Selasa, 29 Juni 2021

PIKNIK BERSAMA SISWA

Hari ini kami mengajak siswa kelas akhir untuk piknik di ibukota propinsi. Destinasi wisata kami adalah sebuah wahana air terbesar di wilayah Antang, Makassar. Bugis Water Park Adventure namanya.

Kami berangkat dengan mengendarai tiga bus besar. Setiap bus ditumpangi oleh belasan anak sekolah dan beberapa orang guru. Di bus saya malah ada guru yang mengajak anaknya, ada juga yang bersama pasangannya. Seru juga yah, pemirsa!

Sebenarnya kami khawatir mengajak siswa ke BWP di masa pandemi ini. Akan tetapi menurut pendapat beberapa teman guru, wilayah kami terhitung aman. Seluruh kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan termasuk zona hijau. Alhamdulillaah.

Meskipun begitu, kami tetap mematuhi protokol kesehatan selama dalam perjalanan sampai kembali ke rumah masing-masing. 


Selasa, 22 Juni 2021

BLOG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Malam ini pertemuan ke-27 kelas belajar menulis bersama PGRI. Saya tidak bisa mengikuti perkuliahan secara keseluruhan karena sedang berada di ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Saya berangkat ke kota Makassar sejak jam 9 pagi dan tiba jam 12.00 WITA. Berkat pertolongan Allah, urusan di sana berjalan lancar dan selesai menjelang waktu sholat Magrib. Alhamdulillaah...
Dari flyer kuketahui bahwa Bu Aam sebagai moderator akan mendampingi seorang narasumber keren malam ini. Namanya Nani Kusmiyati, S. Pd., M.M., CTMP. Beliau lebih akrab disapa dengan sebutan Mayor Nani. Beliau seorang tentara perempuan, seorang penulis sekaligus motivator hebat di dunia literasi.

Mayor Nani lahir di Kediri 12 September 1966. Saat ini beliau bekerja di Lemhannnas dengan jabatan Kasubbag Kerma Multilateral Luar Negeri. 30 buku antologi dan 1 karya buku solo telah diterbitkan. Untuk mengenal Mayor Nani lebih lanjut, silakan mampir ke blognya di link berikut: https://nani2teacher1navy.wordpress.com/2021/03/03/curriculum-vitae-nani-kusmiyati/

Mayor Nani memulai perkuliahan dengan menyatakan bahwa blog merupakan sarana belajar dan mengajar. Beliau menguatkan pernyataan tersebut dengan memaparkan pengalamannya sendiri. Pengalaman pertama menggunakan blog sebagai media belajar dirasakan oleh Mayor Nani ketika menjadi peserta di kelas belajar menulis bersama PGRI gelombang ke-8. Dari situlah Mayor Nani bisa menerbitkan buku solo perdananya berjudul ‘Februari Bermakna’.
    
Blog dimanfaatkan oleh Mayor Nani dalam mengajar Bahasa Inggris ke personel militer dan PNS di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI), tepatnya di Angkatan Laut (AL). Meskipun usia mereka tidak lagi muda dan mayoritas telah berkeluarga, semangat belajarnya tidak kalah dengan siswa maupun mahasiswa pada umumnya.

Tujuan anggota TNI-AL belajar Bahasa Inggris bermacam-macam. Namun, pada umumnya tujuan mereka antara lain sebagai berikut:
1.      Sebagai persiapan sekolah atau misi di luar negeri
2.      Ingin mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi sedangkan Bahasa Inggris menjadi salah satu persyaratan
3.    Ingin mengajarkan Bahasa Inggris ke anak-anaknya di rumah dan membantu menyelesaikan tugas-tugas sekolah mereka.

Proses pembelajaran di mana-mana semuanya sama. Tidak sepenuhnya berjalan lancar dan tanpa hambatan. Begitu pula yang dirasakan oleh Mayor Nani. Mengajar di kelas yang heterogen dalam berbagai segi (usia, latar belakang pendidikan, pangkat dan jabatan) merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi Mayor Nani.    
    
Seorang guru sepatutnya berusaha menciptakan suasana belajar yang dapat diterima oleh siswanya. Dapat diterima bukan berarti memuaskan semua siswa sebab guru juga manusia yang tentunya memiliki keterbatasan.

Di awal- awal penggunaan blog dalam pembelajaran, beberapa siswa Mayor Nani menemui beberapa kendala, terutama dari segi penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Siswa yang sudah berumur sukanya yang praktis-praktis saja. Maklumlah, mereka tidak terbiasa dengan aplikasi-aplikasi baru seperti blog. Jadi, mereka menyelesaikan tugasnya di laptop atau PC lalu mengirimkan ke WhatsApp.

Bagi siswa yang masih muda, ditugaskan oleh Mayor Nani untuk belajar membuat blog melalui YouTube. Siswa yang sudah berhasil membuat blog kemudian diminta untuk mengajari teman-teman sekelasnya. Akhirnya beberapa diantara mereka sudah bisa membuat blog dengan berbagai desain. Bahkan menurut Mayor Nani, desain blog siswanya lebih bagus dari blog miliknya. (Wah, ini berarti Mayor Nani berhasil jadi guru yah, pemirsa!)

Lalu, apa manfaat blog dalam kegiatan pembelajaran? Sebagai guru, blog sangat bermanfaat sebagai media penyimpanan materi atau bahan ajar. Materi tersebut akan lebih mudah dibagikan melalui WhatsApp ataupun sosial media lainnya. Selain itu, materi pembelajaran tidak akan hilang dan dapat dibaca berulang-ulang jika siswa membutuhkannya.

Di kelas Bahasa Inggris, Mayor Nani meminta siswanya mengerjakan tugas di blog dan share link blog ke grup WA. Para siswa dapat memberi komen tentang isi dari blog temannya. Beliau juga mengoreksi melalui blog. Di hari berikutnya apa yang mereka kerjakan didiskusikan di kelas atau di WAG.

Sebagai guru, Mayor Nani tidak mau terjebak dengan homework (tugas PR) yang diberikan.  Beliau harus membaca cepat dan menggaris bawahi kalimat atau kata dengan tata bahasa (grammar) yang kurang tepat. Beliau mengumpulkan kesalahan-kesalahan tersebut dan dibahas secara umum di kelas atau melalui grup WA.

Adapun manfaat blog untuk siswa tentu lebih beragam, diantaranya sebagai berikut:
1.      Memiliki blog menjadi pengalaman pertama dan berkesan.
2.      Siswa akan menjadi ketagihan menulis di blog.
3.      Siswa bisa saling berkomentar dengan Blog Walking (BW).
4.      Tulisan dalam blog bisa dibaca oleh banyak orang.
5.      Dapat menumbuhkan kebanggaan tersendiri bagi siswa blogger.
6.      Menulis di blog juga dapat menghasilkan karya berupa buku.

