Minggu, 21 Maret 2021

MOTIVASI MENULIS DAN BERPRESTASI

Malam ini aku menyimak penjelasan dari narasumber cantik di WAG sambil menidurkan putra keduaku. Bu Salamah namanya. Dia seorang penulis hebat dari Wonosobo yang telah menelurkan 35 buku dalam kurun waktu 10 tahun (Wow...! Luar biasa hebat, bukan?)

Bu Salamah mengupas tentang tips agar dapat menghasilkan karya dan dilirik oleh penerbit mayor sebagaimana yang diimpikan oleh para penulis. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh penulis jika ingin bukunya diterbitkan di penerbit mayor. Pertama, tentukan tema yang akan ditulis. Dalam hal ini, penulis harus fokus pada satu tema tertentu dalam sebuah karya. Tentunya disesuaikan dengan minat dan bakat penulis.

Kedua, perhatikan visi dan misi dari penerbit yang akan dituju. Setiap penerbit memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dengan penerbit lain. Karakter penerbit tertuang dalam visi dan misi. Jika penulis ingin bukunya diterbitkan di sebuah penerbit mayor, maka dia harus memastikan bahwa tulisan tersebut sejalan dengan visi dan misi penerbit.

Selain itu, Bu Salamah juga memberikan motivasi kepada para peserta agar tetap konsisten dalam menulis. 
1. Tetap jaga semangat menulis. Setiap orang memiliki motivasi dan semangat menulis yang fluktuatif. Kadang naik, kadang turun. Sebagai penulis, menjaga semangat inilah yang paling penting untuk dilakukan agar dapat menghasilkan karya. 

2. Banyak berkumpul dengan orang-orang yang memiliki energi positif. Salah satu caranya adalah dengan bergabung dalam komunitas penulis, secara online maupun offline. Bu Salamah meyakinkan bahwa perkumpulan atau grup-grup menulis dapat menjadi salah satu sumber energi positif bagi penulis, terutama penulis pemula.

3. Menulis terus dan jangan berhenti menulis. Seseorang dapat disebut sebagai penulis jika dia menulis. Agar penulis dikenal dan memberi manfaat bagi orang banyak, maka dia harus terus menulis. Seorang penulis harus terus menulis dan tidak berhenti menulis agar kemampuannya tetap terasah.

4. Punya target dalam menulis. Nah, ini yang paling penting. Seorang penulis harus memiliki target pencapaian yang akan dituju. Jika dalam prosesnya seorang penulis mengalami penurunan semangat, target ini yang akan menjadi pelecut spirit dalam menulis. Tanpa target, penulis tidak akan pernah berhasil melahirkan sebuah karya. Bu Salamah menyampaikan bahwa semua penulis top saat ini merupakan seorang penulis pemula yang memiliki target tertentu di masa lalu. Jadi, mulai sekarang tentukan target Anda dalam menulis!

Aku terus menyimak materi Bu Salamah yang sebagian besarnya disampaikan dalam bentuk voice note atau VN. Suaranya merdu dan intonasinya cukup menarik sehingga ada beberapa VN yang kuputar ulang sampai beberapa kali.

Terakhir,  Bu Salamah menegaskan bahwa jika seorang penulis telah berhasil melakukan menaklukkan dirinya dengan terus menulis, dia pasti akan menerbitkan satu buku. Jika buku pertama telah diterbitkan, maka yakin saja akan lahir lagi buku kedua, ketiga, dan beberapa buku setelahnya.  Terima kasih atas semangat dan motivasi yang telah Ibu suntikkan kepada kami selaku penulis pemula. Semoga Bu Salamah tetap sehat dan sukses selalu. Aamiin...

Selasa, 16 Maret 2021

MENULIS DIKALA SAKIT

Malam ini pertemuan ke-28 kelas belajar menulis bersama PGRI. Perkuliahan dipandu oleh Bu Ditta. Sedangkan narasumbernya bernama Suharto, S. Ag., M. Pd. Beliau seorang guru mata pelajaran Fikih di MTs Negeri 5 Jakarta. 
Pak Suharto sering disapa dengan sebutan Cang Ato. Beliau telah berhasil memenangkan dirinya dari belenggu putus asa dikala sakit menerpa. Walaupun raganya tak berdaya akibat penyakit yang diderita, semangat untuk berkarya masih terus membara. Saya salut sekaligus merasa malu, pemirsa. Sampai saat ini, beliau telah menerbitkan enam buku solo dan dua karya tulis antologi.

