Jumat, 30 April 2021

AGAR NASKAH DITERIMA PENERBIT MAYOR

Hari ini saya berencana menuntaskan kerjaan di dapur sebelum jam perkuliahan dimulai. Tetapi yang terjadi tidak sesuai dengan rencana. Qadarullaah, tiba-tiba badan saya terasa aneh. Suhu tubuh saya meningkat, tapi saya merasakan hawa dingin yang menusuk tulang belulangku.  Saya demam, pemirsa. Mohon doakan agar saya bisa mengikuti perkuliahan sampai akhir. Aamiin...


Siang ini Bu Rita Wati menjadi pemandu acara dan pak Joko Irawan Mumpuni sebagai narasumber. Judul materi yang ada di flyer yaitu Penerbit Mayor. Perkuliahan hari ini agak berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Sebelum membahas apa keunikan perkuliahan siang ini, berikut saya tampilkan gambar slide mengenai biodata narasumber.

Pak Joko selaku  narasumber  memaparkan materinya dengan metode gabungan slide dengan VN atau Voice Note. Tujuannya sungguh mulia, yaitu agar peserta tidak langsung menyalin-tempel (copy-paste) kalimat narasumber. Dengan demikian, kemampuan para peserta dalam membuat resume semakin terasah dan terlatih. (Wah, kereen banget pemikiran, pak Joko!).

Mengawali pembahasan materinya, direktur Andi Publisher ini mengatakan bahwa tema sentral yang akan beliau paparkan hari ini yaitu menulis buku yang diterima penerbit. Tema ini sangat penting dibahas agar tujuan utama pelatihan ini bisa tercapai. Apa tujuan utamanya? Yakni tulisan peserta dapat diterbitkan di penerbit mayor. 

Olehnya itu, para peserta diberikan informasi mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi agar naskah tulisan mereka bisa tembus ke penerbit mayor seperti Andi Publisher. Nantinya, peserta tidak perlu repot-repot menerbitkan dan memasarkan sendiri bukunya. Saya menjadi semangat mengikuti penjelasan pak Joko lebih lanjut. 

Menurut pak Joko, hal pertama yang harus diperhatikan oleh seorang penulis adalah mengenali produk kategori buku di pasaran. Ternyata, ada 2 kelompok besar buku-buku di pasar, yakni buku teks dan buku non-teks. Seterusnya, kedua kelompok besar itu dikelompokkan menjadi beberapa jenis buku sebagaimana dyang tampak di gambar berikut.
Nah, dari sini pak Joko mulai menjelaskan masing-masing jenis buku satu demi satu.

1. Buku teks berbentuk bupel atau buku pelajaran. 
Para penulis diberi kebebasan untuk memilih jenjang pendidikan yang paling disenangi dan cocok untuk dibuatkan naskahnya. Mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA ataupun SMK. 

2. Buku teks untuk perti atau perguruan tinggi.
Dalam hal ini buku yang ditulis adalah khusus untuk mahasiswa. Cakupan pembahasan dan bidang ilmu untuk buku perti ini malah lebih luas lagi dibanding bupel. Tidak ada larangan jika guru ingin menulis buku perti. Apalagi kalau penulisnya adalah jebolan pendidikan tingkat magister ataupun doktoral.

3. Buku non teks berbentuk fiksi. 
Buku-buku yang termasuk di dalamnya buku karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, komik, dan lain-lain. Menurut saya pribadi, buku jenis ini sangat gampang ditulis loh, pemirsa!

4. Buku non teks berbentuk non fiksi. 
Buku non fiksi juga memiliki berbagai macam pilihan bidang. Mau menulis tentang agama, politik, hobi, motivasi, dan masih banyak bidang lainnya. 