 Mayor Nani menyatakan bahwa penggunaan blog sebagai media mengajar dan belajar Bahasa Inggris sangat bermanfaat. Meskipun pada awalnya siswa menulis di blog karena terpaksa selanjutnya mereka menjadi terbiasa. Kemampuan menulis (Writing) dalam Bahasa Inggris mereka juga meningkat. Selain itu, kemampuan (Speaking) mereka juga bertambah karena mereka diminta untuk merekam suara berbicara dalam Bahasa Inggris dan dishare di group (jika pembelajaran Daring). Pada saat mereka belajar dengan tatap muka, mereka diminta untuk bicara di depan kelas. Bagi level dasar, siswa diperbolehkan membawa drafnya dan dibaca di depan teman sekelasnya.

Sebagai tambahan, Mayor Nani menyampaikan bahwa bagi seorang penulis blog dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan hal-hal yang sifatnya mengedukasi masyarakat. Pengalaman hidup bisa dituangkan dalam blog. Bisa jadi dari pengalaman itu dapat memberi solusi atau mencerahkan hidup orang lain yang membacanya.

Ada beberapa alasan seseorang sehingga dia mau menulis. Berdasarkan pengalaman sekaligus pengamatan narasumber terhadap lingkungan sekitarnya, setidaknya ada empat hal yang menjadi faktor pendorong kegiatan menulis.

1.      Manusia tidak hidup selamanya.
Dengan menulis, seseorang masih bisa membagikan kebaikan melalui tulisannya meskipun raganya telah tiada.

2.      Untuk meningkatkan level pribadi penulis.
Seseorang yang biasa-biasa saja bisa menjadi terkenal dengan menulis. Seorang yang tinggal di pelosok desa dapat mengangkat nama baik daerahnya dengan adanya karya berbentuk tulisan.

3.      Untuk menginspirasi orang lain.
Melalui karya tulis, penulis dapat memotivasi banyak orang agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

4.      Untuk mendapatkan penghasilan.
Ketika karya tulis berbentuk buku telah diterbitkan, tentu penulis bisa memperoleh keuntungan finansial dari hasil penjualan bukunya. Apalagi jika buku tersebut merupakan ‘best seller’, pendapatan penulis pasti akan semakin besar.

Dalam kegiatan pembelajaran, Mayor Nani selalu menegaskan kepada siswanya untuk terus memupuk kebiasaan menulis di blog. Beliau menyampaikan bahwa konsistensi seseorang dalam menulis dapat dijaga melalui beberapa cara, diantaranya:

a.      Membuat target menulis setiap hari
b.      Bergabung dengan teman atau komunitas menulis
c.       Membuat target penerbitan buku

Dari penjelasan Mayor Nani dapat disimpulkan bahwa blog bisa digunakan sebagai media belajar dan mengajar untuk mata pelajaran apapun. Yang terpenting adalah adanya kemampuan dan kemauan guru untuk mengaplikasikan di kelasnya masing-masing. Semoga saja guru-guru di Indonesia dapat meniru atau memodifikasi model pembelajarannya dengan memanfaatkan blog seperti yang telah dipaparkan oleh narasumber. Terima kasih, Mayor!




Senin, 14 Juni 2021

Langkah Mudah Menulis Buku Autobiografi

Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin... Puja dan puji syukurku hanya teruntuk pada Tuhan Pencipta alam semesta. Hari ini saya mulai beraktivitas kembali seperti biasa. Meskipun masih belum sembuh total, tetap saya syukuri kondisi tubuhku saat ini.

Dalam sepekan terakhir, saya terserang gejala vertigo. Kepala ini terasa sakit yang tak tertahankan sehingga saya hanya bisa berbaring sambil memejamkan mata selama berhari-hari. Setiap kali saya bangun, kepala terasa pusing, keringat dingin mengucur, dan menyebabkan rasa yang tidak nyaman di sekujur badan. 

Alhamdulillaah, tak henti kuucapkan kalimat syukur karena saya bisa lagi bergabung dalam perkuliahan di WAG. Ada rindu di hati ingin bercengkrama dengan rekan-rekan seperjuangan di gelombang 18, juga dengan para senior-senior hebat.
Malam ini rinduku terobati. Terima kasih atas doa kesembuhan buatku, pemirsa.

Malam ini merupakan pertemuan kedua puluh enam. Untuk kedua kalinya, perkuliahan dipandu oleh ketua kelasku yang cantik dan baik hati, Bu Maesaroh, M. Pd. Saya lebih senang memanggilnya dengan sebutan Bu May. Adapun narasumber yang bertugas yaitu pak Suparno, S. Pd., M. Pd. Tema kegiatan kali ini tentang menulis buku autobiografi.
Sebelum mempersilakan narasumber, moderator cantik yang dikenal sebagai guru blogger milenial mengajak para peserta untuk membuka acara dengan melafalkan kalimat basmalah (Bismillaahirrahmaanirrahiim). Semoga pertemuan malam ini diberkahi oleh Sang Maha Memberi. Aamiin...

Dari file CV yang dibagikan, diketahui bahwa pak Suparno adalah seorang kepala sekolah di SMP 2 Karangrejo Magetan. Beliau kelahiran Magetan pada tanggal 25 Juli 1966. Beliau memulai karirnya di dunia pendidikan dengan menjadi guru di SMP 2 Kawedanan. Sampai saat ini beliau menjabat sebagai seorang kepala sekolah yang telah mencapai posisi kepangkatan di atas rata-rata. Tahun ini beliau akan menduduki pangkat IVc. Wah, sudah hampir mencapai puncak, pemirsa!

Sebelum membahas lebih lanjut tentang teknik menulis buku autobiografi, lebih awal pak Suparno menyapa dan mendoakan para peserta. Terima kasih, pak! Selanjutnya beliau membagikan sebuah tulisannya di link http://suparnomuhammad.blogspot.com/2021/03/0_89.html?m=1 Saya langsung berkunjung di blog beliau dan memberi kenang-kenangan dalam bentuk komentar.

Pak Suparno menyampaikan bahwa sebagian besar tulisannya bertema tentang motivasi. Ada tiga bentuk motivasi yang sering beliau tulis, yakni motivasi beribadah, motivasi dalam bekerja, dan motivasi dalam belajar. Ketiga jenis motivasi ini merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia di dunia hingga ke akhirat kelak.

Setelah menyimak rekaman suara pak Suparno di WAG, saya sangat terkesan pada kata-kata bijak yang dikutip dari dosen beliau (mantan rektor IKIP Surabaya). Beliau mengatakan bahwa kita ini dilahirkan sebagai orang yang biasa-biasa saja. Jika ingin meraih kesuksesan, maka kita harus berjuang luar biasa, bekera luar biasa, dan berdoa luar biasa. Sungguh menginspirasi yah, pemirsa!

Menurut pak Suparno, menulis buku autobiografi itu sangatlah mudah. Beliau mengacu pada pernyataan para pakar bahwa seorang penulis dapat menemukan ide tulisan berdasarkan apa yang dilihat, didengar, maupun dialami sendiri. Maka buku autobiografi itu disusun sesuai dengan pengalaman pribadi penulis. Berbeda dengan buku biografi yang menceritakan tentang perjalanan hidup orang lain.

Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk menulis buku autobiografi, seorang penulis bisa melewati beberapa langkah praktis berikut ini:
1. Buat outline atau kerangka tulisan. 
Hal ini sangat penting dilakukan agar tulisan dapat terukur dan tidak terjadi pengulangan cerita. Tulisan dapat dimulai dari kelahiran, masa-masa sekolah (SD sampai pendidikan terakhir), bekerja, menikah hingga memiliki anak, dan seterusnya. Pahit getirnya kehidupan yang dilalui juga bisa dikisahkan dalam bab tertentu.

2. Susun jadwal menulis.
Bagian ini yang sering menjadi kunci utama ketuntasan tulisan. Jika jadwal telah dibuat secara detail, maka penulis harus mematuhinya. Tujuan utamanya agar target penulis bisa segera tercapai.

3. Siapkan data-data pendukung.
Dokumen pendukung kisah perjalanan hidup harus dikumpulkan. Dokumen yang dimaksud bisa berupa foto maupun catatan harian (diary).

4. Kembangkan outline.
Kerangka tulisan bisa dikembangkan per bab sedikit demi sedikit. Tulislah saja semuanya sampai ke bagian akhir. Jika dalam proses menulis itu muncul ide baru, maka jangan tergoda yah, pemirsa! Catat saja ide tersebut di buku lain, lalu lanjutkan menulis sampai tuntas. Ingat, jangan pedulikan kesalahan tulisan yang terjadi! Biarkan saja seperti itu.

5. Lakukan editing.
Nah, setelah tulisan kelar semuanya hingga bagian akhir, barulah dilakukan proses editing. Mengedit tulisan bisa dikerjakan sendiri dengan cara membaca ulang naskah. Jika ditemukan kesalahan penulisan atau ada diksi yang tidak tepat, maka dilakukan perbaikan-perbaikan. 

Selain itu, editing juga dapat dilakukan oleh orang lain. Mintalah seseorang yang dikenal untuk membaca dan menilai tulisan kita dari segi mana pun. Jika ada masukan dari pembaca pertama kita, sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki mutu karya kita. Jangan lupa berterima kasih yah, pemirsa!

6. Buatkan desain cover buku.
Jika penulis memiliki keterampilan mendesain cover buku, maka lebih baik dilakukan sendiri saja. Akan tetapi apabila kemampuannya tidak memadai, sebaiknya diserahkan ke orang yang lebih ahli. Hampir semua penerbit menyediakan jasa desainer cover buku untuk penulis. Jadi, tunggu apa lagi? Berikut contoh cover buku autobiografi karya pak Suparno.
7. Lengkapi dengan kata pengantar.
Langkah selanjutnya yaitu meminta kesediaan pakar atau tokoh terkenal untuk memberi kata pengantar di buku kita. Dengan adanya sepatah kata dari tokoh tersebut diharapkan agar buku kita dapat menjadi sumber inspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang. 

8. Kirim ke penerbit.
Sebuah tulisan tidak akan pernah disebut mencapai target jika tidak dikirim ke penerbit. Kecuali jika penulis tersebut memiliki sebuah perusahaan penerbitan, maka naskah tidak perlu dikirim ke mana pun. Langsung saja diterbitkan dan dipasarkan sesuka hati. 

Naskah dapat dikirim ke penerbit mayor atau ke penerbit indie. Jika keberuntungan menyapa, naskah buku kita bisa diterbitkan oleh penerbit mayor. Inilah impian semua penulis. Saya juga punya mimpi itu, bahwa suatu saat akan ada buku saya yang terbit melalui penerbit mayor. Bukan hanaya dari judul buku, tetapi lebih dari itu. Insyaallah. Mohon doa dan dukungannya yah, pemirsa!

Di sesi tanya-jawab, pak Suparno diberondong banyak pertanyaan dari peserta. Ada 12 peserta yang mengirim chat ke Bu May selaku moderator. Saya salah satu dari mereka. Saking asyiknya mengirim pertanyaan ke pak Suparno, kami tidak sadar bahwa waktu telah melewati jadwal.

Biasanya perkuliahan berlangsung sampai pukul 22.00 WITA, malam ini sungguh berbeda. Waktu telah menunjukkan jam pukul 22.53 WITA, ruang chat WAG baru dibuka oleh moderator. Nah, saat itulah ruang chat semakin ramai. Beberapa link blog hasil resume peserta mulai berentetan. Saya juga ingin berpacu dengan rekan-rekan di gelombang 18, tetapi kondisiku belum sembuh total. 

Sungguh pertemuan yang mengesankan. Selain karena pemaparan pak Suparno yang langsung mengena di hati, juga didukung oleh penampilan kedua ketua kelas kami sangat memukau. Saya bangga menjadi rekan beliau di gelombang 18 ini. Terima kasih atas penjelasan dan motivasi yang telah Bapak bagikan kepada kami. Terima kasih, pak Suparno! Terima kasih, Bu May!







Waktu kegiatan: Senin, 14 Juni 2021
Resume ke: 26
Tema: Menis Buku Autobiografi
Narasumber: Suparno, S. Pd., M. Pd.
Gelombang: 18



Jumat, 11 Juni 2021

TEKNIK MENULIS KARYA NON FIKSI

Beberapa hari ini saya harus istirahat total. Sudah banyak pekerjaan yang tertunda dan tugas yang menunggu. Namun, saya harus tetap patuh pada anjuran dokter agar bisa segera membaik. Semoga saya bisa mengejar ketertinggalan di gelombang 18 ini. Doakan saya yah, pemirsa!

Malam ini perkuliahan sudah mencapai pertemuan ke-25. Sayangnya, saya belum menyelesaikan tugas untuk pertemuan sebelumnya. Tapi biarlah, insya Allah besok saya berusaha menuntaskannya. Aamiin...
Bu Kanjeng kini menjadi pemandu acara dan narasumbernya bernama pak Much. Khoiri, seorang tokoh legendaris di dunia literasi. 

Pak Emcho (sebutan akrab bagi narasumber) saya sebut legendaris karena berdasarkan CV yang dibagikan kuketahui bahwa beliau telah merambah dunia tulis-menulis sejak tahun 1986. Senior banget, pemirsa! Pastinya beliau telah melewati banyak episode kehidupan di dunia kepenulisan.

Pria kelahiran tahun 1965 ini adalah seorang dosen di FBS Universitas Negeri Surabaya sekaligus seorang penulis, blogger, trainer, editor, dan penggiat literasi Indonesia. Saat masa-masa kuliah semester 2 di IKIP Surabaya, tepatnya di tahun 1986, beliau telah rutin menulis artikel. Minimal 20 karya tulis berbentuk non fiksi menjadi sebuah kewajiban yang yang harus beliau penuhi dalam waktu satu bulan. 