Cang Ato menjadi sumber inspirasi bagi seluruh peserta kelas belajar menulis asuhan Omjay. Beliau memberikan bukti konkrit bahwa kesuksesan itu bukan hanya milik orang yang sehat dan pintar saja. Orang yang sedang diuji dengan penyakit parah pun ternyata masih bisa berkarya. Lalu, tunggu apa lagi, pemirsa?

Dalam diskusi kali ini, Cang Ato membagikan tips dan langkah praktis agar penulis pemula dapat menghasilkan buku dengan mudah.
1. Tuliskan hal-hal yang dipahami dan dikuasai. Jika seorang penulis membahas tentang hal-hal yang dikuasainya, maka dia akan dengan mudah menyampaikan hal tersebut kepada pembacanya. Sebaiknya penulis mulai menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, sistematis dan kalimatnya tidak terlalu panjang.

2. Ceritakan tentang apa yang pernah dialami sendiri. Sebagai penulis pemula, sebaiknya menulis peristiwa yang telah terjadi dalam hidupnya. Ini bertujuan untuk memudahkan penulis dalam menuntaskan naskah tanpa perlu menguras pikiran. Selain itu, pengalaman pribadi penulis bisa menjadi rujukan bagi pembaca yang mungkin juga mengalami hal yang serupa dengannya.

3. Fokuskan tulisan pada satu tema tertentu. Seorang penulis harus menentukan lebih awal mengenai tema yang akan dibahas. Jika sudah jelas temanya, maka pembahasan dari bab pertama sampai terakhir akan saling terkait satu sama lain. Hindari membahas beberapa tema dalam satu buku!

4. Tentukan target pencapaian. Ketika penulis mulai berencana menghasilkan karya buku, sebaiknya ada target yang dimiliki. Dengan menentukan target, penulis akan berusaha maksimal dan lebih termotivasi untuk mencapainya sesuai waktu yang direncanakan. Selain itu, target pencapaian juga bisa menjadi pelecut semangat jika sewaktu-waktu penulis mengalami kendala maupun hambatan dalam menulis.

5. Jaga api semangat dalam diri. Semangat merupakan modal utama dalam dunia kepenulisan. Meskipun sifatnya fluktuatif, semangat menulis tidak boleh sampai hilang dalam jiwa seorang penulis, terutama bagi yang masih pemula. Penulis harus mampu menemukan cara agar tetap bersemangat menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan.

6. Jangan pernah membandingkan tulisan sendiri dengan tulisan orang lain. Setiap penulis memiliki ciri khas atau karakteristik tulisan yang berbeda satu dengan lainnya. Namun seorang penulis tetap harus rajin membaca karya tulis orang lain untuk memperkaya khazanah pengetahuan dalamenulis naskah.

Langkah-langkah praktis ini telah dilewati dan dilakoni oleh Cang Ato hingga akhirnya mampu menerbitkan beberapa karya terbaik. Hal inilah yang kemudian ditularkan kepada seluruh peserta di kelas belajar menulis. Cang Ato berprinsip bahwa menulis dapat memberikan banyak manfaat bagi orang lain dan tentunya juga menjadi penyemangat bagi diri sendiri dalam melewati masa-masa sulit hidup ini.

Pada sesi tanya jawab, ada sebuah pesan yang saya garis bawahi dari jawaban Cang Ato kepada penanya. Beliau menyebutkan bahwa seorang istri yang hebat tidak tampak dari raganya. Akan tetapi terasah melalui cobaan yang diberikan selama bertahun-tahun. Ketika ada seorang istri yang masih tetap setia dan terus bertahan mengurusi suami yang sakit menahun, maka sejatinya dialah istri hebat itu. Alloohummarzuqnaa...

Setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Maka dari itu, sebelum ajal menjemput, gunakan kesempatan hidup ini dengan menularkan kebaikan-kebaikan kepada sesama, salah satunya dengan melalui tulisan. Terus saja menulis meskipun ada yang menghina. Terus saja menulis, orang lain terserah mau bilang apa. Terus saja menulis sebab setiap tulisan akan menemukan takdirnya. Itulah pesan yang saya peroleh dari pemaparan materi Cak Ato malam ini.

