Malam ini perkuliahan sudah mencapai pertemuan ke-25. Sayangnya, saya belum menyelesaikan tugas untuk pertemuan sebelumnya. Tapi biarlah, insya Allah besok saya berusaha menuntaskannya. Aamiin...
Bu Kanjeng kini menjadi pemandu acara dan narasumbernya bernama pak Much. Khoiri, seorang tokoh legendaris di dunia literasi.
Pak Emcho (sebutan akrab bagi narasumber) saya sebut legendaris karena berdasarkan CV yang dibagikan kuketahui bahwa beliau telah merambah dunia tulis-menulis sejak tahun 1986. Senior banget, pemirsa! Pastinya beliau telah melewati banyak episode kehidupan di dunia kepenulisan.
Pria kelahiran tahun 1965 ini adalah seorang dosen di FBS Universitas Negeri Surabaya sekaligus seorang penulis, blogger, trainer, editor, dan penggiat literasi Indonesia. Saat masa-masa kuliah semester 2 di IKIP Surabaya, tepatnya di tahun 1986, beliau telah rutin menulis artikel. Minimal 20 karya tulis berbentuk non fiksi menjadi sebuah kewajiban yang yang harus beliau penuhi dalam waktu satu bulan.
Kebiasaan menulis selama 35 tahun itu telah melahirkan 66 karya buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatif. Ada yang diterbitkan secara beramai-ramai, banyak juga yang merupakan karya buku solo. Buku terbaru pak Emcho berjudul Kitab Kehidupan, lahir di bulan Mei 2021. Wow, pak Emcho kereeen banget yah, pemirsa!!!
Selain menulis, pak Emcho juga merupakan founder Blantik Literasi. Sebuah kanal YouTube yang beliau rintis untuk mendampingi, membina dan membimbing publik dalam berliterasi setiap hari. Biodata lengkap tentang pak Emcho dapat dibaca di link https://muchkhoiri.com/2021/01/tentang-penulis/
Dalam hal menulis karya non fiksi, pak Emcho membagikan sebuah link, yakni https://youtu.be/1-HO0z-oUuI Video tersebut berisi penjelasan rinci terkait cara mengembangkan tulisan yang berbentuk non fiksi.
Di awal pemaparan materi, pak Emcho mengapresiasi para penulis yang telah membuat artikel meskipun masih sangat sederhana. Yang terpenting menurut beliau adalah kemauan seseorang dalam menulis dan kemampuan untuk menyelesaikan tulisannya. Ini merupakan modal utama dalam menulis.
Nah, bagaimana mengembangkan sebuah artikel sederhana menjadi karya tulis non-fiksi yang apik? Berikut ulasannya.
1. Defenisi
Setelah menulis paragraf pembuka, seorang penulis perlu memberikan defenisi dari tema sentral tulisan. Defenisi boleh mengacu pada pendapat beberapa orang tentang tema lalu penulis menarik benang merahnya. Dengan demikian, pembaca akan diarahkan pada fokus yang sama dengan penulis mengenai tema.
2. Penjelasan
Penjelasan tentang tema sangat dibutuhkan dalam menulis artikel. Jika selama ini pembaca belum tahu betul tentang tema yang dibahas, maka dengan adanya penjelasan akan memberikan secercah titik terang bagi pembacanya. Apabila terdapat beberapa sub tema dalam artikel, maka penulis harus menjelaskan semua sub tema tersebut secara terperinci.
3. Contoh
Dalam paragraf tertentu, penulis dapat memberi contoh tentang tema maupun sub tema yang telah dijelaskan. Terkadang pembaca menjadi lebih paham mengenai penjelasan jika tulisan dilengkapi dengan contoh-contoh. Terlebih lagi apabila contoh yang diambil sangat dekat dengan kehidupan pembacanya.
4. Kasus
Dalam memberikan contoh, penulis bisa mengacu pada kasus yang pernah terjadi. Tentu yang ada kaitannya dengan tema. Kasus yang diangkat sifatnya bisa secara kolektif, boleh juga diambil kasus yang terjadi di daerah-daerah, maupun dari luar negeri. Selain untuk memperkuat contoh yang diberikan sebelumnya, ini juga akan menambah wawasan pembaca.