Kebiasaan menulis selama 35 tahun itu telah melahirkan 66 karya buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatif. Ada yang diterbitkan secara beramai-ramai, banyak juga yang merupakan karya buku solo. Buku terbaru pak Emcho berjudul Kitab Kehidupan, lahir di bulan Mei 2021. Wow, pak Emcho kereeen banget yah, pemirsa!!! 
Selain menulis, pak Emcho juga merupakan founder Blantik Literasi. Sebuah kanal YouTube yang beliau rintis untuk mendampingi, membina dan membimbing publik dalam berliterasi setiap hari. Biodata lengkap tentang pak Emcho dapat dibaca di link https://muchkhoiri.com/2021/01/tentang-penulis/

Dalam hal menulis karya non fiksi, pak Emcho membagikan sebuah link, yakni https://youtu.be/1-HO0z-oUuI Video tersebut berisi penjelasan rinci terkait cara mengembangkan tulisan yang berbentuk non fiksi. 

Di awal pemaparan materi, pak Emcho mengapresiasi para penulis yang telah membuat artikel meskipun masih sangat sederhana. Yang terpenting menurut beliau adalah kemauan seseorang dalam menulis dan kemampuan untuk menyelesaikan tulisannya. Ini merupakan modal utama dalam menulis. 

Nah, bagaimana mengembangkan sebuah artikel sederhana menjadi karya tulis non-fiksi yang apik? Berikut ulasannya.
1. Defenisi
Setelah menulis paragraf pembuka, seorang penulis perlu memberikan defenisi dari tema sentral tulisan. Defenisi boleh mengacu pada pendapat beberapa orang tentang tema lalu penulis menarik benang merahnya. Dengan demikian, pembaca akan diarahkan pada fokus yang sama dengan penulis mengenai tema.

2. Penjelasan
Penjelasan tentang tema sangat dibutuhkan dalam menulis artikel. Jika selama ini pembaca belum tahu betul tentang tema yang dibahas, maka dengan adanya penjelasan akan memberikan secercah titik terang bagi pembacanya. Apabila terdapat beberapa sub tema dalam artikel, maka penulis harus menjelaskan semua sub tema tersebut secara terperinci.

3. Contoh
Dalam paragraf tertentu, penulis dapat memberi contoh tentang tema maupun sub tema yang telah dijelaskan. Terkadang pembaca menjadi lebih paham mengenai penjelasan jika tulisan dilengkapi dengan contoh-contoh. Terlebih lagi apabila contoh yang diambil sangat dekat dengan kehidupan pembacanya.

4. Kasus
Dalam memberikan contoh, penulis bisa mengacu pada kasus yang pernah terjadi. Tentu yang ada kaitannya dengan tema. Kasus yang diangkat sifatnya bisa secara kolektif, boleh juga diambil kasus yang terjadi di daerah-daerah, maupun dari luar negeri. Selain untuk memperkuat contoh yang diberikan sebelumnya, ini juga akan menambah wawasan pembaca.

5. Kutipan
Tulisan berbentuk non fiksi biasanya identik dengan kalimat kutipan. Kutipan bisa diambil dari buku, ungkapan para ahli di bidang tertentu (disesuaikan dengan tema), tokoh-tokoh nasional maupun tokoh dunia. Akan tetapi penulis perlu memahami aturan dalam mengutip. Tidak bisa asal mengutip yah, pemirsa! Ada tata Krama yang harus dikuasai agar penulis bisa terhindar dari plagiarisme.

6. Anekdot
Sebuah artikel terkadang dibubuhi cerita atau kisah seseorang yang sangat berkesan dan lucu. Anekdot itu biasanya merupakan cerita yang pernah terjadi sebelumnya dan dilakoni oleh orang-orang terkenal.

7. Humor
Hal lain yang bisa disisipkan dalam sebuah artikel adalah kalimat berisi humor. Hal ini tergantung pada penulisnya yah, pemirsa. Jika penulisnya suka humor, biasanya akan muncul rasa humor tersebut dalam tulisannya. 

8. Ungkapan filosofis
Ungkapan filosofis juga merupakan bagian yang sangat menarik ditulis dalam sebuah artikel. Ungkapan tersebut berupa kalimat-kalimat yang menggugah hati dari filsuf-filsuf terdahulu, seorang ulama atau agamawan, maupun dari seorang budayawan yang relevan dengan tema. Pada umumnya ungkapan seperti ini dapat membuat sebuah tulisan menjadi lebih berkesan di hati pembacanya.

9. Peribahasa
Selain itu, penulis artikel juga bisa membubuhi peribahasa dalam karyanya. Peribahasa sudah teruji secara alamiah dan telah digunakan selama bertahun-tahun lamanya. Peribahasa di suatu daerah terkadang ada yang sama maknanya dengan daerah lain, tetapi diksinya yang berbeda. Maka seorang penulis harus memahami perbedaan tersebut jika ingin menuliskannya dalam sebuah artikel.

Menurut pak Emcho, bukan hanya kesembilan hal tersebut yang bisa dituliskan dalam mengembangkan karya non fiksi. Ada banyak lagi hal lainnya. Saya sangat sepakat dengan beliau. Saya teringat bahwa ada beberapa artikel yang pernah saya baca dilengkapi dengan puisi, pantun, dan bahkan kalimat dari sebuah kitab suci pemeluk agama tertentu. 

Nah, jika merujuk pada penjelasan pak Emcho, sebuah artikel sederhana pasti akan berubah menjadi lebih kompleks dan menarik. Namun perlu diingat bahwa rentetan penjelasan beliau tidak mesti ada semua dalam satu artikel. Disesuaikan saja dengan kebutuhan yah, pemirsa. 

Jika dianggap bahwa satu tema bisa diselesaikan hanya dengan defenisi, penjelasan, kutipan, dan contoh saja, maka tidak usah ditambah dengan variasi lain. Cukup segitu saja. Namun apabila penulis merasa bahwa pembaca akan terbantu dengan adanya kasus, maka boleh dilengkapi dengan kasus-kasus yang pernah terjadi. Apabila peribahasa atau humor tidak diperlukan, maka tidak usah dipaksakan. Nanti malah akan membuat artikelnya tidak dipahami pembaca dan pesannya tidak tersampaikan.

Di akhir penjelasan, pak Emcho menyatakan bahwa setiap penulis akan menemukan ciri khasnya jika memiliki pengalaman. Pengalaman seorang penulis tentu tidak akan sama dengan penulis lainnya sehingga gaya tulisannya pasti akan berbeda. Dengan terus berlatih menulis setiap hari, bagian-bagian penting yang harus ada dalam sebuah artikel akan dihapal dengan sendirinya. 

Semakin sering berlatih, penulis akan semakin ingat pada struktur pelengkap tulisannya. Jadi, berlatihlah setiap hari! Menulislah setiap hari! Dalam kondisi apapun dan dalam suasana hati yang bagaimanapun. Keep writing!






