang. Tidur terlentang tidak bisa, tidur menyamping juga tidak pas. Kucoba untuk duduk saja di atas kasur. Ternyata posisi duduk yang nyaman juga susah kutemukan. 

Suamiku segera mengambil segelas air hangat untukku. Glek, glek, glek. Sekejap isi gelas semuanya berpindah melewati tenggorokanku. Alhamdulillaah! Baru kusadari bahwa sejak tadi aku belum minum setetes air pun. 

Pukul sebelas, suamiku pamit hendak menjemput anak-anak di sekolah. Aku mengiyakan dan mencoba untuk beristirahat sambil berbaring. Sekali lagi. Kuambil guling untuk menyangga kaki kiriku, lalu mengatur posisi kaki kanan sebaik mungkin. Yes! Aku berhasil.

Beberapa menit kunikmati rasa sakit yang menggigit di kaki kananku dengan iringan doa dan istigfar. Aku memohon kepada Tuhan agar menjadikan momen ini sebagai penggugur dosa-dosa. Aku yakin pasti ada dosa yang telah kulakukan, yang disengaja atau tidak, yang besar maupun kecil, yang tampak juga yang tersembunyi. Aku pasrah pada kehendak Tuhan semata.

Tiba-tiba ponselku berdering. Ummi Rahel, terpampang nama kakak tertuaku di layar putih. Tak terasa gerimis hatiku. Sejak ibu bapakku meninggal dunia beberapa tahun silam, dialah pengganti mereka berdua bagi kami, adik-adiknya. Adakah firasat yang dirasakan saat ini sampai dia menghubungiku? Ibarat seorang ibu terhadap anaknya.

"Assalamualaikum!" Aku membuka percakapan.

"Wa'alaikumsalaamwarahmatullaah," terdengar jawaban dari seberang. "Apa kabar, dik? Lagi di mana sekarang?" tanyanya.

"Aku di rumah, kak. Sedang kurang sehat ini." Jawabku dengan suara tertahan. 

Benar dugaanku. Kakak tertua sedang merasakan kalau ada sesuatu yang terjadi pada salah satu adiknya. Hatiku menjadi sendu. Kerinduanku pada ibu semakin membuncah. Saat seperti ini biasanya aku dibelai dan diusap-usap penuh kasih sayang oleh ibuku. Dan belaian itu bisa menjadi obat terampuh bagi sakitku. Kini dia tak ada lagi di sisi. Dia telah menyusul bapak yang lebih dulu berpulang kembali ke alam baka.

Kakakku terus menanyaiku dan memberi semangat agar aku segera sehat kembali. Sesekali dia menceritakan kisahnya hari ini sehingga aku sejenak melupakan rasa nyeri di kaki. Setelah beberapa menit berbincang, dia mengakhiri panggilan.

Ada rasa senang sekaligus menyesal dalam hati. Aku senang karena baru saja berbincang dengan kakakku. Sakitku terasa berkurang setelah mendengar suaranya. Namun rasa sesal juga menyergapku sebab tak pernah menyempatkan diri menjenguk ketika Ummi Rahel sedang sakit. 

Kabar tentang kondisi Ummi Rahel sudah kudengar beberapa hari yang lalu dari kakakku yang ketiga, Ummi Jiya. Menurutnya, kakak tertua kami terjatuh di WC dan tidak sadarkan diri. Pada saat itu, aku sedang bersiap pulang ke rumah setelah seharian bekerja di madrasah. Aku merasa sangat lelah sehingga kuputuskan untuk mengunjunginya keesokan harinya. Setiba di rumah, kudapati anak sulungku sedang menggigil kedinginan sementara suhu badannya semakin meninggi. 

Sampai tiga hari berikutnya, aku hanya fokus pada kesehatan anak sulungku, Fathir. Setiap pulang aku berniat akan menelepon dan menanyakan kabar Ummi Rahel. Sayangnya, sampai malam menjelang aku tidur niat itu tak kesampaian. Begitu seterusnya sampai hari ini aku yang terbaring sakit. Lalu Ummi Rahel yang menghubungiku. Terima kasih, kakakku! Maafkan adikmu ini.

Pada saat sakit seperti ini, aku tetap mengurusi beberapa hal di madrasah. Lewat ponsel, kuhubungi rekan kerjaku untuk menghadiri undangan rapat koordinasi di tingkat kabupaten. Baru kali ini ada pertemuan pimpinan yang dilaksanakan pada hari Ahad. Aku merasa bahwa ada sesuatu yang sangat urgen dan mendesak yang ingin disampaikan oleh kepala kantor kementerian dan tidak bisa menunggu sampai hari Senin. 

Selain itu, urusan persiapan ujian akhir madrasah juga sangat mendesak untuk diselesaikan. Operator madrasah melaporkan bahwa data peserta ujian sudah hampir rampung. Ternyata masih ada satu orang siswa yang belum lengkap dokumennya termasuk foto. Segera kuhubungi wali kelas siswa tersebut untuk membantu menyelesaikan perkara ini. Hari Senin besok deadline pengiriman dan kartu ujian harus diterbitkan. Jika sampai malam ini siswa tersebut tidak melengkapi dokumennya, dengan sangat terpaksa dia tidak bisa ikut ujian akhir.

Persiapan ujian akhir madrasah mulai dilakukan oleh panitia yang telah dibentuk. Ketua panitia sekaligus wakil kepala madrasah bidang kurikulum telah mengikuti Bimtek penyusunan soal ujian. Hari Sabtu kemarin telah membimbing seluruh guru mata pelajaran di kelas akhir untuk menyusun soal berdasarkan apa yang telah diperolehnya dalam kegiatan Bimtek. Dari 18 guru pengampu mapel, hanya tiga orang saja yang tidak hadir. Lima belas guru yang hadir dan mendapat bimbingan diharapkan dapat menyelesaikan soal berbentuk multiple choice sebanyak 50 item, lengkap dengan kisi-kisinya. Aku terus memantau aktivitas di madrasah melalui ponselku, juga berdasarkan wakil-wakilkunyang ada di madrasah.

Urusan domestik di rumah secara keseluruhan diambil alih oleh suami dan anak-anak. Aku hanya berbaring di tempat tidur. Sesekali kupaksa diriku bangun jika hendak ke kamar kecil ataupun pada saat makan dan minum saja. Nyeri akibat si herpes masih terus kurasakan, namun tetap kunikmati. Aku yakin Tuhan pasti sedang menguji kesabaranku melalui penyakit ini. 

Sejatinya, bukan hanya aku yang diuji saat ini. Akan tetapi orang-orang di sekitarku pun demikian. Suami dan anak-anak juga diasah kepekaan dan kesabarannya dalam merawatku. Begitu pula rekan-rekan kerjaku di madrasah. Etos kerja dan komitmen mereka juga sedang diuji selagi aku tidak bersama mereka di madrasah.

Hanya satu pintaku saat ini. Aku berharap bisa melewati masa-masa sulit ini tanpa prasangka buruk kepada Tuhan. Semoga si herpes segera beranjak dari kulitku dan setelah ini aku menjadi semakin mantap dalam menjalani hari-hari penuh pengabdian, di rumah maupun di tempat tugasku. Aamiin.







AGUSTUS MERDEKA

      Bulan Agustus telah tiba. Bulan kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke 77 tahun. Seluruh penduduk di Indonesia menyambut bulan kemerdeka...