Senin, 19 April 2021

PENERBIT INDIE: SOLUSI CERDAS BAGI PENULIS PEMULA

Pukul 13.20 WITA, saya cek di grup WA belajar menulis belum ada informasi tentang perkuliahan hari ini. Saya scroll berkali-kali semua chat yang ada, jangan sampai ada yang luput dari netraku. Saya kirim pesan ke salah satu tim relawan (Bu Aam) tetapi ternyata beliau sedang offline. Saya tunggu beberapa menit, belum juga centang biru.
 
'Apa hari ini nda' ada materi yah?', batinku bertanya.

Saya kemudian berselancar di Facebook. Beberapa berita lewat di berandaku, ada yang sedang ulang tahun, ada yang mengumumkan aktivitasnya yang padat, ada yang mengirim foto pemandangan di sawah dipadu langit biru. Saya begitu menikmatinya. Sesekali saya beri jempol dan berkomentar di  beberapa akun.

Ketika saya kembali ke WAG, ternyata sudah flyer yang beredar di sana. Alhamdulillaah berarti hari ini tetap ada materi untuk gelombang 18.

Moderator yang bertugas mendampingi narasumber hati ini adalah pak Sucipto Ardi. Setelah memberi salam dan membuka perkuliahan dengan lafadz Basmalah, pak Cip (sapaan bagi pak Sucipto Ardi) membagikan link blog berisi profil narasumber.

Materi hari ini disampaikan oleh Raimundus Brian Prasetyawan, S. Pd. (Wah, namanya panjang banget pemirsa!). Beliau seorang guru SD di Jakarta dan tinggal di kota Bekasi. Nama panggilannya Pak Brian. Beliau seorang guru muda dengan bejibun pengalaman dan karya dalam bidang kepenulisan.

Sudah ada puluhan tulisannya yang dimuat di media massa, baik itu media cetak maupun media online.  Tulisan beliau sudah populer di beberapa surat kabar, majalah dan tabloid.

Selain itu, terdapat 4 buku solo dan 8 buku antologi yang telah dilahirkannya. Bahkan beliau juga sudah berpengalaman menjadi kurator atau penanggung jawab pembuatan buku antologi, loh. Bukan cuma itu, pemirsa! Pak Brian juga aktif di beberapa organisasi dan sering menjadi narasumber dalam berbagai seminar. (Wow, fantastis!!!) Saya sampai kewalahan membaca segudang kelebihan yang tercantum dalam blog perkenalan beliau di https://www.praszetyawan.com/p/profil.html

Lalu pak Cip memberi arahan kepada peserta mengenai susunan acara dan teknis tanya jawab di sesi berikutnya. Tanpa menunggu lama, pak Cip mempersilakan narasumber untuk memaparkan materinya.

Di awal pembicaraan, pak Brian menceritakan bahwa beliau adalah alumni gelombang 4 pada kelas belajar menulis bersama PGRI. Tepatnya beliau bergabung pada bulan Maret 2020. (Berarti sudah setahun lebih satu bulan yah, pemirsa). Juga disampaikan bahwa pada saat beliau menjadi peserta, tidak ada materi yang membahas secar teknis mengenai cara menerbitkan buku solo. Padahal lahirnya buku solo merupakan salah satu syarat utama agar bisa lulus di kelas belajar menulis.

Menurut pak Brian, saat ini menerbitkan buku tidak lagi sesulit masa-masa yang yang lalu. Dahulu, penerbit yang ada hanyalah penerbit mayor dengan segala prosedur rumit yang dimilikinya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis agar naskahnya bisa diterima oleh Penerbit mayor. Itupun masih harus merasakan H2C alias harap-harap cemas. Mengapa demikian? Karena meskipun naskahnya diterima penerbit, proses penerbitannya juga belum jelas. Bisa jadi sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun baru bisa naik cetak. 

Nah, sekarang para penulis sudah dapat bernafas lega. Apalagi bagi penulis pemula yang belum memiliki pengalaman sedikitpun tentang dunia penerbitan buku. Alhamdulillaah saat ini sudah banyak penerbit indie yang eksis dan mau memberi ruang kepada penulis (terutama pemula) untuk menerima naskah tanpa seleksi. 

Melalui penerbit indie, para penulis mendapatkan kemudahan melahirkan buku sebab naskah yang dikirim pasti diterbitkan dan proses penerbitannya pun mudah dan cepat. Maka dapat dikatakan bahwa penerbit indie merupakan solusi terbaik untuk mewujudkan impian penulis memiliki beberapa buku.