Selanjutnya, pak Joko menjelaskan tentang pengelompokan buku berdasarkan penulisnya. Ada 5 kategori buku jika dilihat dari segi jumlah orang atau badan yang menulis di dalamnya, yaitu:
1. Buku yang ditulis oleh satu orang. Kategori ini sering dikenal dengan istilah buku solo. Artinya, satu buku secara keseluruhan ditulis oleh satu orang penulis.
2. Buku yang ditulis oleh lebih dari satu penulis.
Jika ada satu buku ditulis oleh dua orang atau lebih, itu merupakan hal yang sah-sah saja dalam dunia perbukuan. Umumnya, jenis buku seperti itu dikenal dengan nama buku antologi. Jumlah penulisnya minimal 2 orang dan maksimalnya tak terhingga. Semakin banyak penulis, maka naskah buku akan semakin cepat selesai.
Akan tetapi, apabila buku tersebut akan diajukan sebagai salah satu kelengkapan kenaikan pangkat bagi ASN (guru, dosen, maupun pegawai pemerintahan), maka ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Buku yang memiliki nilai angka kredit bagi ASN adalah buku yang jumlah penulisnya maksimal empat orang saja. Meskipun demikian, masih ada beberapa penilai (assessor berkas kenaikan pangkat) yang menghitung buku antologi yang penisnya lebih dari empat. Yang penting, nama ASN tersebut berada di urutan empat pertama.

3. Buku yang diterbitkan oleh banyak lembaga. 
Dalam buku tersebut, tentu saja jumlah penulisnya lebih dari dua orang sebab dalam satu lembaga ada beberapa orang yang menulis. Jika diterbitkan oleh banyak lembaga, berarti bisa jadi jumlah penulisnya juga lebih banyak daripada buku antologi.
4. Buku yang diterbitkan bekerjasama dengan pihak kampus atau organisasi profesi.
Buku-buku ini biasanya mencantumkan logo semua pihak yang terlibat dalam kerjasama. Salah satu buku yang pernah diterbitkan dengan kategori seperti ini adalah buku yang ada di gambar berikut.
5. Buku yang ditulis oleh konsorsium penulis. 
Buku dengan kategori ini hampir sama dengan kategori buku antologi. Namun, ini lebih tepat jika saya katakan sebagai buku karya keroyokan. Mengapa? Karena dalam tema yang dibahas dalam buku ini hanya satu, tetapi isinya situs oleh orang yang berbeda. Jadi masing-masing bab dibagi ke beberapa orang yang berkompeten atau ahli di bidang/tema yang dibahas. Berikut ini contohnya.
Nah, dari kategorisasi buku-buku yang telah dibahas oleh pak Joko, kira-kira para peserta mau memilih jenis yang mana? Itu sih terserah Anda, pemirsa. Mau pilih salah satunya, boleh. Mau mencoba menulis semua kategori juga bisa. Sekarang, coba dilihat pada gambar berikut! Para peserta sudah berada di anak tangga ke berapakah? Jreng, jreng, jreeeng!
Sejujurnya saya nyatakan bahwa saat ini saya sedang berada di level keempat, yakni how do I do it. Itulah sebabnya saya bergabung di kelas belajar menulis bersama PGRI dan berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan. Seterusnya saya yakin akan melewati anak tangga berikutnya sampai tiba di puncak seperti para senior di grup WA belajar menulis. Aamiin...

Pada umumnya, ekosistem penerbitan (penerbit mayor) di manapun itu relatif sama. Semuanya selalu berorientasi pada keuntungan. Adapun alur buku dari penulis, ke penerbit, lalu ke penyalur, dan berakhir pada pembaca dapat dilihat pada gambar berikut.
Secara sederhana dijelaskan bahwa apabila ada buku yang tidak laku di pasaran, maka sebenarnya yang rugi bukan penulis ataupun penyalur. Akan tetapi pihak penerbitlah yang paling banyak menanggung kerugiannya. Itulah sebabnya, penerbit mayor memberikan penekanan ataupun prosedur yang cukup ketat terhadap naskah buku yang akan diterbitkan.