Waktu kegiatan: Jum'at, 11 Juni 2021
Resume ke: 25
Tema: Cara Mengembangkan Tulisan Non Fiksi
Narasumber: Moch. Khoiri
Gelombang: 18





Rabu, 09 Juni 2021

MENJADI PENULIS ITU MUDAH

Malam ini saya belum fit betul, pemirsa. Kepalaku masih sering sakit, terutama di bagian depan. Biasanya rasa sakit itu berkurang jika saya berbaring dan menutup mata selama beberapa menit. Namun, saya tetap mengikuti perkembangan di WAG belajar menulis bersama PGRI meskipun banyak yang terlewatkan. 

Tadi siang saya melihat sebuah flyer spesial beredar di WAG. Kenapa spesial? Karena di situ ada foto ketua kelas di gelombang 18, Bu Maesaroh, M. Pd. Beliau diberi amanah menjadi moderator di kegiatan malam ini. Wah, ketuaku ini memang keren loh, pemirsa.
Malam ini Bu May akan mendampingi narasumber hebat bernama Dr. Ngainun Naim. Adapun tema yang akan dibahas yakni tentang betapa mudahnya menulis itu. 

Sebelum perkuliahan dimulai, Bu Aam sedang merekrut tenaga relawan yang bisa membagikan materi ke grup-grup WA yang lain. Para relawan tersebut diutamakan dari peserta gelombang 18. Ini sebuah peluang besar bagi kami untuk menjadi bagian dari proyek besar dunia literasi Indonesia bersama PGRI.

Sayangnya, saya tidak ditakdirkan untuk mengambil kesempatan emas itu. Saya ingin sekali mengajukan diri, tetapi dengan kondisi seperti ini saya yakin hasilnya tidak bisa maksimal. Saya sedih banget, pemirsa. Semoga masih ada kesempatan kedua buat saya. Aamiin...

Maka dalam waktu sekejap, 4 relawan sudah acung tangan. Mereka telah diberi tugas oleh Bu Aam dan tentunya dibekali dengan ilmu mumpuni dalam menjalankan tugasnya. Selamat bertugas, teman-teman!

Baiklah, sekarang kita fokus ke materi perkuliahan. Narasumber malam ini merupakan seorang penulis hebat sekaligus dosen di IAIN Tulungagung. Beliau seorang doktor jebolan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sampai saat ini, beliau telah menerbitkan puluhan karya berbentuk buku. Buku terbarunya berjudul "Menulis Itu Mudah" dan terbit di awal tahun 2021. Wow, kereen...!!!

Menurut pak Ngainun, ada 9 langkah mudah agar menjadi penulis. Secara detail beliau menjelaskan semuanya kepada seluruh peserta.
1. Rajin membaca
Seseorang yang rajin membaca akan sangat mudah menjadi penulis. Semakin banyak referensi yang dibaca, tentu akan semakin memperkaya perbendaharaan kosakata orang tersebut. Dengan membaca, akan muncul banyak Ide tulisan. Maka untuk memudahkan kegiatan menulis, sebaiknya jadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan. Berjanjilah pada diri sendiri bahwa tiada hari tanpa membaca. 

2. Menulis lima paragraf setiap hari
Kalimat ini sudah sering disampaikan oleh para narasumber. Tetapi tak mengapa, pemirsa. Namanya juga manusia, tempatnya khilaf dan lupa. Jadi sangat wajarlah jika sering-sering diingatkan, terutama untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Omjay terkenal dengan prinsipnya yakni "menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi". Pak Ngainun juga punya jargon yang intinya sama dengan Omjay. "Menulis lima paragraf setiap hari".

Secara pribadi, saya sangat yakin akan kebenaran kata-kata para narasumber. Saya percaya bahwa mereka telah membuktikan ucapan tersebut dalam pengalaman kepenulisan mereka. Saya ingin sekali membuktikannya sendiri. Maka mulai hari ini saya bertekad akan menulis setiap hari, minimal lima paragraf. Mohon doa dan dukungannya yah, pemirsa!

3. Tulis apa yang dikuasai
Pak Ngainun menjelaskan bahwa menulis akan menjadi mudah jika yang ditulis itu merupakan sesuatu yang dikuasai. "Tulislah hal-hal yang sederhana, yang pernah dilakukan atau terjadi pada diri sendiri, yang diketahui telah dialami oleh orang di sekitarmu!" Begitu pesan beliau. Dengan demikian tulisan akan terus berlanjut seperti air yang mengalir.

4.  Membangun kebiasaan produktif
Seorang penulis harus membiasakan diri untuk menggunakan panca inderanya seoptimal mungkin dalam menemukan ide tulisan. Maksudnya, segala yang terjadi di sekeliling penulis perlu direkam, diolah, lalu dikemas menjadi sebuah tulisan.

Semua yang dilihat, didengar, dibaca, atau dirasakan sendiri dapat dikumpulkan dan diramu menjadi karya tulis. Ibarat peneliti, seorang penulis juga mesti melakukan observasi, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, dan memberi simpulan dalam sebuah tulisan.

5. Ekspresikan tulisan melalui media
Ada berbagai media yang dapat dimanfaatkan untuk menulis. Bisa melalui WA, Facebook, Telegram, Twitter, Instagram, blog, dan lain-lain. Semua media tersebut dapat membantu penulis mengekspresikan dan mempublikasikan tulisannya.

Seperti kami di WAG belajar menulis bersama PGRI. Grup WA itu menjadi ajang bagi seluruh anggotanya untuk membagikan tulisannya masing-masing. Status di WA juga bisa digunakan untuk membiasakan diri menulis setiap hari. Begitu pula dengan status di Facebook. Lebih baik jika dimanfaatkan untuk men-share tulisan yang bisa dinikmati oleh orang banyak.

Selain WA dan Facebook, blog juga banyak diminati penulis sebagai media publikasi karya tulis. Para anggota grup WA belajar menulis sering saling mengunjungi blog atau biasa disebut dengan istilah blog walking (BW). Tentunya kami saling memotivasi dan meninggalkan jejak digital di blog teman dalam bentuk komentar.

Tulisan-tulisan yang telah dipublish ke media sosial bisa dikumpulkan dan diklasifikasikan berdasarkan tema. Jika telah memenuhi ketentuan, kumpulan tulisan tersebut bisa dikirim ke penerbit. Maka lahirlah sebuah karya buku solo. Mudah sekali toh, pemirsa!

6. Menulis secara ngemil
Istilah ini digunakan oleh pak Ngainun untuk menggambarkan bahwa menulis itu bisa dilakukan sedikit demi sedikit. Jadi bukan berarti menulis sambil ngemil yah, pemirsa. Tulisan tersebut boleh dikerjakan setahap demi setahap sampai terbentuk satu tulisan yang utuh. Tidak perlu ngotot bahwa harus diselesaikan dengan sekali duduk saja. Namun, ada juga tipe penulis yang bisa menghasilkan sebuah tulisan apik secara keseluruhan dalam waktu yang singkat.

