Kamis, 01 April 2021

MENULIS SEMUDAH CEPLOK TELUR


Senin malam pekan ini, saya mengikuti perkuliahan di WAG belajar menulis asuhan Omjay. Kali ini, saya menghadiri kelas di luar kota. Tadi pagi saya bersama tiga orang rekan menuju ke kota Makassar, ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Saya menginap di sebuah wisma di depan kampus Universitas Islam Makassar. Wisma ini bernama wisma Arumdalu.

Pertemuan ke-29 ini cukup istimewa sebab kegiatan kuliah dirangkaikan dengan acara seremonial perpisahan peserta gelombang 18 dengan para narasumber hebat Indonesia. Ada rasa sedih yang begitu menyesakkan dada ketika video perpisahan ditayangkan. Saya sangat berharap semoga pertemanan kami di gelombang 18 ini tidak hanya berakhir sampai di sini. Saya selalu berdoa agar kami bisa terus menjadi sahabat hingga ke surga-Nya kelak. Aamiin...

Hari ini, seorang guru hebat dari bagian timur Indonesia berperan sebagai narasumber. Dia adalah Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, M. H. yang akrab disapa dengan nama Bunda Lilis Sutikno. Lalu, ketua kelas kami di gelombang 18 yang bertugas sebagai moderator untuk kesekian kalinya.

Saya sangat antusias menyimak materi yang Bunda Lilis sampaikan. Selain karena berbagai prestasi yang telah diraihnya, di bidang pendidikan maupun di bidang lainnya, juga karena narasumber merupakan penulis buku Best Seller berjudul "Guru adalah Inspirasi". Sebagai guru, saya bangga menjadi salah satu bagian dari garda terdepan pendidikan. Saya bertekad agar dapat mengikuti jejak bunda Lilis. Doakan saya yah, pemirsa!

Menurut pemaparan Bunda Lilis, menulis itu sangatlah mudah, sama mudahnya membuat telur ceplok. Sebutir telur hanya dipecahkan kulitnya terus diceplokin ke wajan. Begitu saja. Semudah itukah menulis itu? Bunda Lilis lalu mendedahkan trik-triknya sehingga bisa melahirkan karya best seller melalui link berikut http://www.guruinspirasintt.com/2020/04/menulis-buku-semudah-membuat-ceplok.html

Narasumber merujuk pada sebuah hadis Nabi Muhammad shollallaahu 'alaihi wasallam yang menjelaskan bahwa amalan yang sangat dicintai oleh Allah subhaanahu wa ta'ala adalah aktivitas yang terus menerus dilakukan meskipun hanya sedikit. Dalam menulis, naskah tulisan juga dapat dicicil sedikit demi sedikit sehingga dapat menghasilkan sebuah buku. Jika menulis setiap hari dirutinkan, maka akan melahirkan sebuah kebiasaan. Ketika sudah terbiasa menulis, walaupun hanya sedikit (3-4 paragraf) saja, maka lama kelamaan jumlahnya akan semakin bertambah.

Sebelum mulai menulis, sebaiknya penulis memperbaiki niat serta menentukan tujuan yang akan dicapai. Dengan niat karena Allah dan diawali dengan menyebut nama Allah, tentunya proses yang akan dilalui menjadi lebih berkah. Dengan adanya tujuan yang jelas, penulis akan lebih terarah dan fokus pada tujuan tersebut. Jadi, penulis harus fokus!

Selain itu, penulis dapat menuliskan segala hal yang terjadi sepanjang jalan kehidupan yang dilaluinya. Apa saja. Penulis dapat menceritakan kembali kisah-kisah hidup yang dapat memberikan inspirasi dan pelajaran bagi banyak orang. Kisah tentang diri, keluarga, maupun orang-orang di sekitar penulis. Semuanya dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Tidak usah memikirkan apapun kecuali menulis. Dalam hal ini, seorang penulis hanya bertugas untuk menulis, lalu menulis lagi, dan terus menulis.

Saya terpana membaca quote bunda Lilis "Menulis adalah berteriak pada dunia tanpa suara". Menurut pemahaman saya, quote ini memiliki power yang sangat besar dalam membentuk karakter seorang penulis. Jika para orator harus berteriak-teriak menyampaikan aspirasinya kepada khalayak ramai, maka penulis cukup dengan menggerakkan pena saja, atau menekan tuts keyboard laptop/komputer saja, ide dan pemikirannya sudah bisa disampaikan ke seluruh dunia. Hebat bukan?

