Malam ini saya belum fit betul, pemirsa. Kepalaku masih sering sakit, terutama di bagian depan. Biasanya rasa sakit itu berkurang jika saya berbaring dan menutup mata selama beberapa menit. Namun, saya tetap mengikuti perkembangan di WAG belajar menulis bersama PGRI meskipun banyak yang terlewatkan.
Tadi siang saya melihat sebuah flyer spesial beredar di WAG. Kenapa spesial? Karena di situ ada foto ketua kelas di gelombang 18, Bu Maesaroh, M. Pd. Beliau diberi amanah menjadi moderator di kegiatan malam ini. Wah, ketuaku ini memang keren loh, pemirsa.
Malam ini Bu May akan mendampingi narasumber hebat bernama Dr. Ngainun Naim. Adapun tema yang akan dibahas yakni tentang betapa mudahnya menulis itu.
Sebelum perkuliahan dimulai, Bu Aam sedang merekrut tenaga relawan yang bisa membagikan materi ke grup-grup WA yang lain. Para relawan tersebut diutamakan dari peserta gelombang 18. Ini sebuah peluang besar bagi kami untuk menjadi bagian dari proyek besar dunia literasi Indonesia bersama PGRI.
Sayangnya, saya tidak ditakdirkan untuk mengambil kesempatan emas itu. Saya ingin sekali mengajukan diri, tetapi dengan kondisi seperti ini saya yakin hasilnya tidak bisa maksimal. Saya sedih banget, pemirsa. Semoga masih ada kesempatan kedua buat saya. Aamiin...
Maka dalam waktu sekejap, 4 relawan sudah acung tangan. Mereka telah diberi tugas oleh Bu Aam dan tentunya dibekali dengan ilmu mumpuni dalam menjalankan tugasnya. Selamat bertugas, teman-teman!
Baiklah, sekarang kita fokus ke materi perkuliahan. Narasumber malam ini merupakan seorang penulis hebat sekaligus dosen di IAIN Tulungagung. Beliau seorang doktor jebolan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sampai saat ini, beliau telah menerbitkan puluhan karya berbentuk buku. Buku terbarunya berjudul "Menulis Itu Mudah" dan terbit di awal tahun 2021. Wow, kereen...!!!
Menurut pak Ngainun, ada 9 langkah mudah agar menjadi penulis. Secara detail beliau menjelaskan semuanya kepada seluruh peserta.
1. Rajin membaca
Seseorang yang rajin membaca akan sangat mudah menjadi penulis. Semakin banyak referensi yang dibaca, tentu akan semakin memperkaya perbendaharaan kosakata orang tersebut. Dengan membaca, akan muncul banyak Ide tulisan. Maka untuk memudahkan kegiatan menulis, sebaiknya jadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan. Berjanjilah pada diri sendiri bahwa tiada hari tanpa membaca.
2. Menulis lima paragraf setiap hari
Kalimat ini sudah sering disampaikan oleh para narasumber. Tetapi tak mengapa, pemirsa. Namanya juga manusia, tempatnya khilaf dan lupa. Jadi sangat wajarlah jika sering-sering diingatkan, terutama untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Omjay terkenal dengan prinsipnya yakni "menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi". Pak Ngainun juga punya jargon yang intinya sama dengan Omjay. "Menulis lima paragraf setiap hari".
Secara pribadi, saya sangat yakin akan kebenaran kata-kata para narasumber. Saya percaya bahwa mereka telah membuktikan ucapan tersebut dalam pengalaman kepenulisan mereka. Saya ingin sekali membuktikannya sendiri. Maka mulai hari ini saya bertekad akan menulis setiap hari, minimal lima paragraf. Mohon doa dan dukungannya yah, pemirsa!
3. Tulis apa yang dikuasai
Pak Ngainun menjelaskan bahwa menulis akan menjadi mudah jika yang ditulis itu merupakan sesuatu yang dikuasai. "Tulislah hal-hal yang sederhana, yang pernah dilakukan atau terjadi pada diri sendiri, yang diketahui telah dialami oleh orang di sekitarmu!" Begitu pesan beliau. Dengan demikian tulisan akan terus berlanjut seperti air yang mengalir.
4. Membangun kebiasaan produktif
Seorang penulis harus membiasakan diri untuk menggunakan panca inderanya seoptimal mungkin dalam menemukan ide tulisan. Maksudnya, segala yang terjadi di sekeliling penulis perlu direkam, diolah, lalu dikemas menjadi sebuah tulisan.
Semua yang dilihat, didengar, dibaca, atau dirasakan sendiri dapat dikumpulkan dan diramu menjadi karya tulis. Ibarat peneliti, seorang penulis juga mesti melakukan observasi, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, dan memberi simpulan dalam sebuah tulisan.
5. Ekspresikan tulisan melalui media
Ada berbagai media yang dapat dimanfaatkan untuk menulis. Bisa melalui WA, Facebook, Telegram, Twitter, Instagram, blog, dan lain-lain. Semua media tersebut dapat membantu penulis mengekspresikan dan mempublikasikan tulisannya.