5. Kutipan
Tulisan berbentuk non fiksi biasanya identik dengan kalimat kutipan. Kutipan bisa diambil dari buku, ungkapan para ahli di bidang tertentu (disesuaikan dengan tema), tokoh-tokoh nasional maupun tokoh dunia. Akan tetapi penulis perlu memahami aturan dalam mengutip. Tidak bisa asal mengutip yah, pemirsa! Ada tata Krama yang harus dikuasai agar penulis bisa terhindar dari plagiarisme.
6. Anekdot
Sebuah artikel terkadang dibubuhi cerita atau kisah seseorang yang sangat berkesan dan lucu. Anekdot itu biasanya merupakan cerita yang pernah terjadi sebelumnya dan dilakoni oleh orang-orang terkenal.
7. Humor
Hal lain yang bisa disisipkan dalam sebuah artikel adalah kalimat berisi humor. Hal ini tergantung pada penulisnya yah, pemirsa. Jika penulisnya suka humor, biasanya akan muncul rasa humor tersebut dalam tulisannya.
8. Ungkapan filosofis
Ungkapan filosofis juga merupakan bagian yang sangat menarik ditulis dalam sebuah artikel. Ungkapan tersebut berupa kalimat-kalimat yang menggugah hati dari filsuf-filsuf terdahulu, seorang ulama atau agamawan, maupun dari seorang budayawan yang relevan dengan tema. Pada umumnya ungkapan seperti ini dapat membuat sebuah tulisan menjadi lebih berkesan di hati pembacanya.
9. Peribahasa
Selain itu, penulis artikel juga bisa membubuhi peribahasa dalam karyanya. Peribahasa sudah teruji secara alamiah dan telah digunakan selama bertahun-tahun lamanya. Peribahasa di suatu daerah terkadang ada yang sama maknanya dengan daerah lain, tetapi diksinya yang berbeda. Maka seorang penulis harus memahami perbedaan tersebut jika ingin menuliskannya dalam sebuah artikel.
Menurut pak Emcho, bukan hanya kesembilan hal tersebut yang bisa dituliskan dalam mengembangkan karya non fiksi. Ada banyak lagi hal lainnya. Saya sangat sepakat dengan beliau. Saya teringat bahwa ada beberapa artikel yang pernah saya baca dilengkapi dengan puisi, pantun, dan bahkan kalimat dari sebuah kitab suci pemeluk agama tertentu.
Nah, jika merujuk pada penjelasan pak Emcho, sebuah artikel sederhana pasti akan berubah menjadi lebih kompleks dan menarik. Namun perlu diingat bahwa rentetan penjelasan beliau tidak mesti ada semua dalam satu artikel. Disesuaikan saja dengan kebutuhan yah, pemirsa.
Jika dianggap bahwa satu tema bisa diselesaikan hanya dengan defenisi, penjelasan, kutipan, dan contoh saja, maka tidak usah ditambah dengan variasi lain. Cukup segitu saja. Namun apabila penulis merasa bahwa pembaca akan terbantu dengan adanya kasus, maka boleh dilengkapi dengan kasus-kasus yang pernah terjadi. Apabila peribahasa atau humor tidak diperlukan, maka tidak usah dipaksakan. Nanti malah akan membuat artikelnya tidak dipahami pembaca dan pesannya tidak tersampaikan.
Di akhir penjelasan, pak Emcho menyatakan bahwa setiap penulis akan menemukan ciri khasnya jika memiliki pengalaman. Pengalaman seorang penulis tentu tidak akan sama dengan penulis lainnya sehingga gaya tulisannya pasti akan berbeda. Dengan terus berlatih menulis setiap hari, bagian-bagian penting yang harus ada dalam sebuah artikel akan dihapal dengan sendirinya.
Semakin sering berlatih, penulis akan semakin ingat pada struktur pelengkap tulisannya. Jadi, berlatihlah setiap hari! Menulislah setiap hari! Dalam kondisi apapun dan dalam suasana hati yang bagaimanapun. Keep writing!
Waktu kegiatan: Jum'at, 11 Juni 2021
Resume ke: 25
Tema: Cara Mengembangkan Tulisan Non Fiksi
Narasumber: Moch. Khoiri
Gelombang: 18
Terima kasih sudah mengerjakan tugasnya dengan baik
BalasHapus