Sungguh, malam ini saya mendapat banyak pelajaran berharga dari seorang guru agama yang sangat menginspirasi. Terima kasih, Cang Ato! Terima kasih atas suguhan penuh nutrisi bagi jiwa para penulis pemula seperti diriku. Semoga Allah subhaanahu wa ta'ala memberikan kesehatan lahir dan batin kepada kita semua. Aamiin...






Waktu kegiatan: Jum'at, 18 Juni 2021
Resume ke: 28
Tema: Menulis Dikala Sakit
Narasumber: Suharto, S. Ag., M. Pd.
Gelombang: 18

Minggu, 14 Maret 2021

MENULIS ITU CANDU

Malam ini aku menunggu-nunggu kabar dari WAG belajar menulis asuhan Omjay. Sejak pukul 18.00 WITA, aku terus mengecek notifikasi yang masuk di aplikasi hijau favoritku. Aku tidak tahu persis mengenai jadwal yang ditetapkan di kelas belajar menulis tersebut. Yang aku tahu, di kelas belajar menulis ini selalu ada sharing pengalaman, pengetahuan, aplikasi, dan ilmu tentang dunia kepenulisan.

Selama ini, aku hanya mengikuti saja setiap ada materi yang diberikan oleh para narasumber hebat. Mereka memaparkan berbagai tips dan trik agar para peserta dapat menyelesaikan tulisannya sesuai target. Bahkan, aku pernah menghadiri webinar secara online tentang public speaking yang juga diprakarsai oleh Omjay. (Omjay kerreeen euy!)

Sebenarnya, aku mulai bergabung di grup bentukan Omjay sejak gelombang keenam. Akan tetapi aku lebih banyak menyimak saja obrolan teman-teman di grup tersebut. Hanya sesekali saja aku ikut nimbrung, itupun jika ada hal yang ingin kutanyakan mengenai materi yang disampaikan. Aku tidak begitu memperhatikan anjuran dari Omjay untuk membuat resume setiap kali kegiatan diskusi.l berakhir.

Aku merasa sudah cukup puas ketika membaca penjelasan para narasumber dan dilengkapi dengan sesi tanya-jawab. Jika moderator bersiap menutup dan mempersilakan narasumber menyampaikan closing statement, akupun bersiap untuk tidur. Maklumlah, perbedaan waktu di Jakarta dengan wilayah tempat tinggalku di Sulawesi Selatan kan berkisar satu jam lamanya. 

Aku sering membaca pesan dari Omjay kepada peserta agar menulis resume di blognya masing-masing. Terkadang aku juga membaca tulisan teman-teman  yang dibagikan link-nya di WA. Aku mencoba mendaftarkan diri di kelas blog binaan Mr. Bams. Aku sampaikan bahwa aku ingin belajar membuat blog dan beliau menyambut baik keinginanku itu. Namun, akibat kelalaianku sendiri, sampai saat ini aku belum pernah bergabung ke WAG tersebut. (Aku sangat menyesal saat ini, Mr. Bams...)

Akhir-akhir ini, aku sering mengikuti materi yang disampaikan oleh alumni kelas menulis yang berhasil digembleng pada angkatan atau gelombang sebelumnya. Setelah kubaca dengan seksama, ternyata kelas asuhan Omjay sudah mencapai grup ketujuh belas. Sebuah angka yang cukup fantastis, menurutku. Sudah banyak guru yang dibimbing hingga mencapai kesuksesan, sedangkan aku masih tetap seperti ini.

Aku menjadi malu sendiri melihat keberhasilan teman-teman peserta mencetak buku solo mereka. Bahkan ada beberapa orang diantaranya sukses melahirkan beberapa judul buku. (Selamat yah, teman-teman! Ijinkan aku iri pada kalian...)

Sejak saat itu, aku mulai membuat target dan menantang diriku sendiri. Aku mulai belajar membuat blog dipandu oleh seorang guru inspiratif, Bu Aam Nurhasanah. Aku sangat berterima kasih kepada bu Aam sebab dia rela membantuku dan sabar menjawab berbagai pertanyaanku. 

Setiap malam, kuluangkan waktu untuk menulis tentang apa saja lalu menitipkannya di blog. Aku tak boleh tidur sebelum menyelesaikan satu tulisan. Itulah sebabnya malam ini aku menunggu materi yang akan dibuat resume. Meskipun tidak ada kegiatan diskusi di WAG, aku akan tetap menulis. 