Seperti kami di WAG belajar menulis bersama PGRI. Grup WA itu menjadi ajang bagi seluruh anggotanya untuk membagikan tulisannya masing-masing. Status di WA juga bisa digunakan untuk membiasakan diri menulis setiap hari. Begitu pula dengan status di Facebook. Lebih baik jika dimanfaatkan untuk men-share tulisan yang bisa dinikmati oleh orang banyak.
Selain WA dan Facebook, blog juga banyak diminati penulis sebagai media publikasi karya tulis. Para anggota grup WA belajar menulis sering saling mengunjungi blog atau biasa disebut dengan istilah blog walking (BW). Tentunya kami saling memotivasi dan meninggalkan jejak digital di blog teman dalam bentuk komentar.
Tulisan-tulisan yang telah dipublish ke media sosial bisa dikumpulkan dan diklasifikasikan berdasarkan tema. Jika telah memenuhi ketentuan, kumpulan tulisan tersebut bisa dikirim ke penerbit. Maka lahirlah sebuah karya buku solo. Mudah sekali toh, pemirsa!
6. Menulis secara ngemil
Istilah ini digunakan oleh pak Ngainun untuk menggambarkan bahwa menulis itu bisa dilakukan sedikit demi sedikit. Jadi bukan berarti menulis sambil ngemil yah, pemirsa. Tulisan tersebut boleh dikerjakan setahap demi setahap sampai terbentuk satu tulisan yang utuh. Tidak perlu ngotot bahwa harus diselesaikan dengan sekali duduk saja. Namun, ada juga tipe penulis yang bisa menghasilkan sebuah tulisan apik secara keseluruhan dalam waktu yang singkat.
7. Menulis tanpa beban
Menulis itu harus dinikmati. Maksudnya, menulis saja sesuka hati dan sebebas-bebasnya, sesuai dengan apa yang dipikirkan. Aktivitas menulis tidak usah menjadi beban bagi penulisnya. Santai saja. Dengan demikian hasil karya tulis tersebut bisa juga dinikmati oleh pembacanya.
8. Bedakan waktu menulis dengan mengedit
Kegiatan menulis tidak dapat disandingkan dengan mengedit. Ini kekurangan saya selama ini, pemirsa. Biasanya setelah menulis satu kalimat, saya langsung membacanya kembali. Jika saya merasa ada yang keliru, langsung saya perbaiki pada saat itu juga. Karena itulah saya sering tidak bisa menyelesaikan tulisan sesuai target.
Pak Ngainun menjelaskan bahwa jika seseorang sedang menulis, ya... menulis saja. Terus saja menulis sampai ide yang ada di benak kita habis dituliskan. Jika tulisan telah selesai, barulah kita beralih ke proses editing. Di sinilah waktunya mengoreksi dan merevisi tulisan.
Sebagai tambahan, pak Ngainun menjelaskan bahwa menulis itu melibatkan tiga kegiatan, yakni pre-writing, menulis, dan editing. Masing-masing aktivitas tersebut dilakukan secara terpisah. Dengan demikian ketiganya tidak akan saling mengganggu sehingga tulisan bisa selesai sesuai target.
Beliau juga menyampaikan bahwa apabila menulis dilakukan sambil mengedit biasanya idenya akan hilang dan aktivitas menulis menjadi tersendat-sendat. Nah, jika ini terjadi pada penulis, terutama pemula seperti saya, maka pasti tulisannya tidak akan pernah tuntas. Waduh, ini penyakit berbahaya bagi penulis. Na'udzubillah yah, pemirsa!
9. Luangkan waktu untuk menulis, bukan menunggu waktu luang
Salah satu langkah strategis yang dapat ditempuh agar menulis menjadi kebiasaan yaitu luangkan waktu. Dalam sehari usahakan untuk meluangkan waktu antara 20-30 menit untuk menulis. Minimal lima paragraf saja dulu sebagai langkah awal. Dengan adanya target seperti ini dapat memudahkan penulis untuk segera mendapatkan mahkotanya, yaitu karya buku.
Terus terang secara pribadi saya sangat terkesan dengan pemaparan pak Ngainun. Ada banyak hal yang mengena di hati terkait tema sebab beberapa diantaranya pernah saya rasakan ketika sedang menulis. Terima kasih atas pencerahan dan penguatannya, pak Doktor! Terima kasih juga buat seluruh narasumber hebat di WAG belajar.menulis gelombang 18. Terutama kepada Omjay beserta seluruh relawan, saya haturkan terima kasih atas segalanya. Semoga Allah memberkahi hidup kita semua. Aamiin...
Waktu kegiatan: Rabu, 09 Juni 2021
Resume ke: 24
Tema: Menulis Itu Mudah
Narasumber: Dr. Ngainun Naim
Gelombang: 18