Tingkat pertumbuhan literasi di Indonesia pada khususnya dan di Asia pada umumnya itu lebih rendah dibandingkan negara-negara lainnya. Telah ditemukan bahwa ada beberapa hal yang menjadi penghambat pertumbuhan industri penerbitan atau literasi di Indonesia.
1. Minat baca yang rendah, kualitas dan bahan bacaan yang kurang.
2. Rendahnya minat tulis sebagai akibat dari kurangnya minat baca.
3. Apresiasi terhadap hak cipta yang kurang. Masih banyak orang yang suka membaca buku bajakan yang diduplikasi secara tidak legal oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Berikutnya, pak Joko menjelaskan secara rinci mengenai proses perjalanan sebuah naskah tulisan menjadi sebuah buku.
Kelihatannya begitu rumit dan kompleks yah, pemirsa! Tapi tidak usah khawatir, sebab pak Joko menjelaskan secara perlahan-lahan sehingga prosedurnya menjadi lebih sederhana. 
1. Penulis menyiapkan naskah.
2. Naskah dikirim ke penerbit untuk dinilai (apakah buku ini nantinya bisa laku atau tidak? Kira-kira adakah yang mau membeli atau tidak?)
3. Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut jawabannya positif (ya), maka naskah diterima penerbit. Jika negatif, naskah ditolak.
4. Jika naskah diterima, pihak penerbit akan menghubungi penulis dan meminta soft copy naskah secara keseluruhan sekaligus mengadakan transaksi dengan penulis. (Ada surat pernyataan dan perjanjian antara penulis dan penerbit di atas kertas bermaterai).
5. Penerbit melakukan proses awal yakni editing dan setting naskah. Pihak penerbit memiliki 60 editor yang akan memperbaiki dan melengkapi naskah yang tidak sempurna.
6. Naskah yang telah disetting, dibuatkan cover dan dibuatkan satu buku cetakan  yang menyerupai buku aslinya untuk dikembalikan ke penulis.
7. Penulis melakukan pengecekan terhadap buku yang akan dicetak. Proses ini disebut proof. Tujuannya agar tidak ada kesalahan fatal setelah dicetak.
8. Naskah dikirim kembali ke penerbit untuk dicetak secara massif.
9. Buku yang sudah dicetak, didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui toko buku dan direct selling.

Seorang penulis harus pandai-pandai memilih penerbit yang akan diajak bekerjasama. Ada beberapa ciri-ciri penerbit yang baik berdasarkan penjelasan pak Joko. Adapun gambarannya dapat dilihat melalui gambar berikut.
Namun, ada juga penerbit yang patut diwaspadai agar penulis tidak dirugikan ke depannya.

Setelah buku tersebut laku dijual di pasaran, setidaknya ada empat hal yang akan dimiliki oleh penulis.
1. Reputasi
2. Kepuasan
3. Karir
4. Uang
Keempat hal tersebut merupakan sebuah puncak pencapaian seorang penulis.  Meskipun mungkin ada diantara mereka yang tidak terlalu berorientasi pada poin terakhir yakni uang.

Sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya tuliskan dalam resume ini. Karena pak Joko menyampaikan begitu banyak informasi penting mengenai dunia penerbitan. Akan tetapi, rasanya kedua jempolku sudah mulai kelelahan dan saya tidak ingin jika keduanya menjadi keriting, hehehe...

Olehnya itu, agar materi pak Joko tidak hilang begitu saja, saya lalu menyimpan semua gambar dan rekaman suara beliau dalam sebuah folder di laptop. Dengan demikian, saya bisa mengulang kembali penjelasan beliau di waktu yang lain. 

Terima kasih saya haturkan kepada pak Joko yang telah memberikan penjelasan yang begitu terperinci. Juga tak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Bu Rita yang telah menjadi moderator yang keren di pertemuan hari ini. Semoga Allah subhaanahu wa ta'ala memberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidup kita semua. Aamiin...



Waktu pertemuan: Jum'at, 30 April 2021
Resume ke: 12
Tema: Penerbit Mayor
Narasumber: Joko Irawan Mumpuni
Gelombang: 18






12 komentar:

JANUARI BER-HAB (Part 1)

Tahun 2021 telah meninggalkan semesta. Dia pergi dengan membawa berjuta kenangan dan warna-warni kehidupan.  Kini giliran tahun ...