Saat ini aku merasa kecanduan menulis. Apa saja yang kutemui, kurasakan, kubaca, kupikirkan, dan kualami dalam hidupku akan kusulap menjadi sebuah tulisan. Aku berharap candu ini bertahan dalam diriku selama nyawa masihi dikandung raga. Aamiin...

Kepada para pembaca yang budiman, aku mohon agar tulisanku dikoreksi, dikomentari, dan diberi masukan-masukan yang sifatnya membangun. Aku haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya telah bersedia mengeja karyaku. Semoga Tuhan memberkahi hidup kita semua. Aamiin...


Sabtu, 13 Maret 2021

KETINGGALAN INFORMASI

Malam ini aku kedatangan beberapa tamu di rumah. Sepulang dari sekolah pada pukul 15.45 WITA,  kudapati Ibu mertuaku sedang asyik bermain bersama cucu-cucunya di ruang tamu. Aku sangat senang dikunjungi oleh ummi (panggilan untuk ibu mertuaku) secara mendadak begini. Biasanya, ummi mengabari aku atau suamiku jika ingin berkunjung ke rumah. Tetapi hari ini, ummi datang tanpa memberi kabar sebelumnya. Mungkin ummi ingin memberi kejutan buat aku dan suami.

Setelah berganti pakaian dan membersihkan badan, segera kutemui ummi di ruang tengah. Dia masih asyik bermain bersama putraku, Awi, yang baru berusia lima tahun. Aku menanyakan kabar ummi dan keluarga besar suamiku di kampung. Memang, sudah lama aku tidak bertemu dengan keluarga suamiku di sana. Banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari kondisi kesehatan ummi, adik-adik iparku, peristiwa yang terjadi di kampung, sampai pada rutinitas kami sehari-hari.

Setelah mengobrol lama, aku bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan menu makan malam spesial bersama ummi. Beberapa menit kemudian, ummi menyusulku ke dapur. Ummi membantuku memasak sambil sesekali berbincang-bincang. Rasanya tak ada habis-habisnya topik yang kami bahas. 

Menjelang magrib, urusan di dapur selesai. Saatnya melaksanakan sholat magrib berjamaah dan dilanjutkan dengan tadarrus (membaca) kitab suci al-Qur'an. Setelah itu, aku segera menyiapkan makan malam dibantu oleh putra sulungku, Jaddid. Kami bersantap malam bersama dengan penuh kegembiraan. Pada saat aku merapikan ruang makan, terdengar suara ketukan dan salam di pintu depan.

Putraku Jaddid mengintip melalui jendela untuk melihat orang yang ada dibalik pintu. Ternyata, kakak sulungku - kak Eni - bersama keluarganya yang datang. Aku merasa senang kedatangan tamu kedua kami hari ini. Kak Eni meminta tolong diajari menggunakan aplikasi google formulir untuk membuat soal ujian online. Setelah pekerjaanku di dapur dan di ruang makan selesai, aku mulai beralih profesi menjadi instruktur bagi kakakku.

Selama kurang lebih dua jam aku berperan sebagai guru privat bagi kak Eni. Aku langsung meminta kak Eni berlatih menggunakan aplikasi tersebut. Ketika menunggu kak Eni menginput soal ke google form, aku mengecek WAG belajar menulis asuhan Omjay. Di sana kudapati informasi dari Omjay bahwa malam ini akan digelar webinar PGRI dengan judul "Optimalisasi Akun Pembelajaran dalam Mengelola Kelas Digital". 

Tanpa memperhatikan hal lain, aku langsung meng-klik link zoom meeting yang dibagikan di WAG. Ternyata, oh ternyata, di ruang zoom sedang berlangsung sesi tanya jawab. Wadduh..., aku ketinggalan informasi, pemirsa! Segera aku membuka ruang chat dan membaca beberapa pertanyaan yang masuk. Dari situ aku memperoleh gambaran bahwa yang dibahas oleh pemateri adalah penggunaan akun pembelajaran gratis yang diberikan oleh pemerintah untuk memudahkan para pendidik dan peserta didik di masa pandemi. 

Akun ini dapat diperoleh melalui aplikasi dapodik (data pokok pendidikan) masing-masing satuan pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bekerjasama dengan Google menyiapkan akun pembelajaran gratis dengan domain www.belajar.id. Aku terus menyimak jawaban dan penjelasan pemateri atas pertanyaan-pertanyaan para peserta. 