7. Menulis tanpa beban
Menulis itu harus dinikmati. Maksudnya, menulis saja sesuka hati dan sebebas-bebasnya, sesuai dengan apa yang dipikirkan. Aktivitas menulis tidak usah menjadi beban bagi penulisnya. Santai saja. Dengan demikian hasil karya tulis tersebut bisa juga dinikmati oleh pembacanya.

8. Bedakan waktu menulis dengan mengedit
Kegiatan menulis tidak dapat disandingkan dengan mengedit. Ini kekurangan saya selama ini, pemirsa. Biasanya setelah menulis satu kalimat, saya langsung membacanya kembali. Jika saya merasa ada yang keliru, langsung saya perbaiki pada saat itu juga. Karena itulah saya sering tidak bisa menyelesaikan tulisan sesuai target.

Pak Ngainun menjelaskan bahwa jika seseorang sedang menulis, ya... menulis saja. Terus saja menulis sampai ide yang ada di benak kita habis dituliskan. Jika tulisan telah selesai, barulah kita beralih ke proses editing. Di sinilah waktunya mengoreksi dan merevisi tulisan. 

Sebagai tambahan, pak Ngainun menjelaskan bahwa menulis itu melibatkan tiga kegiatan, yakni pre-writing, menulis, dan editing. Masing-masing aktivitas tersebut dilakukan secara terpisah. Dengan demikian ketiganya tidak akan saling mengganggu sehingga tulisan bisa selesai sesuai target.

Beliau juga menyampaikan bahwa apabila menulis dilakukan sambil mengedit biasanya idenya akan hilang dan aktivitas menulis menjadi tersendat-sendat. Nah, jika ini terjadi pada penulis, terutama pemula seperti saya, maka pasti tulisannya tidak akan pernah tuntas. Waduh, ini penyakit berbahaya bagi penulis. Na'udzubillah yah, pemirsa!

9. Luangkan waktu untuk menulis, bukan menunggu waktu luang
Salah satu langkah strategis yang dapat ditempuh agar menulis menjadi kebiasaan yaitu luangkan waktu. Dalam sehari usahakan untuk meluangkan waktu antara 20-30 menit untuk menulis. Minimal lima paragraf saja dulu sebagai langkah awal. Dengan adanya target seperti ini dapat memudahkan penulis untuk segera mendapatkan mahkotanya, yaitu karya buku.

Terus terang secara pribadi saya sangat terkesan dengan pemaparan pak Ngainun. Ada banyak hal yang mengena di hati terkait tema sebab beberapa diantaranya pernah saya rasakan ketika sedang menulis. Terima kasih atas pencerahan dan penguatannya, pak Doktor! Terima kasih juga buat seluruh narasumber hebat di WAG belajar.menulis gelombang 18. Terutama kepada Omjay beserta seluruh relawan, saya haturkan terima kasih atas segalanya. Semoga Allah memberkahi hidup kita semua. Aamiin...






Waktu kegiatan: Rabu, 09 Juni 2021
Resume ke: 24
Tema: Menulis Itu Mudah
Narasumber: Dr. Ngainun Naim
Gelombang: 18


Senin, 07 Juni 2021

BELAJAR MERANCANG COVER BUKU

Sudah tiga hari ini saya tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Sampai-sampai, ada beberapa pertemuan virtual penting yang terpaksa saya lewatkan. Saya sakit, pemirsa. Mohon doakan semoga saya bisa segera pulih kembali.

Setelah memeriksakan diri ke dokter, saya disarankan untuk beristirahat total. Tanpa aktivitas berat, tanpa gadget, tanpa komputer, dan tak boleh banyak berpikir. Untuk satu dua hari masih bisa saya jalani. Tetapi malam ini saya tak sanggup lagi. Saya tidak bisa menahan diri untuk melewati kegiatan di WAG. 
Secara sembunyi-sembunyi, saya mengikuti perkuliahan tentang membuat desain cover buku yang dipandu oleh Bu Aam. Adapun narasumbernya yaitu pak Achmad Najiullah Thaib. Beliau akrab disapa dengan sebutan pak Ajinata.

Narasumber kelahiran Jambi ini merupakan desainer dari ratusan cover buku yang telah diterbitkan. Menurutnya, keahlian ini diperoleh secara otodidak sejak beliau berprofesi sebagai desainer grafis pada tahun 1987. Di tahun 1990, beliau mendirikan sebuah perusahaan advertising lalu terjun ke dunia film sebagai art director (1992-2018). Lebih lengkapnya dapat dibaca pada link https://terbitkanbukugratis.id/ajinatha/03/2021/belajar-komputer-grafis-secara-otodidak/

Learning by doing. Itulah prinsip yang selama ini dipegang oleh pak Ajinata dalam berkarya. Seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, kemampuan beliau sebagai desainer grafis juga semakin meningkat. Saat ini beliau memanfaatkan aplikasi Canva dalam membuat desain cover buku.

Oya, Bu Aam memberitahukan kepada seluruh peserta bahwa cover buku antologi gelombang 18 yang tidak lama akan terbit juga merupakan hasil anggitan pak Ajinata loh! Berikut gambar desainnya covernya.
Lalu, Bu Kanjeng juga menambahkan bahwa sudah banyak sekali buku hasil editing beliau yang didesain cover oleh pak Ajinata. Wah, narasumber kita malam ini keren banget yah, pemirsa!

Sebenarnya pak Ajinata ingin sekali berbagi pengetahuan tentang penggunaan aplikasi Canva kepada seluruh peserta, sayangnya hal tersebut tidak mudah dilakukan hanya melalui chat. Butuh penjelasan panjang dan beresiko terjadi lompatan tahap-tahap pengerjaannya jika tetap dilanjutkan. Model yang paling tepat itu praktik langsung yah, pemirsa. Beliau bersedia divideokan sambil mengaplikasikan Canva dalam menghasilkan karya desain cover.

Dalam membuat desain cover buku, pak Ajinata menyampaikan bahwa hal mendasar yang dibutuhkan adalah rasa (taste). Selain itu, perancang cover juga harus memiliki kemampuan dalam bidang IT terutama computer grafis. Kedua hal ini merupakan modal utama dalam mendesain cover buku. 

Ada beberapa hal penting yang menjadi pendukung lahirnya sebuah karya desain cover buku, yaitu:
1. Aspek pewarnaan.
Pemilihan ilustrasi dan komposisi warna sangat menentukan bagus tidaknya sebuah cover buku. Berdasarkan pengalaman pak Ajinata diketahui bahwa seorang desainer cover buku akan lebih leluasa merancang karyanya jika tidak didikte oleh orang lain.

2. Kreativitas perancang.
Semakin sering merancang cover buku, maka kreativitas desainernya akan semakin terasah. Seorang perancang cover harus berjiwa seni tinggi dan selalu berpikir kreatif.

3. Pemahaman tentang filosofi judul buku.
Sebelum merancang cover, seorang desainer harus mampu memahami filosofi dari buku tersebut. Dengan demikian, ruh dari buku yang akan dibuatkan desain covernya akan muncul dengan sendirinya. Jangan sampai beda tema dengan cover bukunya yah, pemirsa!