Pak Brian juga menyampaikan kisah lahirnya buku solo perdananya. Sebenarnya, keinginan beliau untuk memiliki buku sudah ada sejak masa kuliah di tahun 2014. Namun karena proses menerbitkan buku pada saat itu masih tergolong rumit dan cukup mahal, sehingga semangat menulis beliau menjadi fluktuatif. Lalu akhirnya vakum. 

Pada tahun 2019, beliau mendapat informasi tentang penerbit indie melalui Instagram. Nah, beliau lalu bersemangat untuk kembali aktif menulis. Naskah buku pertamanya dikirim pada bulan Oktober 2019 dan berhasil diterbitkan pada bulan Januari 2020. Lalu menyusul buku kedua, ketiga, dan keempat. Tiga buku solo beliau diterbitkan di penerbit indie, loh.

Pada materi ini, pak Brian memaparkan bahwa para peserta nantinya akan menerbitkan buku melalui penerbit yang dipilihnya sendiri. Sebagai salah satu alternatif pilihan, beliau memperkenalkan  Penerbit Gemala. Sebuah penerbit indie yang akan membantu memudahkan peserta untuk menerbitkan buku solonya. Penerbit ini merupakan rekanan beliau. 

Bersama Penerbit Gemala, Pak Brian membuka layanan penerbitan sejak Juli 2020. 
Ada beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh Penerbit Gemala.
1. PDF master bisa diberikan kepada penulis. Namun, jika ingin cetak ulang penulis harus menghubungi penerbit Gemala sebab file tersebut memiliki watermark.

2. Apabila penulis hendak mencetak ulang, minimal jumlahnya sebanyak 10 eksemplar.

3. Proses penerbitan minimal 1 bulan setelah penulis mentransfer biaya penerbitan. Jadi tidak bisa diberi target waktu terbitnya. 

4. Naskah terdiri atas maksimal 130 halaman kertas ukuran A5. Jika lebih dari itu, akan ada biaya tambahan untuk tiap halamannya.

5. Naskah harus dilengkapi dengan cover (judul buku dan nama penulis), kata pengantar, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, dan sinopsis.

6. Tidak ada layanan editing. Jadi sangat dianjurkan agar penulis mengedit sendiri naskahnya dan memastikan bahwa tidak ada kesalahan penulisan sebelum dikirim ke penerbit.

Pada kesempatan ini, pak Brian membagikan tips mudah dalam mengedit naskah.
1. Jangan menulis kata dengan menyingkatnya, misalnya kata belum disingkat menjadi blm.

2. Jangan sampai ada kata yang salah tulis alias thypo.

3. Jangan menggunakan banyak kalimat dalam satu paragraf.

4. Biasakan menggunakan kalimat yang pendek-pendek agar tidak membingungkan pembaca.

5. Jangan menggabungkan bab dalam satu halaman. Setiap bab harus dimulai di halaman baru.

Wah, cukup detail informasi yang saya terima pada perkuliahan ini. Penerbit Gemala ternyata merupakan anak perusahaan dari Keira Publishing. Penerbit ini sudah terdaftar di IKAPI, loh. Tapi nama yang terdaftar adalah nama induk perusahaannya. 

Adapun kelebihan Penerbit Gemala dibanding penerbit lain adalah file naskah buku tetap disimpan dan tidak dihapus. Jadi akan sangat memudahkan ketika akan dicetak ulang. 

Sebagai closing statement, pak Brian menyatakan bahwa saat ini menerbitkan buku semudah belanja online. Order, transfer, tunggu sebulan, buku terbit dan dikirim ke penulis. Mudah betul, bukan?




Waktu pertemuan: Senin, 19 April 2021
Resume ke: 7
Tema: Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie
Narasumber: Raimundus Brian Prasetyawan, S. Pd.
Gelombang: 18










6 komentar:

  1. Cakeeep resume nya buπŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  2. Makin mahir saja menulisnya bunda. Resumenya luar biasa.

    BalasHapus
  3. mantap ibu....akhirnya bisa blog walking ke blog ibu ..salam.kenal.bu...salam.literasiπŸ˜ŠπŸ‘πŸ™

    BalasHapus
  4. Terima kasih sudah membuat resume dengan baik

    BalasHapus
  5. Bagus bu tulisannya, bognya rapi. gimana caranya ya...

    BalasHapus
  6. Kapan saya meresume sebagus itu, mantap bu...πŸ‘πŸ»

    BalasHapus

JANUARI BER-HAB (Part 1)

Tahun 2021 telah meninggalkan semesta. Dia pergi dengan membawa berjuta kenangan dan warna-warni kehidupan.  Kini giliran tahun ...