Ada salah seorang peserta yang mengirim pertanyaan melalui chat dan ini cukup menarik perhatianku. Dia menanyakan tentang akun bagi sekolah-sekolah di bawah naungan Kementerian Agama. Apakah madrasah dan pondok pesantren juga bisa menggunakan akun pembelajaran gratis ini atau tidak? Sebab di Kemenag itu hanya memiliki akun simpatika bagi guru dan tenaga kependidikannya. 

Pertanyaan tersebut belum sempat kudengar dibacakan oleh moderator ke pemateri, aku kembali disibukkan oleh pertanyaan-pertanyaa kak Eni yang sedang menginput soal ujian ke google form. Aku betul-betul bingung, teman-teman! Aku tak tahu harus fokus ke mana. Di satu sisi, aku ingin mengetahui tentang akun belajar.id pada menit-menit terakhir webinar. Namun di sisi lain, kakakku membutuhkan bantuan dalam penginputan soal. 

Akhirnya, aku tetap fokus mengajar sampai kak Eni pamit pulang ke rumahnya. Aku merasa beruntung dan tersanjung sebab ternyata masih ada orang yang membutuhkan bantuanku meskipun itu hanya berbentuk bimbingan singkat. Adapun mengenai informasi baru yang terlewatkan sebagian besarnya masih bisa kudapatkan melalui sumber-sumber informasi lainnya.

Aku berharap masih ada lagi webinar berikutnya yang membahas tentang akun belajar.id lebih detail dan aku memiliki waktu luang mengikutinya. Meskipun di webinar malam ini tidak dapat kuikuti secara keseluruhan, tapi tak ada penyesalan sedikitpun dalam hatiku karena kedatangan dua tamu istimewa hari ini. Malah aku menganggap bahwa ini merupakan sebuah karunia yang luar biasa dari Tuhan untuk keluarga kecilku.

Terima kasih telah berkunjung, Ummi! Terima kasih telah belajar dan berlatih bersamaku, kak Eni! Aku juga berterima kasih kepada Omjay yang telah mengingatkan kami di WAG belajar menulis jika ada webinar ataupun kuliah tentang kepenulisan. Semoga Omjay sehat selalu. Aamiin...   

Jumat, 12 Maret 2021

MENULIS SEMUDAH BERBICARA

Malam ini aku kembali mengikuti sebuah materi pembelajaran gratis tentang dunia kepenulisan melalui WAG belajar menulis asuhan Omjay. Jujur, aku sangat tertarik pada judul yang ditawarkan kali ini yaitu Belajar Semudah Berbicara Dengan Writer Plus. Ditambah lagi saat ini aku sedang bersemangat untuk memulai langkah awalku di dunia blogger. Aku semakin penasaran dibuatnya.

Materi dimulai dengan salam dan sapaan hangat dari Pak Sucipto selaku moderator. Sebelum memasuki kegiatan inti, Pak Cip (panggilan akrab pak Sucipto) menyampaikan susunan acara dan hal -hal penting yang harus diperhatikan oleh peserta selama materi berlangsung. Tentu tujuan utamanya agar kegiatan malam ini berjalan dengan tertib dan terarah.

Sebagai pembuka, para peserta diajak untuk mengawali kegiatan mulia ini dengan melafalkan Basmalah (bagi umat muslim) dan untuk non-muslim menyesuaikan dengan caranya masing-masing. Setelah itu, pak Cip membagikan biodata pemateri lalu mempersilakannya untuk memulai perkuliahan.

Ibu Sri Melni, S. Kom adalah nama pemateri kami malam ini. Beliau seorang guru TIK sekaligus seorang aktivis di bidang pendidikan. Selain mengajar dan mendidik siswa di SMP Gunung Talang, beliau juga merupakan penggiat literasi di tingkat kabupaten Solok, pemateri handal dan koordinator guru TIK di propinsi Sumatera Barat, serta menjabat sebagai Sekretaris Bidang Kominfo PGRI (wow... kerreeen!)

Bu Sri lalu memperkenalkan sebuah aplikasi yang dapat membantu para penulis Indonesia dalam berkarya. Aplikasi tersebut belum pernah kudengar dan kulihat sebelumnya. Namanya, Writer Plus. Ini merupakan pengetahuan baru dan akan menjadi pengalaman baru bagiku.