4. Rasa dan intuisi desainer perlu dipertajam. Dalam memahami tema buku, seorang desainer cover tidak perlu membaca buku tersebut secara keseluruhan dari A sampai Z. Hanya dengan membaca sinopsis, dilengkapi dengan rasa dan intuisi yang tajam, seorang desainer cover sudah mampu membuat ilustrasinya.

5. Ada kemauan dan tidak mudah menyerah.
Menurut pak Ajinata, siapa saja bisa menjadi desainer cover. Asalkan dia memiliki citra rasa seni dan kreativitas. Selain itu, dia juga harus mau mengasah serta mengolah taste dan intuisinya agar karya desain yang dihasilkan menjadi indah. 

Sebelum mengakhiri perkuliahan, pak Ajinata berpesan bahwa tidak ada ilmu yang tidak bisa dipelajari. Termasuk ilmu di bidang IT. Yang terpenting adalah temukan keasyikan dalam mengerjakan sesuatu, maka kreativitas akan muncul dengan sendirinya. Terima kasih atas ilmu dan sharing pengalamannya yah, pak Ajinata! Kami tunggu tutorialnya di YouTube.




Waktu kegiatan: Senin, 07 Juni 2021
Resume ke: 23
Tema: Membuat Desain Cover Buku
Narasumber: Achmad Najiullah Thaib
Gelombang: 18

Jumat, 04 Juni 2021

MEMBANGUN PERSONAL BRANDING

Malam ini saya bergabung di WAG belajar menulis bersama PGRI sejak pukul 21.20 WITA. Perkuliahan telah berlangsung selama kurang lebih satu jam lamanya. Maklumlah, pemirsa. Namanya juga ibu rumah tangga, jam kerjanya bisa sampai 18 jam lamanya. Beruntung seluruh chat dan materi yang disampaikan masih hangat sehingga saya bisa langsung mengikuti materi dari awal sampai ke sesi latihan. Alhamdulillaah!

Materi malam ini tentang membangun personal branding melalui blog dan media sosial. Bu Kanjeng yang bertugas sebagai moderator sedangkan narasumbernya bernama Namin AB Ibnu Solihin, sang founder motivator pendidikan.com
Pak Namin merupakan salah satu blogger ternama di Indonesia. Untuk mengetahui lebih detail tentang beliau, silakan kunjungi link berikut:

Pria yang memiliki empat orang anak ini mulai menulis di blog sejak tahun 2007. Awalnya beliau menjadi blogger hanya mengisi waktu luang saja. Menurut beliau, isi blognya yang pertama pun masih bercampur aduk temanya, lebih banyak berisi curhat saja.

Tujuh tahun kemudian, pak Namin telah memiliki branding di dunia blogger. Tentunya ini semua tidak terjadi secara instan dan otomatis. Pak Namin telah melalui fase-fase percobaan dan latihan yang terus menerus sehingga terbangun branding yang beliau inginkan.

Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang pak Namin, pembaca hanya perlu mengetahui kata kunci yang menjadi ciri khas beliau di blog maupun sosmed. Pak Namin sangat identik dengan motivator pendidikan. Nah, pada tahun 2015 beliau berhasil melaunching sebuah website yakni www.motivatorpendidikan.com yang berisi seluruh konten tentang motivasi di bidang pendidikan. Wow, pak Namin keren banget yah, pemirsa!

Materi yang dipaparkan malam ini sangat menarik. Di sela perkuliahan, pak Namin memberikan latihan bagi peserta untuk memulai membangun brand di dunia blog dan sosmed. Beberapa peserta mengerjakan latihan tersebut dan rata-rata sudah memenuhi kriteria yang dijelaskan oleh narasumber.

Menurut pak Namin, istilah brand dengan branding merupakan dua hal yang kelihatannya sama tapi sebenarnya berbeda. 
a. Brand adalah merek yang dihasilkan melalui branding.
b. Branding merupakan proses atau strategi yang dilakukan oleh seorang penulis untuk membangun hubungan dengan pembacanya, di blog maupun di media sosial lainnya.

Pak Namin kemudian menjelaskan tentang strategi yang dilakukan untuk membangun personal branding. Ada 7 langkah yang harus ditempuh untuk membangun personal branding yaitu:
1. Buatlah nama blog dan akun medsos yang mudah dibaca dan gampang diingat.
2. Isi konten blog maupun medsos dengan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan nama blog dan akun medsos tersebut.
3. Buat poster dan video tentang nama blog/akun medsos yang telah diperkenalkan sebelumnya.
4. Buat kaos dengan tema atau nama blog dan akun medsos.
5. Adakah pelatihan gratis dalam rangka memperkenalkan brand atau merek yang ingin dipromosikan (nama blog dan akun medsos).
6. Adakan lomba menulis dengan tema yang sesuai dengan nama blog dan akun medsos kita.
7. Bagikan secara gratis ribuan video tentang nama blog kepada seluruh follower maupun peserta pelatihan.

Selanjutnya pak Namin juga menyampaikan bahwa ada 6 unsur yang harus ada dalam branding, yakni:
1. Nama brand atau merek.
2. Logo (tosan maupun gambar).
3. Tampilan visual blog dan medsos (sebaiknya simpel, informatif, dan friendly).
4. Juru bicara (tokoh atau pembicara yang diperkenalkan dalam branding).
5. Suara (ciri khas yang dimiliki oleh tokoh dalam berbicara di depan publik).
6. Slogan/Tagline/Akronim.

Nah, keenam unsur inilah yang menjadi tugas latihan bagi peserta di WAG malam ini. Sayangnya, saya belum sempat mengirim tugas ke Bu Kanjeng, pemirsa. Saya sungguh menyesal terlambat menghadiri perkuliahan malam ini. 

Meskipun demikian, saya tetap bersyukur kepada Allah subhaanahu wa ta'ala karena memberi saya kesempatan untuk mendapatkan ilmu dari narasumber hebat malam ini. Saya juga sangat berterima kasih kepada pak Namin atas segala hal yang telah beliau bagikan kepada kami. Terima kasih, pak!

Tak lupa saya juga haturkan terima kasih kepada Bu Kanjeng selaku pemandu kegiatan dan Omjay sebagai founder kelas belajar menulis bersama PGRI. Termasuk Bapak/Ibu seluruh tim relawan yang membantu kami selaku peserta di kelas belajar menulis ini. Semoga Allah subhaanahu wa ta'ala memberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidup kita semua. Aamiin...



Waktu kegiatan: Jum'at, 04 Juni 2021
Resume ke: 22
Tema: Personal Branding Blog
Narasumber: Namin AB Ibnu Solihin
Gelombang: 18




Rabu, 02 Juni 2021

PENTINGNYA MEMILIKI KETERAMPILAN DIGITAL

Sejak pulang dari sekolah sore tadi, badan rasanya kurang fit. Seluruh persendianku terasa pegal dan kepalaku agak berat. Setiba di rumah, saya tidak langsung merebahkan badan. Saya mencoba tetap beraktivitas seperti biasa. Namun, baru saja selesai menyapu lantai di ruang tamu, saya merasa begitu capek. Saya duduk sejenak dan saya tidak kuat lagi menahan diri untuk tidak merebahkan badan. Saya demam, pemirsa.