Namun demikian, menurut bunda Lilis, ada beberapa kelemahan dari seorang penulis, terutama penulis pemula. Kelemahan-kelemahan ini sering menjadi penghambat ketuntasan menulis. Ini sudah seperti penyakit yang umumnya diidap oleh beberapa penulis pemula.

Pertama, penulis sering membaca kalimat-kalimat yang ditulis sebelum tulisannya kelar. Ini merupakan salah satu titik terlemah penulis. Seharusnya, ketika sedang menuangkan ide dalam tulisan, penulis tidak boleh membaca kalimatnya pada saat itu juga. Tulis saja dulu! Tetapi, jangan dibaca! Setelah selesai menulis, simpan saja tulisan tersebut, diamkan selama dua atau tiga hari. Nanti di hari ketiga atau keempat, barulah diperbolehkan untuk membaca tulisannya dengan pelan dan seksama. Jika menemukan kesalahan atau salah sambung, baru dirapikan kembali.

Kedua, penulis sering tergoda dengan ide baru yang tiba-tiba muncul ketika sedang menulis sebuah tema. Dia menganggap bahwa ide baru tersebut lebih keren, lebih penting, dan lebih menarik dibahas daripada ide yang sedang dikembangkan saat itu. Penulis terkesan serakah dan ingin meraup semua topik yang terlintas dalam pikirannya sehingga akhirnya tak satupun ide atau tema/topik yang tuntas. Jika hal ini terjadi, jangan langsung panik yah! Apalagi sampai mengabaikan ide-ide baru tersebut. Pemateri memberi solusi atas permasalahan seperti ini dengan cara menyiapkan folder Bank Ide. Jadi, setiap kali muncul godaan ide-ide baru pada saat menggarap sebuah tulisan, maka segera ditulis ke folder Bank Ide tersebut. Lalu, lanjutkan garapan tulisan yang pertama sampai selesai. Jika tulisan tersebut sudah siap terbit, barulah dibuka folder tersebut, pilihlah dan temukan ide baru yang akan digarap kemudian!

Ketiga, penulis malas membaca. Kelemahan ini sungguh sangat fatal akibatnya jika tidak ditemukan solusinya. Tanpa membaca, penulis tidak dapat menuliskan apa-apa. Sebab membaca merupakan salah satu kunci sukses menulis. Seorang penulis harus rutin membaca berbagai referensi, membaca apa saja, di mana saja, dan kapan saja. Impian seseorang untuk menjadi penulis tidak akan tercapai dan tetap jadi mimpi belaka jika dia tidak mau membaca.

Terakhir, narasumber memberikan penguatan dalam closing statement bahwa sebaik-baik penulis adalah yang mampu menginspirasi sebanyak-banyaknya manusia. Dengan demikian, penulis tersebut akan terus dikenang semasa hidupnya hingga jasadnya telah berubah menjadi debu. 






Waktu kegiatan: Senin, 21 Juni 2021
Resume ke: 29
Tema: Menulis Semudah Ceplok Telor
Narasumber: Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H.
Gelombang: 18





9 komentar:

  1. Subhanallah... Pasti ini peserta dari gelombang sebelumya ya?... tulisannya komplit bangetz. Terima kasih

    BalasHapus
  2. Mantap bu...resumenya enak dibaca👍🏻

    BalasHapus
  3. Buat yang ahli mungkin iya semudah ceplok telor, lah buat saya blepotan haha..
    Mean ke blog Jagoan Banten ya..

    BalasHapus
  4. Wah selalu yang pertama, secepat kilat resume dibuat dengan lengkap dan ringan dibaca selamat bu semoga tetap bersilaturahmi

    BalasHapus
  5. Luar biasa dan sangat menginspirasi

    BalasHapus
  6. Menulis itu soal mindset juga. Semua akan mudah jika midset menulis itu mudah, bahkan semudah menceplok telor

    BalasHapus
  7. luar biasa ibu... semoga silaturahmi kita tetap terjaga y bu... semangat terus menulis....salam literasi 😊🙏

    BalasHapus

JANUARI BER-HAB (Part 1)

Tahun 2021 telah meninggalkan semesta. Dia pergi dengan membawa berjuta kenangan dan warna-warni kehidupan.  Kini giliran tahun ...