Menurut Bu Sri, aplikasi ini berfungsi untuk mengetik kata-kata yang diucapkan oleh seorang pembicara dan secara otomatis akan tersimpan dalam sebuah teks berbentuk tulisan. Aplikasi ini sangat berguna jika seseorang menemukan ide atau gagasan yang akan dituangkan dalam sebuah tulisan di manapun dia berada. Apalagi kalau pada saat itu orang tersebut sedang tidak membawa alat tulis (pulpen dan kertas) maupun laptop, dia sedang malas mengetik, atau bahkan pada saat itu dia sedang beristirahat sambil berbaring. 

Menurutku, aplikasi ini boleh juga disebut sebagai SEPRI atau sekretaris pribadi bagi siapa saja yang menggunakannya. Mengapa? Karena aplikasi ini akan mencatat seluruh ucapan para penggunanya secara keseluruhan. Mengenai apa saja. Tidak ada satu kata pun yang tercecer. Ini sama halnya dengan tugas seorang sekretaris pribadi, kan? 

Namun, ada beberapa hal penting yang wajib diketahui pada saat menggunakan aplikasi ini. 
1. Bahasa yang dapat diidentifikasi oleh aplikasi ini hanyalah bahasa Indonesia. Akan tetapi, apabila setting bahasa yang digunakan di HP berbahasa Inggris, maka aplikasi ini juga akan menggunakan bahasa yang sama. Selain itu, aplikasi ini tidak mengenali suara yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa lokal.
2. Jumlah kata yang dapat ditampung sebanyak 700 kata saja. Hal ini sudah aku tanyakan ke pemateri, namun karena waktunya sudah habis, maka langsung dijawab melalui WA pribadi dengan perantaraan Pak Cip sebagai moderator. (Terima kasih, pak Cip!) 
3. Jika teks yang diucapkan sudah banyak, penulis  bisa langsung memidahkannya melalui WhatsApp Web dan disimpan di file laptop atau komputer. 
4. Hanya ada gambar-gambar stiker atau emoji yang tersedia di aplikasi ini. Jika ingin menambahkan gambar, penulis dapat menggunakan mik word untuk mengedit dan menyisipkannya ke dalam teks.
5. Untuk pemakaian tanda baca, penulis harus menonaktifkan mikrofon lalu klik tanda keyboard. Penggunaan tanda baca dan pengaturan huruf dapat dilakukan seperti pada saat mengetik manual. Pada saat mengedit, para penulis tetap harus berkiblat pada PUEBI, yah!

Tanpa menunggu lama, aku langsung mengunduh aplikasi tersebut melalui play store. Setelah itu, akupun mulai bereksperimen. Awalnya, aku ragu mengucapkan kata-kata sebab aku termasuk tipikal orang yang tidak bisa langsung beradaptasi dengan hal-hal baru. Aku harus memahami dulu seluk beluknya, baru mulai beraksi. Tetapi setelah membaca penjelasan dari Bu Sri, ditambah lagi jawaban beliau terhadap beberapa pertanyaan peserta, aku mulai berbicara di Writer Plus. 

Lalu, tadaaa....! Semua ucapanku berubah wujud menjadi sebuah tulisan, pemirsa! It's amazing! Aku merasa senang sekali sebab selama ini terkadang aku merasa kesulitan menuangkan ide yang tiba-tiba muncul tanpa permisi lalu hilang begitu saja hanya karena aku tidak sempat menuliskannya saat itu. Dengan adanya aplikasi ini, aku optimis bisa mengjasilkan karya seperti teman-temanku di WAG belajar menulis. 

Terima kasih, Bu Sri! Aku berhasil menggunakan aplikasi ini berkat titisan ilmu dari Bu Sri, berkat panduan dari moderator, dan tentunya berkat asuhan Omjay di WAG. Sekali lagi, terima kasih kuucapka  kepada semuanya. Semoga apa yang aku dapatkan malam ini bisa kusebarkan ke teman-temanku di Bantaeng Sulawesi Selatan. Aamiin.





JANUARI BER-HAB (Part 1)

Tahun 2021 telah meninggalkan semesta. Dia pergi dengan membawa berjuta kenangan dan warna-warni kehidupan.  Kini giliran tahun ...