Pada pukul 20.00 saya membaca chat dari Bu Rita di WAG bahwa malam ini ada perubahan tema. Pentingnya Digital Skill adalah tema yang sedang dibahas di WAG saat ini. Narasumbernya adalah Omjay, sang founder kelas belajar menulis bersama PGRI. Sedangkan yang bertugas sebagai moderator yaitu Bu Rita Wati.

Dari flyer yang beredar sebelumnya tercantum bahwa pada pertemuan ke-21 ini, pak Agus Sampurno yang akan menjadi narasumber. Materi yang akan dipaparkan adalah langkah kreatif dalam menulis. Namun sampai pukul 19.00 WIB, pak Agus tidak bisa dihubungi sehingga Omjay berinisiatif untuk menggantikan beliau. Tentunya ini dilakukan agar tidak terjadi kekosongan materi di WAG. Terima kasih, Omjay!

Seperti biasa, sebelum mempersilakan narasumber, Bu Rita membuka kegiatan secara resmi dan menyampaikan aturan selama perkuliahan. Beliau tidak lagi membagikan tentang profil narasumber sebab semua orang sudah kenal dengan Omjay. Beliau memang sudah populer, pemirsa.

Setelah Omjay memberi salam dan menyapa peserta, beliau langsung saja membagikan link materi yang akan disampaikan yakni https://wijayalabs.blogspot.com/2021/06/pentingnya-digital-skill.html. Menurut Omjay, materi ini sebenarnya akan dipaparkan pada sebuah kegiatan di Kediri, Jawa Timur. Meskipun demikian beliau bagikan ke WAG agar dapat menjadi modal menulis resume bagi peserta.
Saya sangat tertarik dengan materi malam ini. Alasannya sederhana sekali. Saya merupakan salah satu guru yang sangat awam dalam dunia digital. Saya begitu antusias jika ada orang yang berbicara tentang pentingnya menguasai keterampilan digital. 

Bagi saya, era digital adalah suatu masa yang penuh dengan kejutan dan dunia yang akrab dengan teknologi informasi dan komunikasi. Dunia digital adalah sebuah situasi dan kondisi yang menawarkan berbagai kemudahan dalam menjalani hidup. Tak heran jika generasi saat ini yang dikenal dengan sebutan generasi milenial terkesan hidup santai-santai saja sebab mereka sudah akrab dengan era digitalisasi.

Ada banyak istilah dalam slide yang kurang saya pahami. Maklumlah, saya belum tahu betul apa yang dibahas. Meskipun demikian, saya tetap bersemangat mengikuti materi yang 'cukup berat' bagi saya. Saya tetap mencoba mencerna setiap kalimat yang ada di sana. Setidaknya, saya berusaha mengenal istilah-istilah tersebut sedikit demi sedikit.
Menurut Omjay, ada 5 digital skill atau keterampilan digital yang harus dimiliki saat ini. 
1. Medsos
Saat ini medsos bukan lagi hal yang baru bagi sebagian besar orang. Akan tetapi masih banyak orang yang belum bisa memanfaatkan medsos dalam menjalankan tugasnya atau profesinya. Sebagai pendidik dan pembelajar, seorang guru sebaiknya memiliki keterampilan bermedsos yang dapat membantu dalam mencerdaskan peserta didiknya. Dengan demikian penggunaan medsos akan sangat bermanfaat dan akan lebih memudahkan guru dalam proses pembelajaran.

2. SEM (Search Engine Marketing)
Bagian ini lebih fokus pada teknik pemasaran digital. Era digital menawarkan kemudahan dalam melakukan promosi produk dan transaksi antara produsen dan konsumen. Dengan keterampilan SEM ini, ruang lingkup pemasaran menjadi lebih luas dan tentu saja memudahkan serta memberikan keuntungan yang lebih besar lagi bagi penggunanya.

3. Analytics
Kemampuan menganalisa informasi merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap individu saat ini. Pesatnya informasi dengan berbagai macam bentuknya begitu mudah didapatkan dan diakses melalui media apapun. Jika semua informasi yang ada diterima begitu saja tanpa adanya proses analisa terlebih dahulu, maka tentunya akan berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Maka sangat dianjurkan agar mengutamakan analisis dan filterisasi informasi sebelum membagikannya kembali ke orang lain. Saring dulu baru sharing yah, pemirsa!

Dalam hal dunia bisnis, analisis data dari internet sangat diperlukan untuk menentukan strategi pemasaran yang lebih efektif dan efisien. Ini juga dapat dimanfaatkan dalam promosi dan penjualan buku maupun produk lainnya. 

4. Content
Jika membahas mengenai konten biasanya kita diarahkan pada postingan blog, video, podcast, ataupun status yang diunggah di media sosial. Postingan tersebut sangat mempengaruhi proses menetapkan personal branding. Semakin terampil seseorang membuat postingan akan semakin memperkuat jati dirinya dan berimbas pada karakternya di dunia maya. 
Content yang saya rintis saat ini adalah menulis di blog. Saya berharap dengan seringnya membuat tulisan di blog akan menjadi jalan untuk berbagi kebaikan kepada orang lain. Seperti halnya Omjay yang saat ini sudah dikenal sebagai guru blogger ternama di Indonesia. Beliau sudah popular dengan jargon "menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi". Inilah yang merupakan personal branding Omjay.

5. Coding
Nah, bagian ini merupakan hal yang terberat bagi generasi jaman dahulu alias jadul. Sampai saat ini saya belum paham betul tentang coding. Meskipun banyak webinar maupun workshop yang membahas tentang coding, saya masih terus mengeja dan meraba-raba tentangnya. Saya juga lupa menanyakan hal ini ke Omjay di sesi tanya-jawab. So, let's learn it together!

Di akhir pertemuan Omjay berpesan kepada seluruh peserta agar semuanya tetap belajar sepanjang hayat. Menurut beliau, tidak ada yang susah jika ingin belajar pada ahlinya. Termasuk untuk memiliki digital skill. Semuanya hanya membutuhkan latihan. Mulai dari membuat e-mail, menulis di blog, sampai pada membuat channel YouTube. Jika dilatih setiap hari maka sedikit demi sedikit keterampilan digital tersebut bisa dikuasai. Mohon doakan kami yah, pemirsa!







Waktu kegiatan: Rabu, 02 Juni 2021
Resume ke: 21
Tema: Pentingnya Digital Skill
Narasumber: Wijaya Kusumah, M. Pd.
Gelombang: 18



JANUARI BER-HAB (Part 1)

Tahun 2021 telah meninggalkan semesta. Dia pergi dengan membawa berjuta kenangan dan warna-warni kehidupan.  Kini giliran tahun ...